KEMBAR78
Apakah Osteoporosis Bisa Disembuhkan? | IDN Times
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Osteoporosis Bisa Disembuhkan?

Seorang lansia perempuan memegangi panggul belakang.
ilustrasi osteoporosis (freepik.com/jcomp)
Intinya sih...
  • Osteoporosis tidak bisa sepenuhnya dipulihkan, tetapi pertumbuhan kembali jaringan tulang masih mungkin terjadi.
  • Kemajuan besar telah dicapai dalam pengobatan osteoporosis dengan berbagai obat baru yang berhasil dikembangkan.
  • Obat-obatan untuk osteoporosis bekerja dengan memperlambat hilangnya massa tulang dan menjaga kekuatan rangka atau merangsang pertumbuhan tulang baru.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tulang yang sehat akan mampu menopang tubuh dengan baik. Namun, pada osteoporosis, kemampuan itu perlahan memudar. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah, bahkan hanya karena benturan kecil atau terjatuh ringan. Patah tulang ini sering disebut sebagai fragility fracture.

Patah tulang atau fraktur bisa terjadi di bagian mana saja, tetapi paling sering menyerang pergelangan tangan, pinggul, dan tulang belakang. Rasa sakit biasanya muncul bukan dari osteoporosis itu sendiri, melainkan dari tulang yang patah. Jika yang terkena adalah tulang belakang, dampaknya bisa lebih jauh, seperti tinggi badan berkurang dan bentuk tulang punggung melengkung.

Apakah osteoporosis bisa dipulihkan?

Osteoporosis memang tidak bisa sepenuhnya dipulihkan, tetapi dalam beberapa kasus, pertumbuhan kembali jaringan tulang masih mungkin terjadi.

Kondisi ini muncul ketika kepadatan tulang hilang lebih cepat daripada kemampuan tubuh membentuk jaringan tulang baru. Akibatnya, tulang menjadi rapuh. Begitu proses ini berlangsung, tidak semua tulang yang hilang bisa tumbuh kembali.

Setiap orang sebenarnya akan kehilangan kepadatan tulang seiring waktu. Puncaknya terjadi pada usia 25–30 tahun, lalu perlahan menurun seiring bertambahnya usia. Inilah sebabnya mengapa mengembalikan kepadatan tulang saat usia lanjut menjadi tantangan besar, pada dasarnya karena proses kehilangan tulang sudah berjalan secara alami.

Namun, bagi mereka yang masih muda atau baru mengalami osteoporosis dalam waktu singkat, pemulihan sebagian masih mungkin terjadi. Tulang bisa tumbuh kembali, mendekati kepadatan puncaknya. Hal ini membantu menurunkan risiko osteoporosis yang lebih berat di kemudian hari.

Dalam dua dekade terakhir, kemajuan besar telah dicapai dalam pengobatan osteoporosis. Berbagai obat baru berhasil dikembangkan, memberi dokter kemampuan yang jauh lebih baik untuk menangani penyakit ini dan menurunkan risiko patah tulang akibat kerapuhan.

Osteoporosis bisa menyerang seluruh rangka tubuh, perlahan melemahkan kekuatan tulang hingga akhirnya menimbulkan patah pada tulang belakang, pinggul, bahu, atau lengan bawah. Begitu diagnosis ditegakkan, pengobatan modern yang dipadukan dengan vitamin D3, kalsium, perubahan gaya hidup, olahraga, dan pola makan sehat tidak hanya mampu memperlambat hilangnya massa tulang, tetapi beberapa jenis obat bahkan dapat meningkatkan kekuatan tulang dan mencegah patah tulang di masa depan.

Pilihan obat untuk osteoporosis

Seorang laki-laki mengambil pil dari kemasannya.
ilustrasi obat osteoporosis (freepik.com/prostooleh)

Jika kamu ditawarkan terapi obat oleh dokter, itu berarti risiko tulangmu patah cukup tinggi sehingga tulang akan mendapat manfaat dari obat. Sebelum merekomendasikan obat, dokter mempertimbangkan banyak hal, seperti:

  • Seberapa besar kemungkinan tulangmu patah tanpa pengobatan.
  • Jenis terapi yang paling sesuai (tablet, suntikan, atau infus).
  • Apakah kamu pernah menjalani terapi obat tulang sebelumnya.
  • Kondisi kesehatan lain yang kamu miliki.
  • Obat-obatan lain yang sedang kamu konsumsi.
  • Ketersediaan jenis pengobatan di rumah sakit atau klinik tempatmu berobat.
  • Preferensi kamu terhadap pengobatan.

Ada berbagai pilihan terapi untuk osteoporosis dan tulang rapuh, tetapi tidak semuanya cocok untuk setiap orang. Misalnya, ada tablet yang harus diminum setiap hari, yang mungkin terasa merepotkan bagi sebagian orang. Beberapa obat hanya diberikan jika terapi lain sudah dicoba atau tidak cocok. Di beberapa daerah, aturan setempat juga membatasi jenis obat yang bisa diresepkan dokter.

Secara garis besar, obat-obatan ini bekerja dengan dua cara, yaitu memperlambat hilangnya massa tulang dan menjaga kekuatan rangka atau merangsang pertumbuhan tulang baru. Kedua mekanisme ini pada akhirnya bertujuan meningkatkan kekuatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang.

Berikut ini jenis obat yang tersedia:

  • Bifosfonat

Bisfosfonat merupakan kelompok obat terbesar untuk osteoporosis, dengan beberapa jenis yang sudah lama digunakan, termasuk alendronat yang diperkenalkan pada tahun 1995 dan risedronat pada tahun 2000. Obat-obatan ini bekerja memperlambat hilangnya massa tulang, sehingga membantu menjaga kekuatan rangka.

Dalam praktik medis, bisfosfonat sering menjadi pilihan pertama yang diresepkan dokter sebagai lini awal pengobatan osteoporosis. Cara pemberiannya ada dua: diminum dalam bentuk tablet (oral) atau melalui infus intravena, tergantung kebutuhan dan kondisi pasien.

  • Raloksifen

Raloksifen mulai digunakan pada tahun 1997 sebagai obat dari kelompok selective estrogen receptor modulator (SERM). Obat ini ditujukan untuk perempuan pascamenopause dengan osteoporosis, dengan manfaat ganda: menurunkan risiko patah tulang sekaligus mengurangi risiko kanker payudara invasif.

Pada masa pascamenopause, kadar estrogen menurun sehingga proses pengeroposan tulang (resorpsi) berlangsung lebih cepat dibanding pembentukan tulang baru. Akibatnya, massa tulang berkurang dan tulang menjadi rapuh. Raloksifen membantu menyeimbangkan proses ini, sehingga kepadatan tulang tetap terjaga lebih lama.

  • Denosumab

Denosumab mulai digunakan pada tahun 2010. Obat ini merupakan antibodi sintetis yang bekerja secara khusus menetralkan sel-sel tulang yang bertugas menyerap dan merombak tulang (osteoklas). Dengan menghambat pembentukan osteoklas, proses pengeroposan tulang dapat ditekan.

Hasilnya, kepadatan tulang meningkat, kekuatan dan struktur tulang tetap terjaga, serta risiko patah tulang akibat osteoporosis berkurang secara signifikan.

  • Analog paratiroid

Analog paratiroid merupakan terapi yang sangat efektif untuk osteoporosis berat, bekerja mirip dengan hormon paratiroid alami (PTH) yang berperan dalam menjaga kepadatan tulang. Obat dalam kelompok ini termasuk teriparatid yang diperkenalkan pada tahun 2002 dan abaloparatid pada tahun 2017.

Berbeda dengan obat yang hanya memperlambat pengeroposan, analog paratiroid bersifat anabolik, yang artinya merangsang pembentukan tulang baru. Hasilnya, kepadatan tulang dapat meningkat secara signifikan, sehingga kekuatan tulang lebih terjaga dan risiko patah tulang berkurang.

  • Romosozumab

Romosozumab mulai digunakan pada tahun 2019 dan merupakan obat terbaru yang dikembangkan untuk menangani osteoporosis berat. Obat ini adalah antibodi monoklonal sintetis yang bekerja dengan menetralkan protein tertentu pada jalur metabolisme tulang, yaitu sclerostin.

Pendekatan baru ini memungkinkan tubuh memproduksi lebih banyak sel pembentuk tulang (anabolik), sehingga kepadatan tulang dapat meningkat dengan cepat. Hasilnya, kekuatan tulang lebih terjaga dan risiko patah tulang akibat osteoporosis dapat berkurang secara signifikan.

  • Terapi penggantian hormon

Saat memasuki masa menopause, laju pengeroposan tulang meningkat tajam. Hal ini terjadi karena kadar estrogen dalam tubuh menurun drastis. Padahal, estrogen berperan penting melindungi tulang. Ketika perlindungan ini hilang, risiko osteoporosis pun meningkat.

Kondisi kekurangan estrogen juga bisa dialami oleh orang yang lebih muda, misalnya pada kasus hipoestrogenisme, dan dapat menyebabkan hilangnya massa tulang.

Dulu, terapi estrogen sering diberikan untuk mencegah pengeroposan lebih lanjut, baik pada perempuan pascamenopause maupun mereka yang kekurangan hormon ini. Namun, seiring waktu ditemukan bahwa terapi estrogen membawa risiko tambahan, seperti kanker payudara, stroke, serangan jantung, dan penggumpalan darah. Karena itu, penggunaannya kini jarang direkomendasikan, kecuali bila juga diperlukan untuk mengatasi gejala menopause lain, misalnya hot flash, yang mengganggu kualitas hidup.

Bagaimana jika tidak diobati?

Jika kamu memutuskan untuk tidak menjalani pengobatan dengan obat, tulang kemungkinan akan makin melemah seiring waktu. Artinya, risiko patah tulang akan meningkat.

Bagi sebagian orang, mungkin tidak pernah terjadi patah tulang sama sekali. Namun, bagi yang lain, bisa saja mengalami beberapa kali patah tulang sepanjang hidup. Karena setiap orang memiliki tingkat risiko yang berbeda, penting untuk benar-benar memahami kondisi diri sendiri dan membuat keputusan yang paling tepat untukmu.

Bisakah osteoporosis ditangani tanpa obat?

Banyak orang ingin tahu apakah kekuatan tulang bisa ditingkatkan tanpa pengobatan medis. Perubahan gaya hidup memang sangat penting untuk kesehatan tulang. Namun, jika risiko patah tulangmu tinggi, bukti ilmiah menunjukkan bahwa langkah-langkah non obat saja belum cukup kuat untuk benar-benar menurunkan kemungkinan patah tulang.

Beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menjaga tulang tetap sehat antara lain:

  • Mengonsumsi makanan seimbang, bervariasi, dan kaya akan kalsium.
  • Mendapatkan paparan sinar matahari yang aman agar tubuh memproduksi vitamin D.
  • Melakukan latihan beban dan latihan penguatan otot secara teratur.
  • Tidak merokok.
  • Tidak mengonsumsi alkohol melebihi batas yang dianjurkan.
  • Mengurangi risiko jatuh, karena jatuh dapat menyebabkan patah tulang.

Selain obat, dokter mungkin juga menyarankanmu untuk:

  • Mengonsumsi sekitar 1.000 mg kalsium per hari.
  • Mengonsumsi suplemen vitamin D harian sebesar 20 mikrogram (20 µg atau 800 IU).

Dosis ini lebih tinggi dari rekomendasi umum untuk memastikan tulangmu mendapat cukup vitamin D. Dalam beberapa kasus, dokter bisa menyesuaikan dosis lebih tinggi atau lebih rendah sesuai kondisi masing-masing orang. Namun, penting diingat, suplemen bukanlah pengganti terapi obat yang diresepkan untuk tulang.

Osteoporosis tidak bisa disembuhkan, tetapi risikonya bisa dikurangi. Pengobatan dapat memperlambat atau menghentikan hilangnya kepadatan tulang sehingga risiko patah tulang menurun.

Perubahan pola makan, olahraga sesuai anjuran medis, paparan sinar matahari yang aman, dan suplemen tertentu dapat membantu. Jika langkah ini belum cukup, dokter biasanya akan merekomendasikan obat.

Referensi

"Is there a cure for osteoporosis?" Medical News Today. Diakses Oktober 2025.

"What is osteoporosis?" Royal Osteoporosis Society. Diakses Oktober 2025.

"Can Osteoporosis Be Reversed?" Verywell Health. Diakses Oktober 2025.

"Osteoporosis." National Institute on Aging. Diakses Oktober 2025.

"Your Osteoporosis is Treatable." Spine Health Foundation. Diakses Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Berencana Tindik Puting? Kenali Dulu 6 Risikonya

22 Okt 2025, 23:04 WIBHealth