Liputan6.com, Jakarta - Jika biasanya bubur disantap selagi masih hangat, berbeda dengan bubur ase khas Betawi yang justru lebih lezat jika disajikan saat dingin. Kuliner yang satu ini masih menjadi salah satu idola kuliner bagi masyarakat setempat maupun wisatawan.
Bubur ase menawarkan cita rasa manis, gurih, dan sedikit asam. Mengutip dari laman Seni & Budaya Betawi, masyarakat di sekitar Kebon Kacang, Tanah Abang dan Pasar Gandaria biasa menyebut bubur ase dengan nama bubur cerancam. Sementara itu, asal-mula bubur ase memiliki dua versi berbeda.
Versi pertama mengatakan bahwa penamaan bubur ase bermula dari kondisi penyajian bubur ase yang dingin. Istilah asenberakar dari penyebutan AC yang berarti dingin.
Advertisement
Tak hanya buburnya, tetapi lauk-lauk pendampingnya juga dingin. Namun, kuah ase yang akan dituangkan harus panas, sehingga bubur, lauk, dan kuahnya menjadi sedikit hangat saat tercampur.
Sementara itu, versi kedua mengatakan bahwa istilah ase merujuk pada singkatan asinan semur. Hal tersebut berkaitan dengan cara penyajian dari kuliner ini.
Bubur ase bukan sekadar kuliner khas Betawi, tetapi juga merupakan refleksikan akulturasi kebudayan yang ada di Betawi. Tak tanggung-tanggung, terdapat akulturasi tiga kebudayaan dalam semangkuk bubur ase, yaitu Tionghoa, Timur Tengah, dan Eropa.Â
Pengaruh Tionghoa terlihat dari penggunaan taoge, kecap, dan tahu. Sementara itu, pengaruh Eropa terekam dalam semur yang berasal dari bahasa Belanda, smoor, yang berarti masakan yang direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan (stew).Â
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Video Viral Daihatsu Sigra Dikejar dan Diamuk Warga Kebumen, Kenapa?
Pengaruh Timur Tengah
Tak ketinggalan, pengaruh Timur Tengah terlihat pada penggunaan rempah-rempah dalam racikan bumbu semur. Perpaduan tiga budaya ini menghadirkan kuliner baru yang sangat khas dengan cita rasa lokal.
Bubur ase biasanya disajikan dengan topping berupa taburan kerupuk, kacang tanah goreng, kucai, kacang kedelai goreng, teri goreng, dan bawang merah goreng. Sementara itu, kuah ase berisi potongan daging, kentang, dan tahu atau telur. Kuahnya encer, tetapi sangat kaya rasa karena dibuat dari aneka rempah, seperti pala, merica, jahe, dan cengkih.
Bubur ase kerap menjadi menu sarapan yang pas. Sajian ini biasanya juga disantap bersama kuah ase dan asinan.
Kuliner ini bisa dengan mudah ditemukan di sekitar Kebon Kacang, Tanah Abang, dan Pasar Gandaria. Bubur ase juga kerap hadir dalam berbagai acara khusus di Jakarta, seperti Pekan Raya Jakarta.
Penulis: Resla
Advertisement