Fimela.com, Jakarta Setiap orang tua pasti pernah berhadapan dengan momen sulit ketika anak tiba-tiba tantrum. Emosi ini umumnya berupa luapan emosi seperti menangis, menjerit, berteriak, berguling di lantai, bahkan perilaku agresif lainnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh karena anak-anak masih kesulitan dalam mengelola emosinya dengan baik. Tantrum biasanya muncul karena keinginan anak tidak terpenuhi. Tidak jarang situasi ini membuat orang tua kewalahan dan turut meluapkan emosi kemarahan.
Respon emosi yang ditunjukkan oleh orang tua, bukannya membuat reda, tantrum justru semakin menjadi. Padahal, tantrum adalah salah satu bagian dari proses tumbuh kembang anak yang sangat penting. Mereka belum mampu mengekspresikan perasaan dengan susunan kata yang baik, sehingga mereka meluapkannya lewat sikap emosional. Jangan salah sangka, tantrum bukan berarti anak nakal, melainkan sinyal bahwa mereka butuh bantuan untuk memahami dan mengelola emosinya dengan baik.
Untuk itulah, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang anak ini. Orang tua perlu mengetahui bagaimana cara menghadapi tantrum anak dengan sabar dan bijak tanpa kehilangan kendali. Yuk, simak beberapa tips yang dapat dicoba, sahabat FIMELA!
Advertisement
Advertisement
Beri Jeda untuk Mengendalikan Emosi Diri
Ketika melihat anak tantrum, refleks orang tua adalah marah-marah, membentak, dan kehilangan kendali. Maka dari itu, sebelum merespons tantrum, coba untuk menarik napas dalam dan beri jeda sejenak. Setelah emosi sudah dapat dikendalikan dengan baik, hadapi anak dengan suara tenang. Ketenangan ini adalah kunci utama untuk meredakan suasana. Sebaliknya, jika orang tua merespons emosi, anak malah akan semakin agresif dan menantang orang tua. Jadilah teladan yang baik bagi anak dengan mencontohkannya terlebih dahulu cara mengelola emosi.
Pahami Penyebab di Balik Tantrum
Anak-anak masih sulit mengekspresikan diri lewat kata-kata, sehingga ketika ada yang tidak berjalan sesuai keinginannya, mereka akan tantrum. Penting bagi orang tua untuk mengetahui apa pemicu dari tantrum tersebut. Apakah itu rasa lapar? Rasa lelah? Atau rasa kantuk? Dengan memahami penyebabnya, orang tua dapat mencari solusi yang tepat. Jika tantrum anak sudah sangat mengkhawatirkan, perlu diperhatikan apakah ada kemungkinan penyebab lain, seperti ADHD, kecemasan, masalah pemrosesan sensorik, atau autisme.
Advertisement
Berikan Pelukan dan Pujian
Kadang, anak hanya butuh rasa aman ketika emosinya meledak. Sekedar memberikan pelukan, mengusap punggung, atau mendampingi anak akan membantu mereka untuk lebih cepat tenang. Tidak berhenti sampai situ, setelah anak tenang, cobalah untuk memuji mereka karena telah berhasil mengendalikan diri. Afirmasi dari orang tua akan membuat anak bangga dan belajar untuk mengelola emosi dengan baik di lain kesempatan.
Latih Kemampuan Memecahkan Masalah
Saat anak sedang tidak tantrum, ajak mereka untuk berbincang santai. Cobalah untuk mengkomunikasikan perasaan anak dan mencari solusi yang tepat. Hal ini guna menghindari emosi terpendam dan meningkat menjadi ledakan amarah. Orang tua juga dapat rutin menanyakan perasaan dan kabar anak. Misalnya, setelah pulang dari sekolah, tanyakan bagaimana hari anak dan apa saja yang terjadi di sekolah.
Menghadapi tantrum anak memang menguji kesabaran, tapi disitulah bukti bahwa anak sangat membutuhkan orang tua dalam proses tumbuh kembangnya. Dengan respons yang bijak dan tenang, anak akan belajar untuk dapat mengekspresikan perasaannya, sekaligus merasakan kasih sayang orang tua.