KEMBAR78
Fenomena Orang Selingkuh dengan AI, Kok Bisa? - Lifestyle Liputan6.com
Sukses

Fenomena Orang Selingkuh dengan AI, Kok Bisa?

Kasus selingkuh dengan AI telah mengubah definisi kesetiaan dan memicu perdebatan tentang batasan hubungan di era digital.

Diterbitkan 04 September 2025, 04:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dinamika hubungan interpersonal. Kini, muncul fenomena baru yang menarik perhatian: perselingkuhan dengan AI. Hal ini memicu perdebatan tentang definisi kesetiaan di era digital.

Konsep perselingkuhan yang dulunya terbatas pada interaksi fisik atau emosional dengan manusia lain, kini meluas hingga mencakup hubungan intim dengan entitas non-manusia. Banyak individu mulai menjalin kedekatan, bahkan hingga taraf romantis atau seksual, dengan chatbot AI. 

Melansir VICE, Selasa, 2 September 2025, sebuah studi nasional di Amerika Serikat (AS) dari DatingAdvice.com dan Kinsey Institute menemukan bahwa sepertiga jomlo menganggap jatuh cinta atau sexting dengan AI sebagai perselingkuhan. Bukan "agak", bukan "mungkin," tapi benar-benar perselingkuhan.

Interaksi "pengkhianatan" ini sering kali melibatkan percakapan mendalam, dukungan emosional, serta aktivitas "sexting" dengan AI. Para ahli dan terapis hubungan mulai mengamati dampak fenomena ini terhadap kepercayaan dan keintiman dalam hubungan nyata.

Promosi 1
2 dari 4 halaman

Terasa Cukup Nyata

"Orang-orang menyadari bahwa teknologi ini dapat menawarkan manfaat nyata, termasuk keintiman dan dukungan," kata Dr. Amanda Gesselman, peneliti Kinsey Institute yang memimpin studi tersebut. AI tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sub-manusia atau kelas dua.

Bagi semakin banyak orang, AI terasa cukup nyata secara emosional hingga mengancam hubungan yang sebenarnya. Dalam survei yang sama, 72 persen mengatakan, sexting dengan manusia lain juga akan menjadi pemecah hubungan, yang menempatkan bot hanya selangkah di belakang manusia sungguhan dalam tingkat bahaya hubungan.

Kecemburuan, tentu saja, bukanlah hal baru. Jauh sebelum teman AI, orang-orang sudah curiga. Hampir setengah dari responden mengatakan, mereka pernah mencurigai pasangannya selingkuh di masa lalu—dan 85 persen dari mereka melakukan sesuatu untuk mengatasinya. 

3 dari 4 halaman

Keintiman Digital

Itu mungkin berarti mengkonfrontasi pasangan mereka atau mengintip ponsel mereka. Di beberapa kasus, hal itu meningkat jadi pelacakan lokasi atau kamera tersembunyi. AI tentu saja tidak menciptakan paranoia hubungan, tapi teknologi ini telah meningkatkan "mediumnya."

Ada juga perubahan dalam cara "keintiman digital" didefinisikan. Interaksi yang dulunya terasa seperti fantasi yang tidak berbahaya—berlangganan akun OnlyFans, mengobrol dengan model cam, mengirim DM ke orang asing—kini tergeser ke ranah perselingkuhan.

Teknologi tidak hanya membuat hubungan lebih mudah atau lebih sulit. Teknologi bahkan mengubah realita. Publik kini sudah melewati titik mempertanyakan apakah AI cocok dimanfaatkan dalam hubungan asmara, karena teknologi itu sudah ada di dalamnya. Ada beberapa motivasi di balik keputusan seseorang menjalin hubungan intim dengan AI.

4 dari 4 halaman

Mengapa Orang Tergoda AI?

Beberapa orang menggunakan AI untuk mengisi kekosongan dalam hubungan nyata mereka, terutama ketika ada masalah keintiman atau kurangnya komunikasi dengan pasangan. AI dapat memberi "udara segar" bagi mereka yang "sesak" secara emosional dalam hubungan.

Selain itu, AI dapat memberi dukungan emosional dan validasi yang mungkin tidak didapatkan dari pasangan manusia. Chatbot AI dirancang untuk berinteraksi secara resiprokal dan memberi respons yang mendukung, membuat penggunanya merasa didengar dan dihargai. 

Beberapa pengguna bahkan menganggap AI sebagai cara "teraman" untuk berselingkuh karena tidak melibatkan kontak fisik. Persepsi ini menciptakan ilusi keamanan dan kontrol, meski dampak emosionalnya terhadap hubungan nyata bisa sangat merusak. Pengguna merasa bisa melampiaskan keinginan tanpa konsekuensi secara nyata.

EnamPlus