Setiap bulan September, komunitas internasional merayakan Deaf Awareness Month untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu yang dihadapi oleh individu tunarungu.
Bulan ini menjadi kesempatan yang baik untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan pemahaman tentang budaya dan bahasa isyarat.
Sejarah Deaf Awareness Month
Deaf Awareness Month dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1958, bertepatan dengan pembentukan organisasi deaf di negara tersebut. Setiap tahun, kampanye ini bertujuan untuk menyoroti kontribusi individu tunarungu dan menekankan pentingnya aksesibilitas serta komunikasi yang inklusif.
Perayaan ini bermula dari berdirinya Federasi Tuli Dunia (World Federation of the Deaf / WFD) pada bulan September 1951. Peringatan ini kemudian meluas menjadi International Week of the Deaf (Pekan Tuli Internasional) yang diadakan pada pekan terakhir bulan September, dan puncaknya adalah International Day of Sign Languages (Hari Bahasa Isyarat Internasional) pada tanggal 23 September.
Perayaan ini berfokus pada pentingnya Bahasa Isyarat dalam menjembatani komunikasi dan memberikan identitas bagi komunitas tuli. Tujuannya adalah untuk mendidik masyarakat tentang Bahasa Isyarat—yang memiliki tata bahasa dan struktur uniknya sendiri, bukan hanya isyarat tangan sederhana.
Perayaan ini juga merupakan ajakan untuk advokasi, mendorong pengakuan hukum dan ketersediaan penerjemah Bahasa Isyarat di berbagai layanan publik. Dengan merayakan Bahasa Isyarat, kita tidak hanya meningkatkan kesadaran, tetapi juga mendukung inklusivitas dan memastikan bahwa individu Tuli memiliki akses penuh untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Tujuan dari Deaf Awareness Month
- Mendidik Publik: Mengajarkan masyarakat tentang tantangan yang dihadapi oleh individu Tuli dalam hal akses ke pendidikan, layanan kesehatan, dan pekerjaan, serta membongkar mitos dan stereotip yang salah.
- Mengakui Budaya Tuli: Merayakan dan menghormati budaya Tuli yang kaya dan unik, yang mencakup identitas, nilai, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
- Mempromosikan Bahasa Isyarat: Meningkatkan kesadaran akan pentingnya Bahasa Isyarat sebagai bahasa yang lengkap dengan tata bahasa dan strukturnya sendiri. Perayaan ini mendorong masyarakat untuk belajar Bahasa Isyarat guna menjembatani komunikasi.
- Advokasi Hak-hak: Menuntut pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia bagi individu Tuli, termasuk hak atas pendidikan yang inklusif, layanan penerjemah Bahasa Isyarat, dan aksesibilitas di semua ruang publik.
- Merayakan Pencapaian: Menyoroti kontribusi dan prestasi individu Tuli di berbagai bidang, seperti seni, olahraga, sains, dan politik, untuk menginspirasi dan menunjukkan potensi mereka.
Praktik dan Dukungan di Indonesia
Di Indonesia, perhatian terhadap tunarungu masih berkembang. Banyak organisasi non-pemerintah (NGO) berupaya untuk meningkatkan kesadaran, termasuk mengadakan seminar, workshop, dan pelatihan tentang bahasa isyarat.
Untuk mendukung Deaf Awareness Month, kita bisa turut serta dalam kegiatan tersebut, membagikan informasi melalui media sosial, serta belajar bahasa isyarat guna berkomunikasi dengan teman-teman yang tunarungu.
Dengan partisipasi aktif, kita bisa membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi komunitas tunarungu.
Bagaimana kita dapat berpartisipasi?
Berikut beberapa cara untuk mendukung dan berpartisipasi dalam Deaf Awareness Month:
- Belajar Dasar Bahasa Isyarat: Mempelajari frasa dasar Bahasa Isyarat di negara Anda (misalnya, BISINDO di Indonesia) untuk berkomunikasi dengan individu Tuli.
- Menonton Film atau Dokumenter: Menonton film atau dokumenter yang menampilkan karakter atau isu-isu Tuli, seperti CODA atau Deaf U, untuk mendapatkan perspektif yang lebih mendalam.
- Mendukung Bisnis dan Organisasi Tuli: Membeli produk atau jasa dari pengusaha Tuli dan menyumbang untuk organisasi yang berfokus pada hak-hak Tuli.
- Menyebarkan Informasi: Berbagi fakta dan informasi yang akurat tentang komunitas Tuli di media sosial atau lingkungan sekitar Anda untuk melawan stereotip.
- Menghormati Komunikasi: Saat berinteraksi dengan individu Tuli, perhatikan gestur dan cara berkomunikasi yang mereka pilih, baik itu Bahasa Isyarat, tulisan, atau lisan. Bicara dengan pelan agar teman tuli dapat membaca gerakan bibir, dan hindari berteriak.
Sebagai salah satu upaya membumikan bahasa isyarat di Sulawesi Utara, Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) DPD Sulawesi Utara akan menggelar perayaan Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII). Mari berpartisipasi dalam HBII Sulut 2025, untuk akses informasi lebih lanjut anda dapat kunjungi laman instagram GERKATIN SULUT