KEMBAR78
Turun ke Dapil, Rajiv NasDem Jenguk Korban Keracunan MBG - News Liputan6.com
Sukses

Turun ke Dapil, Rajiv NasDem Jenguk Korban Keracunan MBG

Rajiv mendengarkan cerita dari para orang tua maupun korban keracunan MBG.

Diterbitkan 26 September 2025, 18:24 WIB
Jadi intinya...
  • Anggota DPR Rajiv menjenguk 1.000 korban keracunan MBG di Bandung Barat.
  • Keracunan massal akibat kesalahan teknis masak SPPG yang terlalu awal.
  • Rajiv mendesak pemerintah perketat pengawasan dan edukasi keamanan pangan.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR RI Fraksi Partai NasDem, Rajiv menjenguk korban keracunan usai mengonsumsi makan bergizi gratis (MBG) di Posko KLB Keracunan MBG, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat 26 September 2025.

Berdasarkan laporan dari otoritas kesehatan setempat, korban keracunan MBG sekitar 1.000 orang dari Senin, 23 September 2025.

“Saya turut prihatin atas kejadian ini. Saya datang bukan hanya sebagai wakil rakyat, tapi juga sebagai saudara. Saya ingin memastikan bahwa negara tidak menutup mata atas penderitaan warga, khususnya di Kabupaten Bandung Barat ini,” kata Rajiv di Posko KLB Keracunan MBG pada Jumat, 26 September 2025.

Rajiv mendengarkan cerita dari para orang tua maupun korban keracunan MBG. Kata dia, mereka mengalami gejala pusing, sakit perut, mual dan sesak nafas usai mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di sekolahnya.

Namun, lanjut dia, herannya ketika mereka sudah diobati kemudian pulang ke rumah itu bisa kambuh lagi gejalanya tersebut.

“Jadi mereka sudah diobati di Posko KLB Keracunan MGB, dibolehkan pulang. Begitu sampai di rumah, mereka kambuh lagi akhirnya balik lagi berobat,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI ini.

Untuk itu, Rajiv menyempatkan waktu jenguk langsung para korban agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di daerah pemilihannya (dapil) ini sehingga bisa keracunan massal usai menyantap MBG.

Terungkap, kata Rajiv, perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan adanya kesalahan teknis dari proses masak yang dilakukan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

“Perwakilan BGN mengatakan SPPG itu memasak terlalu awal sehingga masakan terlalu lama. Nah, saya minta jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali,” tegas Rajiv.

Maka dari itu, Rajiv mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) bersama instansi terkait untuk memperketat pengawasan distribusi bahan pangan, serta memastikan edukasi keamanan pangan sampai ke masyarakat.

“Masyarakat berhak mendapatkan jaminan pangan yang sehat dan aman. Keamanan pangan harus menjadi prioritas, karena ini menyangkut hak dasar setiap manusia,” ujar Rajiv dari Dapil Jawa Barat II meliputi Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung ini.

 

Promosi 1
2 dari 2 halaman

Jadi Alarm

Menurut dia, kasus keracunan ini tidak boleh dianggap insiden biasa, tapi harus menjadi peringatan serius atau alarm bahwa sistem keamanan pangan masih rapuh. Sebab, kasus keracunan massal program MBG seperti ini bukan pertama kali terjadi di Indonesia.

Sehingga, Rajiv meminta pemerintah dan stakeholders harus lebih serius lagi memperketat pengawasan mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga distribusi.

“Jangan menunggu ada korban baru kemudian bergerak. Saya ingin memastikan bahwa negara tidak menutup mata atas penderitaan warga. Apa gunanya kita bicara swasembada, kalau makanan yang beredar justru membuat masyarakat sakit? Kedaulatan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tapi juga soal keamanan. Ini tugas besar yang harus segera kita bereskan,” bebernya.

Selain menjenguk, Rajiv juga memberikan bantuan berupa kebutuhan dasar kepada para korban dan keluarganya. Selain itu, bantuan berupa obat, makanan dan minuman, snack, serta bensin untuk sopir ambulance.

Ia berharap langkah kecil tersebut dapat meringankan beban sementara, sembari pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh.

“Ini bukan hanya soal kesehatan, tapi juga soal kepercayaan masyarakat. Kita harus pastikan masyarakat merasa aman setiap kali mengonsumsi makanan, baik itu di rumah, sekolah, maupun kegiatan sosial,” imbuhnya.

EnamPlus