Jurnal Online Keperawatan Indonesia
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN INFEKSI
NOSOKOMIAL DI RUANG ICU DAN RAWAT INAP LANTAI 3
RSU SARI MUTIARA MEDAN
Agnes Silvina Marbun1)
Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia1)
email : marbun.agnes@yahoo.co.id
ABSTRACT
Nosocomial infection is an infection found in hospitals, which are caused by microorganisms such
as bacteria, viruses, fungi and parasites. Factor is the lack of nursing knowledge, attitudes or
behavior that is not good, facility maintenance, and supervision of nurses can also become one of
the medium of transmission of nosocomial infections. The purpose of this study was to determine
the factors that influence the incidence of nosocomial infections in the Intensive Care Unit (ICU)
and the 3rd floor inpatient unit Sari Mutiara Hospital Medan. This research is a descriptive cross
sectional pendenkatan. Where populations are all nurses in the ICU and inpatient unit on the 3rd
floor which amounted to 30 people as well as sample. The results showed that factors associated
dengen incidence of nosocomial infections is not knowledge that is 56.7% majority, the majority is
not a good attitude as much as 76.7%, fasitas not good nursing supervision 53.3% and 53.3%
which is not good. The results using the Spearman rank statistical test showed that the incidence of
infection associated with the knowledge noskomial with p = 0.003, p = 0.21 attitudes, facilities
with p = 0.030 and p =
0.002 supervision. Suggested to the hospital to be able to improve education and training for nurses.
Keywords : Nosocomial Infection Prevention, Risk Factors
1. PENDAHULUAN
penyembuhan pasien yang pada akhirnya akan
Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi
menambah biaya pengeluaran pasien maupun
yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah
institusi yang menanggung biaya (Potter &
sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya
Perry, 2005).
transmisi mikroba patogen yang bersumber dari
lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Secara umum faktor-faktor yang dapat
Akibat lainnya yang juga cukup merugikan menyebabkan infeksi nosokomial terdiri dari
adalah hari rawat penderita semakin bertambah, dua bagian yaitu faktor endogen dan faktor
beban biaya yang semakin besar, serta eksogen. Faktor endogen meliputi umur, jenis
merupakan bukti bahwa manajemen pelayanan kelamin, riwayat penyakit, daya tahan tubuh dan
medis rumah sakit kurang bermutu (Darmadi, kondisi- kondisi tertentu. Sedangkan faktor
2008). eksogen meliputi lama penderita dirawat,
kelompok yang merawat, alat medis serta
Infeksi nosokomial dapat terjadi melalui
lingkungan (Parhusip, 2005). Faktor kurangnya
penularan dari pasien kepada petugas kesehatan,
pengetahuan perawat, sikap atau perilaku yang
dari pasien ke pasien lainnya, dari pasien ke
tidak baik, fasilitas perawatan, dan pengawasan
pengunjung atau keluarga maupun dari petugas
perawat juga dapat menjadi salah satu media
kesehatan kepada pasien (Depkes, 2008).
penularan infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial dapat meningkatkan
ketidakmampuan dalam pemenuhan antibodi Rumah sakit sebagai salah satu sarana
pasien sehingga akan memperpanjang masa kesehatan yang memberikan pelayanan
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 1 Desember 2018, Vol.1 No.2
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
kesehatan kepada masyarakat memiliki peran
yang sangat penting dalam meningkatkan dari ruang rekam medik Rumah Sakit Sari
derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu
rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan (Depkes, 2007).
Menurut Timby (2003), kelalaian petugas
petugas rumah sakit untuk mencuci tangan
merupakan penyebab umum terjadinya infeksi
yang di peroleh di rumah sakit. Carapenularan
melalui tangan yang kurang bersih atau secara
tidak langsung memalui peralatan yang
ditempatkan sebagai penyebab utama infeksi
nosokomial (Utji, 2002).
Di seluruh dunia 10% (1,4 juta) pasien
rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi
nosokomial setiap tahun, sedangkan di negara
Amerika Serikat terdapat 20.000 kematian
setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di
Indonesia, berbagai macam kasus infeksi di
rumah sakit setiap tahunnya terjadi peningkatan,
hasil survei dari 11 rumah sakit di Jakarta
(2003) yang dilakukan oleh Pardalin Jaya di
rumah sakit penyaki infeksi Prof. Dr. Sulianti
Saroso Jakarta didapatkan angka infeksi
nosokomial untuk Infeksi Luka Operasi (ILO)
18,9%, Infeksi Saliran Kemih (ISK) 15,1%,
infeksi aliran darah primer 26,4%, Pneumonia
24,5%, dan infeksi saluran nafas lain 15,1%,
serta infeksilain 32,1% (Depkes,2007).
Penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di
DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa
9,8% pasien rawat inap mendapzt infeksi yang
baru (infeksi nosokomial) selama dirawat
(Sprita, 2006).
Penelitian yang dilakukan di rumah sakit
Cipto Mangkusumo (2002) diketahui penyebab
dari terjadinya infeksi nosokomial yaitu petugas
tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan yaitu sebesar
85,7%.Peneitian Linda, (2001) pada perawat
pelaksana tentang upaya pencegahan infeksi
nosokomial diruang rawat inap di Rumah Sakit
Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta menemukan
sebanyak 53,9% tidak menggunakan sarana atau
fasilitas keperawatan yang disediakan dan
21,6% dan tidak melakukan pengawasan
diruangan. Tenaga medis rumah sakit
mempunyai resiko terkena infeksi 2-3 kali lebih
besar dari pada medis yang berpraktik pribadi
(Hasyim, 2005, dalam Widiastuti, 2009).
Survei pendahuluan yang didapat peneliti
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 2 Desember 2018, Vol.1 No.2
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
Mutiara Medan didapat sebanyak 849
kejadian infeksi nosokomial pada bulan
2. METODE PENELITIAN
Januari- Desember dengan rata-rata 71 kasus
setiap bulannya dan 759 kejadian infeksi Penelitian ini digunakan jenis penelitian
nosokomial yang terjadi dari bulan Januari- desainanalitik dengan pendekatan cross
Desember 2015 dengan rata-rata 63 kasus sectional yang bertujuan untuk menganalisis
setiap bulannya. faktor-faktor apakah yang paling dominan yang
berpengaruh terhadap pencegahaninfeksi
Dari hasil observasi yang dilakukan
nosokomial di RSU Sari Mutiara Medan Tahun
peneliti pada bulan September di ruang ICU
2014.
dan di ruang rawat inap lantai 3 RSU Sari
Mutiara Medan didapatkan banyak perawat Pengambilan data dan pengolahan data
tidak menggunakan alat pelindung diri saat dilakukan setelah memperoleh surat izin
melakukan tindakan keperawatan dan penelitian dari program studidan pihak Rektorat.
perawat memakai alat medis sekali pakai Pengambilan data dilakukan dengan
secara berulang. Angka kejadian membagikan lembar kuisioner kepada
infeksinosokomial yang paling banyak responden.
terjadi yang didapat peneliti terdapat di ICU Kuesioner penelitian tersebut
dan ruang rawat inap lantai 3 yang menggunakan critical value of the product
merupakan ruang bangsal sebanyak 153 moment pada taraf signifikan 95%, maka untuk
kejadian dan ICU sebanyak 78 kejadian sampel 30 orang yang diuji nilai r –tabelnya
Berdasarkan permasalahan di atas, adalah sebesar 0,361. Analisis data statistic yang
maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang dilakukan dengan menggunakan uji korelasi
faktor- faktor yang mempengaruhi yaitu Spearman yang digunakan untuk
pencegahan infeksi nosokomial di ruang mengetahui hubungan antara dua variabel atau
ICU dan ruang rawat inap lantai 3 RSU Sari lebih bila datanya berskala ordinal. Hubungan
Mutiara Medan 2015. dua variabel dikatakan ada hubungan apabila
nilai dari p < 0,05.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Perempuan 28 93,3
Pendidikan
Berdasarkan hasil observasi yang D3- Keperawatan 26 86,7
dilakukan peneliti saat penelitian didapatkan S1- Keperawatan 4 13,3
bahwa banyak perawat yang tidak menggunakan Masa kerja
alat pelindung diri saat melakukan tindakan 2-8 Tahun 26 86,7
9-15 Tahun 4 13,3
keperawatan hal itu disebabkan karena kurang
tersedianya alat pelindung diri, tidak mencuci
tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian
keperawatan serta perawat memakai alat medis menunjukkan bahwa umur mayoritas responden
berulang yang dapat mengakibatkan terjadinya berada pada rentan umur 24-31 tahun yaitu
infeksi nosokomial, serta perawat pelaksana sebanyak 22 orang (73,3%), jenis kelamin
juga mengatakan bahwa tidak pernah dilakukan mayoritas perempuan yaitu sebanyak 28 orang
pelatihan tentang infeksi nosokomial bagi (93,3%), pendidikan mayoritas D3 yaitu
perawat pelaksana di RSU Sari Mutiara Medan. sebanyak 26 orang (86,7%) dan masa kerja
mayoritas berada pada rentan 2-8 tahun yaitu
sebanyak 26 orang (86,7%).
1. Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Masa 2. Analisa Univariat
Kerja pada Perawat di RSU Sari Mutiara a. Pengetahuan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Kategori f (%) Berdasarkan Pengetahuan Perawat di
Umur RSU
24-31 Tahun 22 73,3 Sari Mutiara Medan
32-38 Tahun 8 26,7
Jenis kelamin
Kategori Frekuensi Persentase
Laki-laki (f) 2 (%)6,7
Tidak
Jurnal Online baik
Keperawatan 17
Indonesia 56,7 3 Desember 2018, Vol.1 No.2
Baik 13 43,3
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
Berdasarkan tabel 2, hasil penelitian tidak baik yaitu sebanyak 53,3%.
menunjukkan bahwa pengetahuan perawat
mayoritas tidak baik yaitu 56,7%. d. Pengawasan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
b. Sikap Pengawasan di RSU Sari Mutiara
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap
Perawat di RSU Sari Mutiara Kategori Frekuensi Persentase
(f) (%)
Kategori f Persentase Tidak baik 16 53,3
(%) Baik 14 46,7
Tidak baik 23 76,7
Baik 7 23,3
Berdasarkan tabel 5 hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengawasan tidak baik
Berdasarkan tabel 3, hasil penelitian yaitu sebanyak 16 orang (53,3%).
menunjukkan bahwa mayoritas responden
bersikap tidak baik yaitu 76,7%. e. Pencegahan Infeksi Nosokomial
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
c. Fasilitas Pencegahan Infeksi Nosokomial
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Fasilitas
di RSU Sari Mutiara Kategori Frekuensi Persentase
(%)
Kategori f Persentase
(%) Tidak terjadi 19 63,3
Tidak baik 16 53,3 Terjadi 11 36,7
Baik 14 46,7
Berdasarkan tabel 6 hasil penelitian
Berdasarkan tabel 4 hasil penelitian menunjukkan mayoritas tidak terjadi infeksi
menunjukkan bahwa fasilitas keperawatan nosokomial yaitu sebanyak 63,3%.
3. Analisa Bivariat fasilitas keperawatan dengan pencegahan
infeksi nosokomial.
a. Pengaruh Pengetahuan dengan
Pencegahan Infeksi d. Pengaruh Pengawasan dengan
Nosokomial Pencegahan Infeksi Nosokomial
Tabel 7 Pengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Tabel 10 Pengaruh Pengawasan dengan Pencegahan
Infeksi Nosokomial di RSU Sari Mutiara Infeksi Nosokomial di RSU Sari Mutiara
Kategori Penge Pencegahan
tahuan Infeksi P Kategori Penga Pencegahan P
Nosokomial wasan Infeksi value
Pengetahuan 1. 000 -0, 526 0.00 Nosokomial
Infeksi 3 Pengawasan 1. 000 0, 536 0.002
Nosokomial -0, 526 1. 000 Infeksi Nosokomial
Sikap 1. -0, 420
000 0.021
Berdasarkan tabel 7 hasil uji statistik Infeksi -0, 1. 000
menggunakan Spearman menunjukkan nilai Nosokomial 420
p=0,003 (α = 0,05) artinya terdapat
pengaruh pengetahuan dengan pencegahan Berdasarkan tabel 8, hasil uji statistik
infeksi nosokomial. menggunakan Spearman menunjukkan nilai p
= 0,021 (α = 0,05) artinya ada pengaruh sikap
b. Pengaruh Sikap Dengan Pencegahan dengan pencegahan infeksi nosokomial.
Infeksi Nosokomial
c. Pengaruh Fasilitas Keperawatan
Tabel 8 Pengaruh sikap dengan Pencegahan Infeksi
Nosokomial di RSU Sari Mutiara dengan Pencegahan
Infeksi Nosokomial
Kategori Sikap Pencegahan P Tabel 9 Pengaruh Fasilitas Keperawatan dengan
Infeksi value Pencegahan Infeksi Nosokomial
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 4 Desember 2018, Vol.1 No.2
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
Kategori Fasilitas Pencegahan P Nosokomial 0, 536 1. 000
Infeksi value
Nosokomial
Fasilitas 1. 000 0, 397 0.030 Berdasarkan tabel 10 hasil uji statistik
Infeksi 0, 397 1. 000 menggunakan Spearman menunjukkan nilai p =
Nosokomial 0,002 (α = 0,05) artinya ada pengaruh
pengawasan dengan pencegahan infeksi
Berdasarkan tabel 9 hasil uji statistik nosokomial.
menggunakan Spearman menunjukkan nilai
p = 0,030 (α = 0,05) artinya ada pengaruh PEMBAHASAN
a. Pengaruh Pengetahuan Dengan
Pencegahan Infeksi Nosokomial
Hasil penenelitian menunjukkan
pengetahuan perawat mayoritas tidak baik yaitu
56,7%. Hasil uji statistik dengan menggunakan
uji Spearman menunjukkan ada pengaruh
pengetahuan dengan pencegahan infeksi
nosokomial ( p = 0,003; α = 0,05). Hal ini
menunjukkan pengetahuan perawat sangat
penting diperhatikan dalam upaya pencegahan
infeksi nosokomial atau keadaan yang
memungkinkan dan berpotensi terhadap
terjadinya infeksi nosokomial, karena infeksi
nosokomial merupakan jenis infeksi yang
berasal dari lingkungan rumah sakit sebagai
akibat perilaku perawat atau tenaga medis yang
berisiko seperti tidak menggunakan sarung
tangan yang streril atau kondisi lingkungan
rumah sakit yang berisiko infeksi nosokomial.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Lindawati (2001), bahwa hasil uji
menunjukkan pengetahuan perawat berpengaruh
terhadap terjadinya infeksi nosokomial pada
perawat. Dan sejalan dengan hasil penelitian
Fuadi (2009) ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan pencegahan infeksi
nosokomial di ruang rawat bedah Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Menurut Natoatdmodjo (2004) salah satu merupakan bentuk promosi kesehatan.
upaya untuk meningkatkan pengetahuan Pengetahuan merupakan domain yang sangat
individu adalah melalui pendidikan dan penting untuk terbentuknya tindakan seseorang,
pelatihan baik secara formal maupun informal, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
termasuk pengetahuan tentang segala sesuatu perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
yang berisiko terhadap terjadinya infeksi langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
nosokomial. Hal ini karena perawat merupakan pengetahuan.
tenaga medis yang setiap hari mempunyai
kontak langsung dengan pasien dan ruangan
dalam rumah sakit. Bentuk upaya pencegahan b. Pengaruh Sikap Dengan Pencegahan
yang dilakukan dalam hal kondisi yang berisiko Infeksi Nosokomial
Hasil uji Spearman menunjukkan ada
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 5 Desember 2018, Vol.1 No.2
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
pengaruh signifikan antara sikap perawat nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuian
dengan pencegahan infeksi nosokomial di ruang reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
ICU dan ruang rawat inap lantai 3 RSU Sari kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
Mutiara Medan ( p = 0,021; α = 0,05). Hasil bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
penelitian menunjukkan 76,7% perawat berada
pada kategori sikap tidak baik dan selebihnya Sikap perawat merupakan bagian integral
23,3% berada pada kategori baik. Hasil jawaban dari individu yang menilai dan berpendapat
responden berdasarkan kuesioner sebagian besar tentang kondisi lingkungannya. Hasil penelitian
responden tidak setuju jika langsung mencuci ini mengindikasikan bahwa semakin baik sikap
tangan dengan jika terkontaminasi darah/cairan, perawat tentang berbagai upaya pencegahan
kurang setuju merendam alat kesehatan infeksi nosokomial di rumah sakit maka akan
menggunakan waskom anti karat, kurang setuju semakin kecil risiko terhadap terjadinya infeksi
mensterilkan alat kesehatan setelah dicuci. nosokomial pada perawat, tenaga medis lain
atau pengunjung rumah sakit. Sikap perawat
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian tersebut didasarkan pada sikap menggunakan
Nurhayati (1997) bahwa hasil uji menunjukkan peralatan medis yang terlebih dahulu disterilkan,
sikap perawat berhubungan dengan perilaku dan umum perawat lalai melakukan strelisasi
kepatuhan petugas kesehatan dalam pencegahan peralatan medis yang digunakan dan lalai dalam
infeksi luka operasi di bagian bedah Rumah menggunakan alat pelindung diri seperi sarung
Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Dr. Hasan tangan sebelum melakukan tindakan perawat
Sadikin Bandung. Dan sejalan dengan hasil medisnya.
penelitian Yusran (2004), bahwa sikap perawat
mempunyai hubungan dengan infeksi risiko Sikap perawat yang kurang akan
nosokomial di RSU Abdoel Muluk Lampung. berdampak terhadap tindakan pencegahan
infeksi nosokomial di rumah sakit. Hal ini
Menurut Notoatmodjo (2004), sikap menurut Bachroen (2000) bahwa secara umum
merupakan reaksi atau respon yang masih pelaksanaan prinsip universal precautiondi
tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau Indonesia masih kurang. Beberapa tindakan
objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung yang meningkatkan potensi penularan penyakit
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih yaitu tidak mencuci tangan, tidak menggunakan
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara sarung tangan, penanganan benda tajam yang
salah, teknik dekontaminasi yang tidak adekuat,
dan kurangnya sumber daya untuk
melaksanakan prinsip universal precaution.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
Karyadi Semarang (2003) menunjukkan angka
kepatuhan tenaga kesehatan untuk menerapkan
penerapan beberapa elemen universal
precaution kurang dari 50%. Studi pendahuluan
yang dilakukan di Rumah Sakit Abdoel Muluk
pada tahun 2006 menunjukkan 58 % tenaga
kesehatan mengalami paparan terhadap darah
dan cairan tubuh.
c. Pengaruh Fasilitas Dengan Pencegahan
Infeksi Nosokomial
Hasil uji statistik menggunakan spearman
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan
antara fasilitas keperawatan dengan pencegahan
infeksi nosokomial di ICU dan ruang rawat inap
lantai 3 RSU Sari Mutiara Medan ( p = 0,030; α
= 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan 53,3%
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 6 Desember 2018, Vol.1 No.2
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
perawat berada pada kategori tidak baik dan
selebihnya 46,7% berada pada kategori baik. nosokomial di ruang rawat bedah Rumah Sakit
Dari hasil jawaban responden melalui kuesioner
didapat mayoritas responden mengatakan tidak
tersedia sarung tangan steril di setiap ruangan,
tidak tersedia peralatan di setiap ruangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Lindawati (2001) yang menyatakan
bahwa ada pengaruh antara sarana dan
prasarana dengan persepsi perawat pelaksana
terhadap upaya pencegahan infeksi nosokomial
di ruang rawat inap Rumah Sakit Pusat
Pertamina (RSPP) Jakarta.
Menurut Green yang dikutip Kusmayati
(2004) fasilitas merupakan salah satu dari
sumber daya yang memungkinkan seseorang
untuk berperilaku tertentu. Tanpa adanya
dukungan fasilitas yang memadai, menyulitkan
seseorang untuk dapat melakukan sesuatu
dengan baik. antara lain air mengalir untuk cuci
tangan dan sabun, sarung tangan, mensterilkan
peralatan, antiseptik dan desinfektan
d. Pengaruh Pengawasan Dengan
Pencegahan Infeksi Nosokomial
Hasil uji statistik menggunakan spearman
menunjukkan terdapat pengaruh signifikan
antara pengawasan dengan pencegahan infeksi
nosokomial di ICU dan ruang rawat inap lantai
3 RSU Sari Mutiara Medan ( p = 0,002; α =
0,05). Hasil penelitian menunjukkan 53,3%
mengatakan pengawasan tidak baik dan
selebihnya 46,7% pengawasan baik. Dari
jawaban responden melalui kuesioner
didapatkan mayoritas mengatakan tidak pernah
dilakukan pengawasan di setiap ruangan tentang
pencegahan infeksi nosokomial, tidak dilakukan
pengawasan manajemen rumah sakit tentang
upaya pencegahan infeksi nosokomial
melibatkan penanggung jawab ruang rawat inap
dan pengawasan yang yang dilakukan
manajemen rumah sakit tidak ditindaklanjuti.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Lindawati (2001) yang menyatakan bahwa ada
pengaruh antara pengawasan dengan persepsi
perawat pelaksana terhadap upaya pencegahan
infeksi nosokomial di ruang rawat inap Rumah
Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta p (0,000)
< 0,05,dan sejalan dengan hasil penelitian Fuadi
(2009) ada hubungan yang signifikan antara
pengawasan dengan resiko terjadinya infeksi
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 7 Desember 2018, Vol.1 No.2
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin infeksi nosokomial semakin rendah, mereka
Banda Aceh p (0,000) < 0,05. bekerja semau dengan yang mereka mau bukan
Kontrol atau pengawasan adalah fungsi semesti yang telah ada dalam standart prosedur
di dalam manajemen funsional yang harus operasional untuk melakukan pencegahan
dilaksanakan oleh setiap pimpinan atau infeksi nosokomial.
manajer semua unit/satuan kerja terhadap
pelaksanaan pekerjaan dilingkungannya. KESIMPULAN
Munir (1998) terjadinya infeksi disebabkan
karena adanya kekurangan dalam system Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor
pengawasan manajeman. Kurangnya yang mempengaruhi pencegahan infeksi
pengawasan manajemen (Lack of control nosokomial di Intensive Care Unit(ICU) dan
Managemen) dapat terbentuk kurang ruang rawat inap lantai 3 RSU Sari Mutiara
program, kurangnya standar dari program Medan Tahun 2015 dapat diambil kesimpulan
atau kegagalan memenuhi standar. sebagai berikut.
Pengawasan salah satu unsur manajer 1. Faktor pengetahuan mempengaruhi
profesional yang harus dilaksanakan oleh pencegahan infeksi nosokomial dengan p
semua anggota manajemen, baik ia seorang value = 0,003
pengawas atau pimpinan utama suatu 2. Faktor sikap mempengaruhi pencegahan
organisasi infeksi nosokomial dengan p value =
Menurut Green (1980) mengatakan 0,021
seseorang akan patuh bila masih dalam tahap 3. Faktor fasilitas mempengaruhi
pengawasan, bila pengawasan mengendur pencegahan infeksi nosokomial dengan p
maka perilaku akan ditinggalkan artinya value = 0,030
ketika pengawasan itu sudah mulai menurun 4. Faktor pengawasan mempengaruhi
maka perawat untuk melakukan pencegahan pencegahan infeksi nosokomial dengan p
value = 0,002
REFERENSI Dalam Widiastuti, 2011. Tesis.
Anamaulida. 2011. Prinsip Pencegahan Husain. 2008. Rumah Sakit Gudang Penyakit. ht
Infeksi. tp://cpddokter.com/home/, diakses pada
http://www.docstoc.com/docs/Prinsip tanggal 03 Mei 2014.
Pencegahan Infeksi Linda. 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Dengan Persepsi Perawat Pelaksana Tetang
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di
Cipta. Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pusat
Betty. 2012. Infeksi Nosokomial. Yogyakarta : Pertamina. Tesis.
Nuha Medika. Martono. 2007. Hubungan Pengetahuan Perawat
Brethnach. 2005. Nosokomial Infection Jurnal Tentang Infeksi Nosokomial Terhadap
Medicine. Volume 33 no.3. Perilaku Pencegahan Infeksi Nsokomial di
RSUD Sidikalang. Dalam Rawati, 2011.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Skripsi.
Problematika dan Pengendaliannya.
Jakarta : Penerbit Selemba Medika. Muninjaya. 2004. Pengaruh Pengawasan dan
Kepatuhan Terhadap Penggunaan Alat
2007. Pedoman Manajemen Pencegahan dan Pelindung Diri Pada Perawat Dalam
Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Dan Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah
Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta. Sakit Umum Daerah Kisaran. Dalam Siagian,
Gibson, dkk. 2002. Organisasi Perilaku, 2012. Tesis.
Struktur dan Proses. Penerbit Erlangga. Najmah. 2011. Managemen dan Analisa Data
Hasyim. 2005. Analisis Persepsi Perawat Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika.
Terhadap Perilaku Kewaspadaan Nursalam. 2010. Konsep Dan Penerapan
Universal Untuk Mencegah Infeksi Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Nosokomial di RSUD Sanjiwani Gianyar. Jakarta : Salemba Medika.
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 8 Desember 2018, Vol.1 No.2
Jurnal Online Keperawatan Indonesia
Notoadmodjo. S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta.
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT
Rineka Cipta.
2010. Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Parhusip. 2005. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Infeksi
Nosokomial Serta Pengendaliannya di
BHG UPF Paru Rumah Sakit Dr.
Pringadi/Lab Penyakit Paru FK.USU.
Medan.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Edisi 4.
Jakarta :EGC.
Razi. 2011. Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Perawat Terhadap
Pencegahan Terjadinya Infeksi
Nosokomial di ruang Rawat Bedah
(RSUD) Kota Langsa. Tesis.
Septiari, B,B. 2012.Infeksi Nosokomial.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Setiadi. 2007. Kosep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Edisi Pertama
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siagian. 2012. Pengaruh Pengawasan dan
Kepatuhan Terhadap Penggunaan
Pelindung Diri Pada Perawat Dalam
Pencegahan Infeksi Nosokomial di
RSUD Kisaran. Tesis.
Sprita. 2006. Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Sikap Perawat
Dalam Mencegah Infeksi Nosokomial
di Ruang Mawar, Angrek dan Dahlia
RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi.
Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung :
Tarsito.
Taqirah. 2011. Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Perawat Rumah Sakit Umum
Siti Hajar (RSU) Dalam Mencegah
Infeksi Nosokomial. Skripsi.
Vincent, J. L. 2003. Nosokomial Infections
In Adult Intensive Care Units. Volume
361, pp 2068-2077.
WHO. 2004. Prevention Of Hospital
Acquired I nfection, A Pratical Guide
2nd Edition. htt
p://www.Who.Int/Research/En/Emc
Jurnal Online Keperawatan Indonesia 9 Desember 2018, Vol.1 No.2