Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melalui subholding upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE) siap melakukan eksplorasi Blok Ambalat, wilayah perairan di laut Sulawesi dekat perbatasan Indonesia-Malaysia yang mengandung cadangan minyak dan gas bumi (migas) melimpah.Â
Namun, Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Komersial PHE Edi Karyanto mengatakan, pihaknya baru akan bergerak jika sudah menerima arahan dari SKK Migas dan Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Kami operator siap kalau memang diperintah untuk melakukan eksplorasi. Tapi kami menunggu sepenuhnya. Dan itu hanya mention saja bahwa kita siap untuk melaksanakan perintah itu," kata Edi saat ditemui di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Advertisement
Kendati begitu, PHE masih menunggu perundingan antara Pemerintah RI-Malaysia soal perbatasan negara. Lantaran, Pertamina nantinya harus berbagai hak partisipasi atau participating interest (PI) dengan perusahaan migas asal Negeri Jiran, semisal Petronas.
"Karena itu tergantung dari bordery-nya. Jadi sesungguhnya tergantung daripada garis-garis batas wilayahnya. Itu kami belum tahu," ungkap Edi.Â
Di luar itu, ia meyakini Pertamina Hulu Energi punya kompetensi untuk menggarap cadangan migas di Blok Ambalat. "Kami siap karena punya experience dan kompetensi untuk melakukan itu," serunya.Â
Kesepakatan Indonesia-Malaysia
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menyelesaikan sejumlah persoalan perbatasan secara damai dan saling menguntungkan. Kesepakatan tersebut menjadi bagian penting dari pertemuan bilateral antara Prabowo dan Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Anwar Ibrahim beberapa waktu lalu.Â
Prabowo turut menyinggung salah satu sengketa maritim paling sensitif antara kedua negara, yakni Blok Ambalat, yang selama ini menjadi wilayah yang diklaim oleh Indonesia dan Malaysia.
"Contoh, masalah Ambalat, kita sepakat bahwa sambil kita saling menyelesaikan masalah-masalah hukum kita sudah ingin mulai dengan kerja sama ekonomi yang kita sebut joint development. Apapun yang kita ketemu di laut itu kita akan bersama-sama mengeksploitasinya," jelas Prabowo.
"Jadi kita sepakat bahwa kita ini harus bekerja untuk kepentingan bangsa dan rakyat kita masing-masing," imbuhnya.
Advertisement
Awal Mula Sengketa
Sengketa atas wilayah ini bermula sejak Malaysia menerbitkan Peta Malaysia 1979, yang memperluas klaim wilayah maritimnya secara sepihak. Dalam peta tersebut, Malaysia memasukkan kawasan dasar laut yang diklaim Indonesia sebagai Blok Ambalat, padahal wilayah ini sudah lama dianggap bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Langkah Malaysia kala itu tak hanya menuai protes keras dari Indonesia, tapi juga memicu keberatan dari sejumlah negara tetangga, termasuk Filipina, Singapura, Tiongkok, Thailand, dan Vietnam, yang menganggap peta tersebut sebagai bentuk ekspansi teritorial berlebihan.
Salah satu dasar klaim Malaysia adalah ketentuan Konvensi Hukum Laut 1958, yang mengatur penarikan garis pangkal laut sejauh 12 mil. Namun, negara-negara tetangga menilai langkah Malaysia itu melampaui batas dan tidak mendapat legitimasi internasional.
Â
Â
Â