Bola.com, Jakarta - Erik ten Hag menjadi sosok di balik kedatangan Mason Mount ke Manchester United pada Juli 2023.
Mantan pelatih Ajax itu begitu yakin dengan peran Mount dalam skemanya, hingga masih berkeyakinan bahwa absennya sang gelandang karena cedera turut berperan dalam pemecatannya dari kursi manajer Setan Merah.
Selama hampir 15 bulan bekerja sama, Mount hanya tampil sebagai starter dalam tujuh laga Premier League. Ten Hag diyakini masih berpikir hasilnya bisa berbeda jika sang pemain lebih sering bugar.
Kini, di bawah asuhan pelatih Ruben Amorim, persoalan Mount belum sepenuhnya selesai. Gelandang asal Inggris itu memang kembali ke tim utama dalam beberapa pekan terakhir, tetapi masalah kebugaran masih membayangi.
Setelah mencetak gol ke gawang Sunderland, gol pertamanya musim ini sekaligus yang pertama di Premier League di Old Trafford, Mount ditarik keluar pada menit ke-66.
Penampilannya sebenarnya cukup baik, tetapi keputusan pergantian sudah dibuat sejak awal.
"Dia tampil sangat bagus," ujar Amorim usai laga.
"Namun, ia hanya bermain sejumlah menit tertentu karena kami harus mengatur waktu bermain saat pemain seperti Mason baru kembali dari cedera," tambahnya.
Perjuangan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 berakhir pilu usai kalah tipis dari Irak. Tiga fakta berikut menggambarkan beratnya langkah Garuda di ajang bergengsi tersebut.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Amorim Terkesan
Amorim memilih langkah hati-hati menjelang jadwal berat setelah jeda internasional, termasuk lawatan ke markas Liverpool di Anfield.
Laga tersebut menjadi awal dari empat pertandingan penting lainnya melawan Brighton & Hove Albion, Nottingham Forest, dan Tottenham Hotspur, rangkaian yang bisa menentukan nasib Amorim di Old Trafford hingga Natal nanti.
Mount menjadi satu di antara pemain pertama yang ditemui Amorim ketika tiba di Carrington pada November 2024. Saat itu, Mount masih menjalani masa pemulihan cedera di gym ketika rekan-rekannya tengah berlibur atau membela tim nasional.
Dari situ, Amorim melihat sikap kerja keras yang langsung membuatnya terkesan.
Pelatih asal Portugal itu berupaya membersihkan ruang ganti dari pengaruh negatif, yang berujung pada kepergian Marcus Rashford dan Alejandro Garnacho. Mount justru dijadikan contoh ideal dari karakter pemain yang diinginkannya.
Bahkan saat cedera, pemain berusia 26 tahun itu tetap hadir dalam rapat tim agar bisa segera memahami taktik ketika kembali bermain.
Bantu Amorim
Di Carrington, Mount dikenal sebagai pemain yang paling lama meninggalkan tempat latihan karena menjalani sesi pemulihan panjang di sauna dan terapi es. Alih-alih bepergian selama jeda internasional, ia memilih menghabiskan waktu bersama keluarga dan bermain golf.
Mount juga berperan membantu rekan-rekannya memahami sistem permainan Amorim karena sebelumnya ia pernah bermain dalam formasi serupa di bawah Thomas Tuchel di Chelsea.
"Saya punya pengalaman bermain dengan formasi yang mirip dengan apa yang disukai [Amorim]," kata Mount usai laga melawan Sunderland.
"Saya tahu peran dan apa yang diinginkannya dari tim karena saya pernah menjalankannya sebelumnya. Jadi, mungkin di awal, [Amorim] bisa sedikit mengandalkan saya karena saya memahami posisinya," tuturnya.
Beri Lebih Banyak Opsi di Lini Tengah
Selain pemahaman taktik, Mount memberi Amorim opsi berbeda di lini tengah. Ia tampil sebagai starter menggantikan Matheus Cunha, rekrutan anyar senilai 62,5 juta paun.
Keputusan itu tidak mudah, mengingat Cunha tampil cukup baik, tetapi posisinya lebih sebagai penyerang ketimbang gelandang.
Berbeda dengan Cunha dan Bryan Mbeumo yang memberi ancaman ofensif, Mount justru menawarkan keseimbangan.
Ia mampu menekan lawan, menutup ruang saat tanpa bola, dan membantu dua gelandang bertahan, biasanya Bruno Fernandes dan Casemiro, ketika lini tengah MU kewalahan. Hal itu penting dalam sistem yang kerap berhadapan dengan formasi tiga gelandang di Premier League.
"Saya rasa Mason Mount bisa memberi kami lebih banyak opsi di lini tengah dibandingkan pemain sayap atau penyerang," ujar Amorim setelah kemenangan atas Sunderland.
"Ia bisa bertahan dengan baik, cerdas, dan juga menyerang dengan baik. Kami akan menyesuaikan karakteristik itu tergantung lawan yang kami hadapi," lanjutnya.
Karakteristik Mount Diuji
Karakteristik tersebut akan kembali diuji saat MU bertandang ke Anfield akhir pekan ini.
"Saya merasa bisa membawa banyak energi ke tim, memulai tekanan sejak awal, menjadi katalis di lini depan," ucap Mount mengenai perannya.
"Itu selalu jadi fokus saya, membantu rekan-rekan dan membawa energi positif," tegas pemain berusia 26 tahun ini.
Energi memang menjadi hal yang terus diminta Amorim dari para pemainnya, terutama di awal pertandingan. Selama 11 bulan masa kepelatihannya, Setan Merah sudah kebobolan lebih dulu dalam 22 dari 34 laga Premier League.
Amorim pun menilai penting bagi timnya untuk tampil agresif sejak awal karena MU kerap kesulitan bangkit setelah tertinggal.
Mount akan kembali diandalkan dalam upaya tersebut saat menghadapi Liverpool, seperti halnya ketika ia membuka skor ke gawang Sunderland lewat peluang pertama tim pada menit kedelapan.
Penampilan besar di Anfield juga bisa memperkuat peluangnya kembali ke Timnas Inggris jelang Piala Dunia 2026.
Mount sempat berbicara panjang dengan Thomas Tuchel usai tampil impresif melawan Arsenal di pekan pembuka musim ini.
Kesempatan tampil di Piala Dunia 2026 masih terbuka, dan Tuchel tentu mengenal betul kualitas Mount setelah menjadikannya bagian penting dari skuad Chelsea yang menjuarai Liga Champions 2021.
Bagi Ten Hag, hal itu mungkin menjadi penyesalan tersendiri. Ia tak pernah benar-benar melihat potensi terbaik Mount, yang kini justru mulai bersinar di bawah Ruben Amorim.
Â
Sumber: ESPN