Bola.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali mencetak sejarah. Untuk pertama kalinya, logam mulia itu menembus level 4.000 dolar AS per ons, seiring meningkatnya minat investor terhadap aset aman di tengah melemahnya dolar Amerika Serikat (AS), tingginya inflasi, dan ketegangan geopolitik global.
Pada perdagangan Selasa (7-10-2025) waktu New York atau Rabu pagi waktu Jakarta, harga emas sempat menyentuh level tertinggi intraday di 4.014,60 dolar AS sebelum ditutup di posisi USD 4.004,40 per ons.
Baca Juga
Kenaikan ini menjadi rekor baru sepanjang sejarah perdagangan emas.
Selama 2025, harga emas telah melesat hampir 50 persen.
Lonjakan tersebut dipicu oleh pelemahan dolar AS sekitar 10 persen dan dampak kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump yang dinilai mengganggu sistem perdagangan global serta menekan independensi bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Dua pembalap Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo dan Alex Rins, mengunjungi SMAN 2 Mataram, NTB, menyapa ribuan siswa dan guru dalam acara meet and greet jelang MotoGP Mandalika 2025. Kedua rider ini mendapat sambutan hangat yang memperlihatkan a...
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Investor Global Beralih ke Aset Aman
Kondisi ekonomi yang tidak stabil membuat emas kembali menjadi primadona. Baik bank sentral maupun investor ritel ramai-ramai membeli logam mulia tersebut.
Cina, misalnya, diketahui mulai mengurangi kepemilikan surat utang pemerintah AS dan beralih ke emas, terutama setelah Washington menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina pada 2022.
Sementara itu, investor individu juga menambah kepemilikan emas sebagai bentuk perlindungan terhadap inflasi yang terus naik.
Momentum kenaikan harga emas turut didorong oleh keputusan The Fed yang memangkas suku bunga acuannya pada September, pemangkasan pertama tahun ini. Penurunan suku bunga membuat instrumen utang jangka pendek, seperti Treasury bills, menjadi kurang menarik bagi investor.
Pasar kini memperkirakan The Fed akan kembali menurunkan suku bunga dua kali lagi sebelum akhir tahun, dari posisi saat ini yang berada di kisaran 4,00% hingga 4,25%. Pertemuan berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 29 Oktober mendatang.
Ray Dalio Sarankan Investor Pegang Emas
Pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, menilai emas adalah aset paling aman dalam kondisi pasar yang tidak menentu.
Dalam Forum Ekonomi Greenwich di Connecticut, Selasa kemarin, Dalio menyarankan agar investor menempatkan sekitar 15% dari portofolio mereka dalam bentuk emas.
"Instrumen utang bukanlah cara yang efektif untuk menyimpan kekayaan," ujar Dalio.
"Emas justru berkinerja sangat baik ketika sebagian besar aset dalam portofolio Anda sedang turun," tambahnya.
Pandangan Dalio tersebut memperkuat sentimen positif terhadap emas sebagai pelindung nilai di tengah ketakpastian ekonomi global.
Kenaikan Tajam Sejak Awal Tahun
Kendati tren harga emas masih menanjak, Bank of America (BofA) memperingatkan potensi kelelahan pasar. Dalam laporan yang dirilis Senin (6-10-2025), BofA mengingatkan bahwa harga yang mendekati 4.000 dolar AS bisa memicu fase konsolidasi atau koreksi pada kuartal keempat tahun ini.
"Investor perlu berhati-hati dan meninjau ulang strategi investasinya agar tidak terjebak dalam fluktuasi harga yang tidak terduga," tulis BofA dalam laporannya.
Kenaikan harga emas sebenarnya sudah terlihat sejak awal 2025. Dalam beberapa bulan terakhir, logam mulia ini terus mencetak rekor baru, menembus 3.900 dolar AS per ons sebelum akhirnya melewati batas psikologis 4.000 dolar AS pekan ini.
Dikutip dari CNBC, harga emas spot sempat naik 1,8% menjadi 3.956,19 dolar AS per ons, sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 1,7% lebih tinggi di 3.976,30 dolar AS per ons.
Kenaikan tersebut juga didorong oleh ekspektasi kuat bahwa The Fed akan melanjutkan pemangkasan suku bunga, di tengah meningkatnya risiko ekonomi dan politik di berbagai belahan dunia.
Sumber: merdeka.com