Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah resmi menjadi bagian dari BRICS, sebuah kelompok negara berkembang yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Bergabungnya Indonesia diumumkan pada awal tahun 2025 dan langsung memicu perbincangan mengenai dampaknya terhadap perekonomian nasional.
Keanggotaan ini dipandang sebagai langkah strategis yang dapat membuka peluang baru bagi Indonesia di kancah global.
Negara mana saja yang berada di dalam keanggotaan BRICS?
Advertisement
Melansir Antara News, Selasa (8/7/2025), awalnya negara anggota BRICS mencakup 10 negara, terhitung pada 1 Januari 2024 lalu lima negara resmi bergabung sebagai anggota penuh. Anggota resmi BRICS, meliputi Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Selain itu, BRICS juga menjalin hubungan antara negara sebagai mitra BRICS. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-16 BRICS, telah resmi menambahkan 13 negara baru ke dalam aliansi sebagai negara mitra (bukan anggota penuh).
Melansir media Sosial X dari @BRICSInfo, didapati 13 negara mitra BRICS: Aljazair, Belarus, Bolivia, Kuba, Indonesia, Kazakhstan, Malaysia, Nigeria, Thailand, Turki, Uganda, Uzbekistan, dan Vietnam.
Adapun Indonesia resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari 2025. Keanggotaan ini menandai babak baru bagi Indonesia dalam percaturan ekonomi dan politik global.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, resmi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT BRICS 2025 yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada 6–7 Juli 2025. Kehadiran ini menandai sejarah baru: Indonesia untuk pertama kalinya berpartisipasi sebagai anggota penuh BRICS.
Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menegaskan bahwa bergabungnya Indonesia dengan BRICS mencerminkan pengakuan dunia atas posisi strategis dan pentingnya Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan harapan para pengusaha di Indonesia yang antusias menyambut keanggotaan ini sebagai peluang untuk memperluas pasar internasional dan meningkatkan daya saing.
Apa itu BRICS?
Apa itu BRICS? Pertanyaan ini mencuat seiring dengan bergabungnya Indonesia secara resmi ke dalam kelompok negara-negara berkembang tersebut.
Melansir Antara News, Selasa (8/7/2025), BRICS adalah merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah menjadi kekuatan ekonomi dan geopolitik yang semakin berpengaruh di dunia.
Indonesia resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari 2025. Keanggotaan ini menandai babak baru bagi Indonesia dalam percaturan ekonomi dan politik global.
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, resmi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, pada 6–7 Juli 2025. Kehadiran ini menandai sejarah baru: Indonesia untuk pertama kalinya berpartisipasi sebagai anggota penuh BRICS.
Sebelumnya, BRICS awalnya bernama "BRIC" yang pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Goldman Sachs Jim O'Neill dalam penelitian bertajuk "Building Better Global Economic BRICs"Â yang dirilis tahun 2001.
Dalam penelitian itu, Jim O'Neill mengambarkan empat negara berkembang yakni Brasil, Rusia, India, China, jika pertumbuhannya dipertahankan dapat mendominasi ekonomi global.
Para pemimpin negara Brasil, Rusia, India dan China pertama kali bertemu secara informal di sela-sela KTT G8 Outreach di St Petersburg, Rusia, pada bulan Juli 2006.
Tidak lama setelah itu, pada September 2006, Pertemuan Tingkat Menteri BRICS pertama diadakan atas usulan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB.
Bergabungnya Afrika Selatan pada tahun 2010, kemudian mengubah akronim menjadi BRICS.
Advertisement
Sejarah dan Perkembangan BRICS
Pada 16 Juni 2009, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRIC pertama kali diadakan di Yekaterinburg, Rusia. Pada KTT BRIC pertama, para pemimpin BRIC mengeluarkan pernyataan bersama melalui sebuah dokumen.
Dalam dokumen tersebut menetapkan tujuan BRIC untuk mempromosikan dialog dan kerja sama di antara negara-negara kami dengan cara yang bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka, dan transparan.
Dialog dan kerja sama negara-negara BRIC tidak hanya kondusif untuk melayani kepentingan bersama negara-negara berkembang, tetapi juga untuk membangun dunia yang harmonis dengan perdamaian abadi dan kemakmuran bersama. Dokumen itu menguraikan persepsi bersama tentang cara-cara untuk mengatasi krisis keuangan dan ekonomi global.
Kemudian, pada 2010 Afrika Selatan diterima sebagai anggota penuh pada pertemuan Menteri Luar Negeri BRIC di New York. Kelompok BRIC berganti nama menjadi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan). Afrika Selatan menghadiri KTT BRICS ke-3 di Sanya, China pada 14 April 2011.
Adapun setiap tahun BRICS membahas isu-isu penting di bawah tiga pilar, yakni kerja sama politik dan keamanan, kerja sama keuangan dan ekonomi, serta kerja sama budaya dan antarmasyarakat.
Sejak awal, BRICS bertujuan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara anggotanya dan meningkatkan posisi negara-negara berkembang di kancah internasional. BRICS juga berupaya untuk menciptakan keseimbangan terhadap dominasi negara-negara maju di Barat. Hal ini diwujudkan melalui berbagai pertemuan dan KTT tahunan untuk mengoordinasikan kebijakan multilateral dan membahas isu-isu strategis global.
Pada tahun 2024, BRICS mengalami perluasan signifikan dengan menerima beberapa anggota baru, termasuk Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Uni Emirat Arab, dan Mesir. Ekspansi ini menunjukkan ambisi BRICS untuk memperluas pengaruhnya dan membentuk tatanan dunia yang lebih multipolar. Indonesia kemudian menyusul bergabung pada tahun 2025.
BRICS bukan hanya sekadar kelompok ekonomi, tetapi juga blok geopolitik yang memiliki visi untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih inklusif dan seimbang. Dengan bergabungnya Indonesia, BRICS diharapkan semakin mampu memainkan peran penting dalam membentuk masa depan ekonomi global.
Tantangan dan Prospek BRICS ke Depan
BRICS menghadapi sejumlah tantangan dalam perjalanannya. Salah satunya adalah perbedaan kepentingan dan prioritas di antara negara-negara anggota. BRICS juga dihadapkan pada tantangan geopolitik, seperti ketegangan antara beberapa negara anggota dengan negara-negara Barat.
Meskipun demikian, BRICS memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan memainkan peran penting dalam tatanan dunia yang baru. Dengan semakin banyaknya negara yang tertarik untuk bergabung, BRICS dapat menjadi kekuatan yang semakin berpengaruh dalam membentuk masa depan ekonomi dan politik global.
Ke depan, BRICS perlu terus memperkuat kerja sama internal dan meningkatkan koordinasi kebijakan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada. BRICS juga perlu terus berupaya untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Advertisement