Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela tahukah, bahwa masa anak-anak dan remaja adalah periode emas untuk membentuk tulang yang kuat dan sehat? Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari pentingnya menjaga kepadatan tulang sejak dini.
Kenali berbagai gangguan perkembangan tulang yang bisa terjadi pada anak dan remaja. Ketika berbicara tentang kerapuhan tulang, seringkali perhatian tertuju pada lansia. Namun, ahli kesehatan memperingatkan fondasi kepadatan tulang harus dibangun pada usia muda, terutama remaja.
Gangguan perkembangan tulang pada anak dan remaja adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dini. Bertepatan dengan Hari Osteoporosis Sedunia pada 20 Oktober, para ahli mengingatkan bahwa gaya hidup aktif adalah kunci. Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menegaskan pentingnya aktivitas fisik.
Advertisement
"Kita juga harus banyak bergerak atau beraktifitas jangan terlalu banyak bermain handphone" ujar Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam seminar media online (21/10).
Advertisement
Puncak Kepadatan Tulang pada Masa Remaja
Perkembangan tulang tidak hanya tentang bertambah panjang, tetapi juga peningkatan kepadatannya. Tulang memiliki bagian mineral dan kolagen dan tidak berdiri sendiri. Dr. Frieda Susanti, SpA, Subs Endo(K), PhD, Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, menjelaskan bahwa anak masih dapat terus tumbuh selama lempeng pertumbuhannya masih terbuka.
Meskipun tulang terus berkembang, peningkatan tulang yang paling tinggi yaitu kepadatannya terjadi pada masa remaja. Sayangnya, kepadatan tulang mulai menurun pada usia 30 tahunan ke atas.
“Peningkatan tulang yang paling tinggi yaitu pada usia remaja,di usia 30 tahunan keatas kepadatan tulang mulailah menurun,” ujar Dr Frieda Susanti, SpA, Subs Endo(K), PhD (21/10).
Penurunan ini sangat signifikan pada perempuan yang memasuki masa menopause karena kekurangan hormon estrogen, yang sering menyebabkan terjadinya osteoporosis. Oleh karena itu, mencapai kepadatan tulang di masa remaja menjadi pertahanan terbaik melawan kerapuhan di masa depan.
Itulah mengapa masa remaja menjadi momen krusial untuk membangun tulang yang kuat. Aktivitas fisik, asupan nutrisi, dan paparan sinar matahari sangat berperan penting.
Jenis Gangguan Tulang pada Anak
Tulang yang sehat adalah fondasi penting bagi tumbuh kembang anak, terutama di masa pertumbuhan aktif seperti balita hingga remaja. Namun, tidak semua anak memiliki perkembangan tulang yang optimal.
Beberapa kondisi medis dapat mengganggu proses kepadatan tulang, sehingga berisiko menimbulkan kelainan bentuk, kerapuhan, atau gangguan pertumbuhan. Mengenali jenis gangguan tulang sejak dini sangat penting agar ibu bisa segera mengambil penanganan yang tepat. Berikut beberapa gangguan perkembangan tulang yang perlu diwaspadai:
- Rickets: Gangguan mineralisasi pada tulang rawan dan lempeng pertumbuhan, biasanya akibat defisiensi vitamin D dan kalsium.
- Osteoporosis: Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Pada anak, bisa terjadi akibat penyakit kronis atau penggunaan steroid jangka panjang.
- Displasia Skeletal: Kelainan bentuk tulang akibat gangguan genetik.
Advertisement
Osteogenesis Imperfecta (OI) Tulang Mudah Patah Sejak Kandungan
Osteogenesis Imperfecta (OI) adalah kelainan genetik yang menyebabkan tulang sangat rapuh. Anak dengan OI bisa mengalami patah tulang spontan sejak dalam kandungan, fraktur berulang, dan bentuk tulang yang bengkok. Jika ada riwayat keluarga dengan kelainan serupa, atau anak tampak pendek dengan tulang panjang yang melengkung, segera konsultasikan ke dokter.
Osteoporosis pada Anak dan Remaja
Osteoporosis tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga bisa terjadi pada anak dan remaja, terutama yang menjalani terapi steroid jangka panjang. Jenis obat seperti prednisone, metilprednisolone, dan deksametason memang sering digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi medis.
Namun, efek sampingnya terhadap kepadatan tulang perlu diwaspadai. Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama dapat menghambat pembentukan tulang baru dan mempercepat proses pengeroposan.
Selain penggunaan obat, anak dengan penyakit kanker juga rentan mengalami osteoporosis. Hal ini disebabkan beberapa faktor, mulai dari penyakit kanker terhadap metabolisme tulang, hingga efek kemoterapi dan steroid yang digunakan dalam pengobatan.
Penurunan kepadatan tulang pada anak dengan kanker bisa terjadi secara progresif dan sering kali tidak disadari hingga muncul gejala patah tulang. Perlu waspada jika anak menunjukkan tanda-tanda seperti tinggi badan yang tidak proporsional dan sering mengalami patah tulang.
Bisa juga memiliki riwayat penyakit kronis seperti lupus, gangguan ginjal, atau gangguan hati. Anak-anak yang menjalani terapi steroid dalam jangka panjang juga perlu dipantau secara rutin oleh dokter untuk mencegah terjadinya osteoporosis.
Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk menjaga kualitas hidup dan tumbuh kembang anak secara optimal. Dengan memahami berbagai faktor risiko dan tanda osteoporosis pada anak dan remaja, orang tua lebih waspada dalam menjaga kesehatan tulang anak.
Pencegahan sejak dini melalui gaya hidup aktif, asupan nutrisi yang cukup, serta pemantauan medis yang tepat sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal. Ingat, tulang yang kuat bukan hanya soal tinggi badan, tapi juga tentang kualitas hidup anak di masa depan.