ZONAUTARA.com—Jika ditanya apa salah satu hal yang menjadi pembeda Tondano, Minahasa, bertahun-tahun lalu dan hari ini, maka jawabannya sederhana: Moonbae.
Dalam beberapa waktu terakhir, sekelompok anak muda berhasil merubah salah satu sudut sunyi di kawasan Kantor Bupati Minahasa menjadi ruang publik, yang kemudian populer dengan sebutan Moonbae.
Kala malam menjelang dan waktu telah melewati jam sibuk, salah satu ruas jalan di samping Bundaran Tondano akan ditutup.
Kawasan dengan panjang kurang lebih 100 meter itu akan berubah menjadi tempat nongkrong: meja dan kursi digelar, pengunjung yang didominasi anak muda mulai berdatangan, dan pengeras suara mulai melantunkan musik.
Biasanya pengunjung akan membludak saat akhir pekan. Bahkan UMKM penyedia makanan dan minuman sering kali harus menambah persediaan kursi dan meja.
Pun demikian pada Sabtu (4/10/2025) malam saat kami berkunjung ke sana. Riuh rendahnya suasana telah nampak sejak dari parkiran kendaraan.
Puluhan orang berjejal mencari tempat paling nyaman. Kami yang tiba agak larut, terpaksa harus berjalan lebih jauh mencari kursi kosong. Hal ini jadi bukti tingginya antusiasme pengunjung mengakses ruang publik.
Di kiri kanan jalan, puluhan UMKM berjejer rapi menjajakan makanan ringan hingga berbagai macam varian kopi di antara dingin yang merambat perlahan.
Saat malam tiba, ada dua hal yang seakan wajib ada di Tondano: suhu dingin dan kabut yang makin malam kian tebal. Dan benar saja, pengukur suhu di smartphone menunjukkan angka 19-20 derajat celcius—suhu yang terbilang dingin bagi yang terbiasa dengan suhu panas di Manado.
Di sisi lain, kabut tipis yang perlahan turun membuat sebagian besar pengunjung enggan melepas jaket. Kami pun demikian.

Malam makin meriah dengan adanya live musik yang bebas diakses siapa saja. Berganti penyanyi, berganti pula genre lagu yang dibawakan, mulai dari tembang manis karya penyanyi Manado Gunawan hingga Mahalini, semua dituntaskan tanpa celah.
Puncaknya saat seseorang maju dan membawakan She’s Gone-nya Steelheart. Semua mata tertuju dan menunggu seperti apa performanya saat melantunkan not tinggi dalam lagu tersebut.
Saat ia berhasil menuntaskan lagu tersebut orang-orang bersorak, bertepuk tangan dan berdecak kagum.
Selain mendengarkan lantunan lagu, para pengunjung yang didominasi Gen Z itu membincangkan banyak hal dengan orang di sekitarnya sembari menikmati butiran-butiran kabut yang perlahan turun menyentuh wajah.
Dalam kacamata teori sosial, adanya Moonbae di Tondano dapat dipahami sebagai fenomena terciptanya ruang publik, yang salah satu cirinya adalah bebas dan inklusif.
Artinya siapa saja bebas berpastisipasi dan mengakses ruang publik terlepas dari berbagai perbedaan yang ada.
Dan hal itu terlihat di Moonbae, siapa saja bebas datang dan singgah, entah hanya berjalan mengitari kawasan yang sedang ramai tersebut atau duduk, memesan kopi dan membahas ide.
Di sisi lain, adanya Moonbae menjadi jaminan bahwa UMKM di sekitarnya akan terus tumbuh dan berkembang.
Meski suasana sedang ramai-ramainya, kami memutuskan pulang setelah menyesap tetes terakhir vanilla latte, americano, dan cokelat panas yang ada di meja.
Sapuan angin dingin saat berkendara membawa kembali ingatan perjalanan selama belasan tahun di tanah Tondano. Meski terdengar sebagai hal yang indah, kenyataan bahwa waktu tak bisa diulang jelas terasa seperti hukuman.