Liputan6.com, Jakarta - Apa yang terjadi jika seorang istri merasa lelah untuk mengubah kebiasaan buruk suaminya? Mengambil tindakan untuk menceraikan suaminya? Terus-menerus bertahan hingga rela mati dan dihidupkan ribuan kali? Atau menetapkan batas sampai mana dia menjadi 'penolong yang setia'?
Pulang dari menonton SORE, Istri dari Masa Depan, saya menghadapi perasaan ganjil dalam perjalanan pulang ke rumah. Ada yang tertinggal: rasa janggal, sedikit triggered, dan terus terang kecewa.
Saya terpukau atas karya Yandy Laurens sebelumnya, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (2023), dan Yang Hilang dalam Cinta (2022). Kedua film tersebut membuat saya percaya Indonesia memiliki sutradara laki-laki yang mampu merengkuh dinamika relasi heteroseksual dengan lebih adil gender.
Advertisement
Akan tetapi kali ini saya merasa film SORE seperti membuka luka lama narasi relasi timpang laki-laki–perempuan di sinema. Sebagai penafian, saya tidak menonton serial SORE (2017) sebelumnya sehingga telaah ini murni hasil dari menonton film SORE (2025).
SORE: Manic Pixie Dream Girl Masa Depan (yang Lain)
"Jika aku harus menjalani sepuluh ribu kehidupan, aku akan selalu memilihmu"
Kutipan itu ibarat menjadi mantra di sepanjang film. Saya dapat membayangkan keinginan kuat dari pembuat film agar penonton menangkap bagaimana kekuatan cinta memampukan seseorang terus menerus kembali pada orang yang sama. Persis inilah yang membangkitkan keresahan saya sebagai audiens perempuan.
Pada satu sisi, bisa saya tangkap misi film SORE untuk menggugah nurani penonton, terutama para laki-laki yang kabur dari masa lalunya (alih-alih untuk tidak mengatakannya sebagai perokok yang abai), agar menyadari siapa dan apa yang hilang sebagai akibat dari melestarikan gaya hidup tidak sehat.
Tetapi di sisi lain, cara Yandy Laurens menarasikan peran Sore sebagai seorang perempuan tanpa agensi, dibalut dalam nama cinta, justru melanggengkan narasi umum ketimpangan gender dalam relasi intim. Cinta perempuan digambarkan tidak bersyarat berikut dengan peran penyelamat yang kokoh melekat di bahunya.
Tokoh Sore, diperankan Sheila Dara Aisha, sejak awal kemunculannya tampil konsisten. Manis, lemah lembut, bicara seperlunya, dan (lagi-lagi) “terlalu baik”. Dia datang dari masa depan untuk menyelamatkan Jonathan, atau melalui dialog tujuan Sore dibuat sangat terbatas yaitu “mengubah hidup kamu (Jonathan) menjadi lebih baik”.
Obsesivitas Sore, sebagai seorang perempuan, tidak datang dari ruang hampa. Sejak dini perempuan sudah dibentuk oleh orang tua, keluarga besar, tetangga, guru di sekolah, dan sekarang melalui film Sore, untuk rela menanggung peran pengasuhan yang melelahkan dan terus tangguh dalam kelelahannya.
Sepanjang menonton film saya mempertanyakan, di mana letak keadilan emosional bagi Sore? Di waktu pagi ketika ia kembali ada di samping Jonathan yang masih tertidur, Sore digambarkan selalu kembali tersenyum, menyapa Jonathan yang terperanjat. Itu ia lakukan sambil menahan frustrasi seorang diri akibat terus menerus gagal mengubah hidup Jonathan.
Relasi Toxic yang Dirayakan
Saya tidak bilang film ini gagal sepenuhnya. Saya menikmati berbagai momen-momen visual indah, dialog-dialog tentang penyesalan, dan kepingan renungan tentang tubuh, penyakit, serta terutama mengenai waktu. Namun, ada risiko besar ketika film menempatkan cinta tanpa syarat sebagai solusi atas perilaku toksik pasangan yang sulit mencintai tubuhnya sendiri.
Berbagai diskursus gender telah membahas bagaimana relasi intim yang meromantisasi pengorbanan satu pihak (biasanya perempuan) bukan hal sepele.
Ini bukan sekadar bumbu drama, melainkan cerminan nilai para pembuat film yang bisa diserap ulang dan diterima penonton sebagai idealisme cinta. Padahal, apakah adil membebankan “kesembuhan” pasangan ke cinta yang loyal tanpa batas?
Padahal di luar layar, tidak jarang realitas relasi romantis terselubung kekerasan berbasis gender subtil, sebagaimana Jonathan tidak memikirkan kesejahteraan Sore sebagai dampak perilaku merokok dan konsumsi alkohol yang digilainya.
Narasi film seperti ini, alih-alih memerdekakan penonton, malah merayakan gagasan lama: perempuan harus bersabar, harus bertahan, harus mencintai tanpa syarat.
Bahkan di film yang menjanjikan tema sains-fiksi dan fantasi waktu, peran gender yang disajikan tetap konservatif. Apakah hal tersebut bisa terjadi (rela mengulang kematian berkali-kali) jika Jonathan adalah suami dari masa depan yang menjumpai Sore istrinya yang perokok dan alkoholik?
Advertisement
Perlu Perspektif yang Lebih Peka
Film SORE dibagi dalam tiga sudut pandang: Jonathan, Sore, dan Waktu. Porsi cerita dari sudut pandang Sore besar di layar, tapi itu merupakan perpanjangan dari karakter Jonathan. Ruang agensi Sore rapuh, terlebih ketika sang Waktu turut andil menggagalkan satu-satunya tujuan eksistensi Sore.
Saya hampir tidak dapat melihat Sore sebagai individu yang merdeka dengan ambisi, batas, atau keinginan di luar Jonathan. Semesta Sore hanyalah Jonathan di saat Jonathan memiliki berbagai tujuan lain di luar Sore.
Bahkan di satu adegan, bos Sore bernama Marko, di butiknya menasihati agar Sore berhenti memegang hal yang tak bisa ia ubah. Ironisnya, film SORE sendiri justru menutup telinga dari nasihat itu. Tokoh Sore tidak pernah sungguh-sungguh menarik rem darurat untuk dirinya sendiri, bahwa mencintai seseorang bukan berarti menanggung semua rasa sakit sendirian.
Barangkali kalau naskah ini ditulis dengan berkolaborasi bersama penulis perempuan yang sensitif gender, penonton dapat berharap adanya suguhan dinamika gender yang lebih adil dan beragam.
Sayangnya film SORE disutradarai dan skenarionya ditulis oleh laki-laki cis-hetero yang sama. Tampak jelas bagaimana cara tuturnya berat sebelah. Perempuan lagi-lagi dijaga di zona penebus, bukan manusia beragensi yang penuh kontradiksi.
Bagi saya, perspektif gender tidak berimbang merupakan catatan penting untuk film layar lebar Indonesia. Industri film Indonesia dalam 20 tahun terakhir, paska meledaknya Ada Apa Dengan Cinta?, sudah lebih progresif dan bervariasi dalam narasinya.
Penonton layak diajak melihat cinta sehat, setara, dan bertanggung jawab, di mana cinta tidak lahir dari pengorbanan sepihak. Penonton butuh lebih banyak cerita lintas genre, termasuk sains-fiksi romantik, yang juga berani mendekonstruksi pola usang cinta penyelamat.
Walaupun pada akhirnya saya skeptis juga, apakah pilihan-pilihan Yandi di atas, sebagi pembuat film, juga sebenarnya berangkat dari pasar yang belum sesiap itu untuk relasi heteroseksual yang setara?
Penulis: Stella Anjani
Perempuan urban pekerja berlatar pendidikan psikologi dan kajian gender.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3522024/original/043530300_1627356765-Artboard_2_copy_2.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5388654/original/020117600_1761126137-penerimaan_CPNS_2025.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5388281/original/097138900_1761117018-klaim_bansos_perlinsos.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5194131/original/092217200_1745291278-20250422-Tarif_Listrik-ANG_4.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5271460/original/061286700_1751511189-ClipDown.com_499881845_18273620656277082_8573964633038921323_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/promo_images/1/original/085223300_1761037787-Desktop_1280_x_190.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/avatars/360649/original/076094300_1521185970-hmb_komo.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5364792/original/051815700_1759126836-Batikraya__desktop-mobile__356x469.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4594861/original/042341600_1696214868-WhatsApp_Image_2023-10-01_at_11.22.57_AM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1007857/original/028718200_1443772607-20151002-Batik-Indonesia-Jakarta1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5383936/original/055648100_1760702670-Screenshot_2025-10-17_190053.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5383102/original/063853500_1760619413-pelatihan_membatik_ODGJ.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365926/original/014482200_1759210923-WhatsApp_Image_2025-09-30_at_12.08.49_a259c739.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379874/original/030629300_1760405838-batik_____thank_you__jeromepolin_____.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377193/original/026255200_1760079566-Screenshot_2025-10-10_134233.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379607/original/093991000_1760351505-1.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4408267/original/049954900_1682595755-342921583_247547861140484_425279135295531283_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5365708/original/069582000_1759204193-0L5A5578.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4959156/original/095658300_1727935331-WhatsApp_Image_2024-10-02_at_20.00.58.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5366761/original/083353800_1759287891-WhatsApp_Image_2025-10-01_at_09.50.34_348a6318.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379899/original/015827500_1760407756-AnugerahL6__desktop-mobile__356x469_-_Button_Share.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5388490/original/041166700_1761122070-Dirjen_KKP.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5385563/original/006293200_1760936391-996x664.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5384884/original/040171600_1760851296-IMG_5959-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5383271/original/098755500_1760668586-WhatsApp_Image_2025-10-17_at_08.22.59_8b12db6a.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5384687/original/053529500_1760831270-916.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5384462/original/021470900_1760779052-WhatsApp_Image_2025-10-16_at_22.38.31_1e4427e5.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5383450/original/086945600_1760676909-IMG_5869-01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5383816/original/053854700_1760694393-1.jpg)
/kly-media-production/medias/5373274/original/043114900_1759817424-Gemini_Generated_Image_ezj02aezj02aezj0.jpg)
/kly-media-production/medias/4545373/original/098351100_1692597393-jun-rong-loo-GHXNJWmNAeI-unsplash.jpg)
/kly-media-production/medias/5273267/original/025447100_1751617634-cf33aa66-e2f5-4a3b-afc8-12cf5b898fb4.jpg)