Liputan6.com, Jakarta - Banyak data menunjukkan bahwa gelar sarjana tetap menjadi investasi berharga. Menurut Bank Sentral New York, lulusan perguruan tinggi rata-rata didirikan 68% lebih tinggi per dibandingkan tahun mereka yang hanya lulusan SMA.
Selain itu, pemegang gelar umumnya memiliki tingkat kemiskinan yang lebih rendah, kepemilikan rumah yang lebih tinggi, serta peluang pernikahan yang lebih besar.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (13/9/2025), meski begitu, tidak semua gelar memberikan hasil yang sama.
Advertisement
Pilihan jurusan dan kampus yang ditempuh sangat mempengaruhi prospek ke depan. Namun, menurut pakar pendidikan tinggi, Jeff Selingo, kesuksesan tidak selalu bergantung pada perjalanan studi di kampus bergengsi atau berbiaya mahal, seperti universitas Ivy League (contohnya Harvard) atau “Ivy-plus” seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT).
“Meskipun Anda tidak bersekolah di salah satu sekolah elit tersebut, Anda bisa mendapatkan pekerjaan yang memuaskan dengan gaji tetap lulus kuliah dengan memanfaatkan dua cara berikut: memperoleh keterampilan yang paling diinginkan oleh para pemberi kerja dan mendapatkan magang,” tulis Selingo dalam buku barunya “Dream School: Menemukan Perguruan Tinggi yang Tepat untuk Anda.”
Selingo menggunakan hasil penelitian dan survei terhadap lebih dari 3.000 orang tua untuk memberi panduan bagi siswa dan keluarganya agar gelar sarjana benar-benar bermanfaat. Ia menemukan bahwa ada dua hal penting yang harus dimiliki siswa, yaitu keterampilan dan pengalaman magang. Hal kedua ini bisa diperoleh di banyak perguruan tinggi, bukan hanya di kampus terkenal seperti Ivy League.
Pilih Mata Kuliah dengan Cermat
Selingo mengakui bahwa kampus-kampus memang sering menghasilkan lulusan dengan gaji lebih tinggi. Namun, ia menekankan bahwa siswa di perguruan tinggi peringkat menengah meskipun tetap bisa meraih karir yang bagus, asalkan memilih jurusan dengan prospek gaji tinggi dan keahlian keterampilan yang dicari perusahaan melalui kuliah maupun magang.
“Jurusanmu penting,” katanya. “Jurusan (sains, teknologi, teknik, dan matematika) dan bisnis menghasilkan lebih banyak daripada jurusan humaniora.”
Saat mencari kerja setelah lulus, perusahaan kini tidak hanya melihat asal universitas atau jurusan, tetapi juga kemampuan nyata yang dimiliki pelamar, kata Selingo. Keterampilan itu bisa diperoleh melalui magang atau kelas tambahan.
Ia menyarankan mahasiswa melengkapi jurusan mereka dengan keahlian yang dibutuhkan perusahaan, misalnya perangkat lunak khusus industri atau kecerdasan buatan. “Saya jurusan sejarah, tapi saya bisa visualisasi data, pakai Canva, atau Adobe,” ujarnya. “Dengan bekal keterampilan dan pengalaman magang, hasil karir Anda bisa setara bahkan lebih baik daripada lulusan kampus elit.”
Advertisement
Mulai Bangun Relasi Karier
Magang atau kerja sambil kuliah sangat penting untuk menambah pengalaman dan keterampilan yang dicari pemberi kerja setelah lulus, kata Selingo. Oleh karena itu, ia menyarankan mahasiswa dan keluarga untuk menyelidiki apakah kampus menyediakan kesempatan magang atau bahkan menjaminnya dalam kurikulum. Pekerjaan di kampus juga bermanfaat jika bisa memberi pengalaman nyata, terutama bila universitas bekerja sama dengan bisnis lokal.
Selain itu, Selingo menekankan pentingnya layanan kampus, seperti penasihat dan pusat karir. Ia menyarankan mahasiswa tidak hanya membaca brosur, tetapi juga bertanya langsung kepada mahasiswa aktif tentang seberapa berguna layanan tersebut, bagaimana calon kualitas penasihatnya, dan apakah akses ke mata kuliah mudah. “Ada banyak petunjuk kecil yang bisa memberi gambaran nyata,” katanya.