KEMBAR78
Greta Thunberg Tiba di Yunani Usai Dideportasi Israel - Global Liputan6.com
Sukses

Greta Thunberg Tiba di Yunani Usai Dideportasi Israel

Thunberg menyebut Global Sumud Flotilla sebagai upaya terbesar yang pernah dilakukan untuk mematahkan pengepungan ilegal

Diterbitkan 07 Oktober 2025, 12:05 WIB

Liputan6.com, Athena - Aktivis asal Swedia Greta Thunberg tiba di Yunani setelah dideportasi oleh otoritas Israel usai ikut dalam misi Global Sumud Flotilla menuju Gaza.

Setibanya di Athena, ia langsung mengecam tindakan Israel dan menyerukan dunia untuk bertindak menghentikan apa yang disebutnya sebagai “genosida terhadap rakyat Palestina.”

Dalam pernyataannya, Thunberg menyebut Global Sumud Flotilla sebagai upaya terbesar yang pernah dilakukan untuk mematahkan pengepungan ilegal dan tidak manusiawi Israel melalui laut, dikutip dari laman France24, Selasa (7/10/2025).

“Misi ini memang harus ada, namun sangat memalukan bahwa dunia membiarkan hal seperti ini terjadi,” ujarnya, menyerukan agar masyarakat internasional bertindak untuk menghentikan apa yang ia sebut sebagai “genosida” Israel terhadap Palestina.

“Kita bahkan tidak melihat sedikit pun tindakan nyata dari pemerintah kita,” tambah Thunberg dengan nada kecewa.

Anggota Parlemen Eropa Mengaku Dipukuli

Salah satu peserta flotilla yang juga tiba di Athena, Rima Hassan—anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina—mengaku dipukuli oleh polisi Israel setelah armada mereka dicegat di laut.

“Saya dipukuli oleh dua petugas polisi ketika mereka memasukkan saya ke dalam van,” ungkapnya kepada AFP.

Hassan menjelaskan bahwa dirinya dan para tahanan lainnya ditahan berdesakan, hingga 15 orang dalam satu sel, di penjara keamanan tinggi Israel dengan hanya beralaskan kasur tipis.

Sementara itu, Yasmin Acar, anggota komite pengarah flotilla, mengatakan para tahanan diperlakukan “seperti binatang” dan “teroris.”

“Kami diserang secara fisik, dilarang tidur. Tidak ada air bersih. Selama 48 jam pertama, kami bahkan tidak mendapat makanan maupun air sama sekali,” kata Acar.

Israel menolak semua tuduhan penganiayaan tersebut dan menyebutnya tidak berdasar.