Liputan6.com, Islamabad - Lebih dari dua juta orang di Provinsi Punjab, Pakistan, terpaksa mengungsi akibat banjir besar yang melanda wilayah timur negara tersebut. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Inam Haider Malik, mengatakan sebanyak 150.000 orang lainnya juga dievakuasi di Provinsi Sindh.
"Jumlah korban terdampak kemungkinan masih akan bertambah dalam beberapa hari ke depan," kata Malik kepada wartawan, Kamis (11/9/2025).
Sejak akhir Juni, hujan monsun deras telah merenggut lebih dari 900 nyawa di seluruh Pakistan, menurut data terbaru Korps Medis Internasional, Jumat (12/9).
Advertisement
Perubahan iklim diyakini memperparah banjir di Pakistan, dengan curah hujan ekstrem yang membuat sungai meluap. Namun, para pengamat juga menyoroti lemahnya investasi pemerintah dalam sistem peringatan dini dan infrastruktur tangguh bencana.
Banjir kali ini menghancurkan ribuan rumah dan lahan pertanian. Kondisi tersebut memperburuk penderitaan rakyat Pakistan, di mana 40% penduduk masih hidup di bawah garis kemiskinan, dikutip dari laman BBC, Jumat (12/9/2025).
Sebagian keluarga bahkan memilih tetap tinggal di rumah mereka demi menjaga harta benda, meski risiko banjir mengancam.
"Tim penyelamat harus mengevakuasi warga dan ternak dari rumah ke rumah dengan perahu kecil, meski arus sungai sangat deras," kata seorang relawan di Punjab kepada BBC.
Sayangnya, upaya penyelamatan juga membawa risiko. Selasa lalu, sembilan orang tewas setelah perahu penyelamat terbalik di Sungai Indus. Beberapa hari sebelumnya, lima orang juga meninggal dalam insiden serupa di Jalalpur Pirwala.
Â
Bencana banjir besar kembali melanda Pakistan. Lebih dari 200 ribu orang kini kehilangan tempat tinggal mereka akibat luapan sungai dan hujan deras yang mengguyur wilayah Punjab, dekat perbatasan India.
Dampak Meluas ke India
Banjir besar ini juga melanda India, menewaskan sedikitnya 30 orang dan memengaruhi lebih dari 354.000 penduduk.
Di Pakistan, Badan Manajemen Bencana Nasional telah menyalurkan bantuan berupa tenda, selimut, dan alat penyaring air ke daerah terdampak banjir di Punjab. Malik menegaskan, butuh berminggu-minggu hingga air benar-benar surut sebelum pemerintah bisa memulai proses rehabilitasi ribuan desa dan lahan pertanian.
PBB telah mengalokasikan bantuan darurat sebesar US$5 juta untuk Pakistan. Sementara itu, Amerika Serikat menyetujui pendanaan tambahan dan mengirim personel tanggap bencana—bantuan pertama sejak masa jabatan kedua Presiden Donald Trump.
Letak geografis Pakistan membuatnya sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Selain hujan ekstrem, pencairan gletser juga menimbulkan ancaman baru berupa danau-danau berisiko jebol.
Pada tahun 2022, hujan deras berkepanjangan menewaskan lebih dari 1.700 orang dan memengaruhi lebih dari 30 juta jiwa, menjadikannya salah satu banjir paling mematikan dalam sejarah Pakistan.
Kini, di tengah gelombang banjir terbaru, pemerintah Pakistan menetapkan status darurat iklim. Perdana Menteri Shehbaz Sharif bahkan memerintahkan penyusunan rencana 300 hari untuk menghadapi ancaman krisis iklim yang semakin nyata.
Advertisement