KEMBAR78
Review Buku Novel White Wedding - Lifestyle Fimela.com
Sukses

Lifestyle

Review Buku Novel White Wedding

Fimela.com, Jakarta Selalu ada yang menarik dan unik ketika kita membaca karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Ia selalu berhasil menyuguhkan cerita dari sudut pandang yang tidak biasa, memadukan kepolosan anak-anak dengan konflik kehidupan orang dewasa.

Novel White Wedding pun membuktikan ciri khas itu. Lebih dari sekadar kisah tentang seorang anak albino bernama Elphira, novel ini menghadirkan perjalanan batin mengenai trauma, penerimaan, dan keberanian untuk hidup dengan segala luka.

 

White Wedding Gubahan Baru

Judul: White Wedding

Penulis: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Penyunting naskah: Decca Pusphita Sari

Proofreader: Sayyida Faizatin Kamila & Dewi Indah

Pengarah ilustrasi: Ginanjar Setia M. & Sucianty N

Ilustrator sampul: Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Desainer sampul: Krisna Bayu S.A. & Hayizuaficus

Layout dan setting isi: Krisna Bayu S.A.

Edisi Kedua, Cetakan I, Juni 2025 (Gubahan Baru)

Diterbitkan oleh Pastel Books

***

Elphira diceritakan sebagai anak kecil yang sejak lahir merasa ditakdirkan berbeda. Tubuhnya yang albino membuat kulitnya tak bisa tersentuh sinar matahari, membuatnya harus hidup serba terbatas.

Elphira belajar di rumah, memiliki sedikit teman, bahkan sering merasa tubuhnya sendiri adalah kutukan. Bagi Elphira, warna putih bukan simbol kesucian atau kebahagiaan, melainkan warna sial yang merepresentasikan hidupnya yang penuh kehilangan.

Kehidupan Elphira tidak mudah. Sang ayah yang sakit-sakitan bisa meninggalkannya kapan saja, sementara ibunya memilih bungkam dan menjaga jarak sejak Elphira lahir. Hubungan ibu-anak itu terasa asing, dingin, dan penuh jarak. Tidak heran jika Elphira tumbuh dengan rasa takut, terutama takut ditinggalkan.

Lalu hadirlah Sierra, seorang anak laki-laki berambut merah yang kehadirannya menjadi titik balik dalam hidup Elphira. Sifatnya sangat sabar, penuh afirmasi positif, dan selalu berusaha menanamkan keyakinan bahwa warna putih bukanlah kutukan, melainkan simbol kebahagiaan.

Sierra hadir bukan hanya sebagai teman, melainkan juga guru kehidupan. Ia mengajarkan Elphira untuk melihat cahaya, menerima dirinya, dan tidak lagi memusuhi takdir. Namun, siapa sebenarnya Sierra? Apakah ia benar-benar malaikat, atau hanya representasi dari sesuatu yang lebih abstrak? Pertanyaan ini menggantung sepanjang cerita, membuat kita sebagai pembaca terus menebak-nebak.

Novel ini penuh dengan isu keluarga yang kompleks. Elphira hidup di antara ayah yang penuh kasih namun rapuh oleh penyakit, dan ibu yang seakan membisu dalam keterasingan.

Konflik batin antara Elphira dan ibunya terasa begitu nyata, yang merupakan dua orang yang sama-sama terluka, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan satu sama lain.

Ada kompleksitas tentang bagaimana trauma bisa diwariskan, bagaimana kesedihan bisa membentuk jarak, dan bagaimana seorang anak berusaha mencari arti keberadaannya di tengah keluarga yang retak.

Yang membuat White Wedding begitu menyentuh adalah perkembangan karakter Elphira. Di awal cerita, ia penuh kebencian, takut, dan merasa tak pantas dicintai. Lalu, seiring berjalannya waktu, pertemuannya dengan Sierra perlahan membuka jalan bagi penerimaan.

Elphira belajar bahwa kematian bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari perjalanan hidup. Dirinya belajar bahwa kehilangan memang menyakitkan, tetapi justru di sanalah letak makna kasih sayang.

Kita akan ikut dibawa ke dalam pusaran emosi yang kadang meletup, kadang menenangkan, namun selalu meninggalkan bekas mendalam.

Ziggy memang terk dengan alur cerita yang penuh kejutan. White Wedding pun tidak lepas dari itu.

White Wedding perlu dibaca perlahan, sebab ada ketika kita mulai merasa memahami arah cerita, tiba-tiba ada plot twist yang membuat segalanya kembali dipertanyakan. Siapa sebenarnya Sierra? Apa arti dari kehadirannya dalam hidup Elphira? Bagaimana hubungan kematian ayah dengan keberadaan Sierra?Pertanyaan-pertanyaan itu membuat kita terus membuka halaman demi halaman.

Salah satu hal paling khas dari karya Ziggy salah satunya adalah penggunaan sudut pandang anak-anak untuk menceritakan konflik yang sebenarnya sangat dewasa. Dalam novel ini, perspektif Elphira yang baru berusia sebelas tahun justru membuat cerita terasa lebih polos, tapi lebih memilukan.

Melalui kacamata seorang anak, trauma, kematian, dan rasa takut kehilangan menjadi semakin intens.

Kadang narasinya terdengar berputar-putar, kadang terlalu panjang, tetapi justru itulah yang membuatnya terasa begitu autentik, karena begitulah cara seorang anak memproses realitas yang terlalu besar untuk usianya.

Judul White Wedding sendiri menyimpan makna mendalam. Putih yang awalnya dibenci Elphira perlahan berubah menjadi simbol penerimaan. Warna yang dulu dianggap kutukan, akhirnya ia pahami sebagai warna kebahagiaan, kasih sayang, dan bahkan perpisahan yang indah.

Hidup selalu penuh dengan paradoks. Apa yang kita anggap sebagai kutukan, bisa jadi justru penyelamat. Apa yang kita kira sebagai akhir, bisa jadi hanyalah awal dari perjalanan baru.

Membaca White Wedding ibarat menaiki roller coaster emosi. Ada momen haru saat Elphira berbincang dengan ayahnya, ada momen hangat ketika Sierra melontarkan kata-kata penuh makna, dan ada momen memilukan saat kenyataan kematian menghampiri.

Hanya saja di balik semua kesedihan itu, terselip pesan penuh harapan. Bahwa manusia bisa menerima takdir, bahwa kehilangan bisa dijalani tanpa kehilangan diri sendiri, dan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan bahkan di balik warna yang paling kita benci.

Tidak bisa dipungkiri, gaya Ziggy selalu terasa unik, kadang aneh, tetapi justru itulah yang membuat karyanya berbeda. Ia berani menabrak logika, menghadirkan karakter misterius seperti Sierra, dan menulis dengan gaya yang kadang over-explained namun tetap puitis.

Novel ini mungkin tidak untuk semua orang. Ada pembaca yang bisa terganggu dengan alurnya yang lambat atau gaya bahasanya yang berputar. Di sisi lain, bagi mereka yang mau masuk ke dalam dunia Elphira, White Wedding bisa menghadirkan pengalaman membaca yang sangat berkesan dan tidak terlupakan.

Sahabat Fimela, White Wedding adalah salah satu novel yang layak masuk ke daftar bacaanmu. Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie menghadirkan kisah penuh emosi melalui sudut pandang Elphira, seorang anak albino yang bergulat dengan trauma, kehilangan, dan rasa takut ditinggalkan.

Novel ini tidak hanya menguras air mata, tetapi juga mengajarkan tentang penerimaan, keberanian, dan arti kebahagiaan yang sederhana. Jika kamu mencari bacaan yang mampu menggetarkan hati sekaligus memberi harapan, White Wedding bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menemani perjalanan batinmu.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading