Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memprediksi, harga logam mulia dalam negeri terus menanjak hingga akhir tahun di level Rp 2,7 juta per gram sangat mungkin tercapai jika tren global tetap menguat.
"Logam mulia ya kemungkinan besar itu akan menyentuh di akhir tahun Rp 2.700.000," kata Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (1/10/2025).
Ia menegaskan, pergerakan emas global yang berpotensi menyentuh USD 4.000 per troy ounce pada Desember nanti menjadi acuan utama. Dengan asumsi rupiah juga masih dalam tren melemah, maka harga emas lokal akan terkerek lebih tinggi.
Advertisement
"Di akhir tahun ada perubahan lagi kemungkinan harga emas dunia ini akan menyentuh level di USD 4.000 sesuai dengan prediksi pemeringkat bank-bank besar dunia. Ya itu kalau saya lihatnya secara teknikal dan fundamental," ujarnya.
Ibrahim juga memproyeksikan harga logam mulia pada Oktober bisa tembus dikisaran Rp 2,25 juta per gram karena nilai tukar rupiah yang terus mengalami tren pelemahan.
Disisi lain, sentimen global yang terus memanas bisa mempercepat pencapaian target Rp 2,7 juta pada penghujung tahun. Lonjakan ini akan menjadi catatan baru bagi pasar emas Indonesia.
Geopolitik Jadi Faktor Pendorong
Kata Ibrahim, lonjakan harga logam mulia tidak lepas dari konflik geopolitik yang terus bergulir. Perang Rusia-Ukraina yang kian memanas menambah kekhawatiran global. Serangan Rusia ke wilayah strategis Ukraina membuat permintaan senjata meningkat, dan mendorong ketidakstabilan di kawasan.
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah pun belum mereda. Upaya perdamaian di Jalur Gaza masih menemui jalan buntu, setelah Hamas menolak 20 poin kesepakatan gencatan senjata yang diajukan. Penolakan tersebut menimbulkan risiko lanjutan bagi stabilitas politik regional.
"Ada 20 item yang akan dibuat untuk gencatat senjata yang sampai saat ini masih ditolak oleh Hamas. Ya ini yang membuat perpolitikan di Timur Tengah pun juga ikut memanas karena ada penolakan," ujarnya.
Advertisement
Kebijakan Ekonomi Global Tambah Sentimen Positif
Selain faktor geopolitik, kebijakan ekonomi global juga memperkuat proyeksi kenaikan logam mulia. Rencana penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada Oktober, ditambah kebijakan tarif impor baru di Amerika Serikat, memberi dorongan tambahan bagi harga emas.
Di China, perlambatan data manufaktur akibat perang dagang membuat masyarakat beralih ke emas. Sebagai konsumen emas terbesar dunia, meningkatnya permintaan dari China dipastikan memberi efek domino ke pasar internasional.
"Di sisi lain pun juga list data manufaktur di Tiongkok ini pun juga melambat akibat perang dagang, mengalami pelemahan ya sehingga masyarakat Tiongkok berlomba-lomba untuk membeli logam mulia sebagai safe haven," pungkasnya.
Harga Emas Dunia
Sebelumnya, harga emas menguat pada perdagangan Selasa, 30 September 2025. Kenaikan harga emas di dunia dipicu kekhawatiran atas kemungkinan penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, data ketenagakerjaan yang lemah memperkuat harapan penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed).
Mengutip CNBC, Rabu (1/10/2025), harga emas di pasar spot naik 0,3% menjadi USD 3.843,43 per ounce. Harga ema salami kenaikan dari penurunan sebelumnya pada jam-jam perdagangan AS. Harga emas mencapai rekor tertinggi di USD 3.871,45 selama perdagangan Asia.
“Emas kembali menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan mudah memulihkan kerugian awal setelah data JOLT AS yang kurang menggembirakan, yang tidak akan menghalangi penurunan suku bunga lagi dalam waktu satu bulan,” ujar seorang pedagang logam independent, Tai Wong.
“Kemungkinan penutupan sebagian pemerintah AS menambah ketidakpastian dan menambah seruan untuk beli emas,” ia menambahkan.
Lowongan kerja di AS sedikit meningkat pada Agustus sementara perekrutan menurun, sejalan dengan melemahnya kondisi pasar tenaga kerja yang dapat memungkinkan The Fed untuk kembali memangkas suku bunga bulan depan.
Para pedagang saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 97% pada pertemuan Federal Reserve Oktober, menurut perangkat FedWatch CME Group. Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung menguat selama periode ketidakpastian dan kondisi suku bunga rendah.
Advertisement
Kinerja Harga Emas
Harga emas batangan telah naik 11,5% sejauh ini pada September, dan berada di jalur untuk mencatat persentase kenaikan bulanan terbesar sejak Agustus 2011. Harga emas batangan naik 16,4% untuk kuartal tersebut.
Washington bersiap menghadapi kemungkinan penutupan pemerintah pada Selasa, dengan Partai Republik dan Demokrat masih menemui jalan buntu dan kemungkinan besar tidak akan mencapai kesepakatan sebelum batas waktu pendanaan tengah malam.
“Setiap penutupan pemerintah yang berlangsung lama akan berdampak buruk pada kinerja ekonomi di Amerika Serikat dan hal itu mendorong pelonggaran kebijakan oleh Federal Reserve, yang kemungkinan besar akan berdampak positif bagi emas,” tambah Melek.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Senin badan statistiknya akan menghentikan rilis data, termasuk laporan pekerjaan bulanan yang diawasi ketat pada Jumat jika penutupan pemerintah sebagian terjadi
Di tempat lain, harga perak spot turun 1,1% menjadi USD 46,42 per ounce, tetapi telah naik 17% sepanjang bulan ini. Platinum turun 2,7% menjadi USD 1.576,75 dan paladium turun 1,5% menjadi USD 1.249,37.