KEMBAR78
Penilaian Film Black Phone 2: Teror yang Lebih Dalam dan Emosional | Duniaku.com
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
For
You

Penilaian Film Black Phone 2: Teror yang Lebih Dalam dan Emosional

image5 (1).jpg
Dok. Universal Picture (Black Phone 2)
Intinya sih...
  • Hantu The Grabber kembali meneror penyintas Finn dan Gwen, dengan fokus pada kekuatan psikis Gwen.
  • Black Phone 2 mengangkat tema trauma, iman, dan luka batin keluarga serta ketegangan spiritual ala Nightmare on Elm Street.
  • Visual film menyalurkan nostalgia 1980-an melalui grainy footage dan desain visual yang seperti mimpi buruk di pita VHS.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

GENRE: Horor

ACTORS: Mason Thames, Ethan Hawke, Madeleine McGraw

DIRECTOR: Scott Derrickson

RELEASE DATE: 15 Oktober 2025

RATING: 4/5

Ketika The Black Phone (2022) dirilis, tak banyak yang menyangka film horor garapan Scott Derrickson itu akan mendapatkan sekuel. Ceritanya sudah tuntas, penjahatnya tewas, dan atmosfernya begitu tertutup rapat. Tapi dunia perfilman punya hukum sendiri: jika filmmu laku keras, maka telepon itu akan berdering lagi. Dan kali ini, Black Phone 2 menjawab panggilan itu dengan cara yang mengejutkan, lebih atmosferik, lebih emosional, dan bahkan lebih baik dari pendahulunya.

1. Hantu yang Tak Pernah Mati

image2 (1).jpg
Dok. Universal Pictures (Black Phone 2)

Dengan The Grabber (Ethan Hawke) sudah tewas di film pertama, banyak yang bertanya-tanya: bagaimana kisah ini bisa berlanjut? Derrickson menjawabnya lewat jalur supranatural. Kini, sang pembunuh beraksi dari balik kubur, meneror kembali dua penyintas, Finn (Mason Thames) dan Gwen (Madeleine McGraw).

Gwen, yang kini makin kuat dalam kemampuan psikisnya, menjadi pusat cerita. Ia tak lagi butuh telepon untuk bicara dengan arwah; batas antara mimpi dan dunia nyata pun mulai kabur.

2. Trauma, Iman, dan Luka yang Menurun

image4 (1).jpg
Dok. Universal Picture (Black Phone 2)

Black Phone 2 bukan hanya kisah teror, tapi juga cermin trauma. Derrickson dan C. Robert Cargill membawa tema kekerasan anak, luka batin keluarga, hingga bayang-bayang dosa yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Hubungan Gwen dengan mendiang ibunya (Anna Lore) menjadi pusat emosional film ini. Perpaduan antara cinta, rasa bersalah, dan kekuatan yang lahir dari luka. Ketika mimpi buruknya membawanya ke kamp Kristen bernama Alpine Lake, misteri pun berkembang, menghadirkan campuran ketegangan spiritual dan kengerian fisik ala Nightmare on Elm Street.

3. Ketegangan yang Indah dan Brutal.

image3 (1).jpg
Dok. Universal Picture (Black Phone 2)

Visual Black Phone 2 menyalurkan nostalgia 1980-an melalui grainy footage dan desain visual yang seperti mimpi buruk di pita VHS. Musik dari Atticus Derrickson memperkuat atmosfernya: menekan, melayang, dan tak pernah memberi ruang untuk bernapas lega. Adegan kekerasannya jarang, tapi ketika muncul langsung menghantam keras. Derrickson tahu kapan harus memperlihatkan darah, dan kapan harus membuat kita hanya mendengarnya dari balik dinding.

Pada akhirnya, Black Phone 2 bukan sekadar sekuel yang tak perlu. Sebuah film horor yang menggabungkan rasa takut dengan kesedihan, kematian dengan kenangan, dan masa lalu dengan pengampunan. Jarang ada sekuel yang bisa melampaui film aslinya, tapi Derrickson membuktikan bahwa beberapa panggilan memang pantas dijawab dua kali.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahrul Razi Uni Nurullah
EditorFahrul Razi Uni Nurullah
Follow Us

Latest in Film

See More

Mengenal Shocker Combatmen, Prajurit Shocker Musuh kamen Rider!

20 Okt 2025, 18:00 WIBFilm