KEMBAR78
Fenomena Pay Later Bikin Bisnis Kartu Kredit Tergeser - Bisnis Liputan6.com
Sukses

Fenomena Pay Later Bikin Bisnis Kartu Kredit Tergeser

Layanan beli sekarang bayar nanti atau Buy now pay later (BNPL) makin diminati. Meski praktis dan bebas bunga, tren ini dinilai menggerus bisnis kartu kredit dan memunculkan risiko baru bagi perbankan.

Diterbitkan 15 September 2025, 20:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Layanan Buy now pay later (BNPL) atau beli sekarang bayar nanti semakin diminati konsumen sebagai alternatif baru pengganti kartu kredit. Skema ini memungkinkan pembelian dibagi ke dalam cicilan jangka pendek yang umumnya bebas bunga, sehingga terasa lebih ringan bagi pengguna.

“Kredit itu bukan hal baru. Kredit sudah ada sejak ribuan tahun lalu dan kartu kredit juga bukan sesuatu yang baru. Namun, kartu kredit sulit beradaptasi dengan kebutuhan konsumen,” ujar Chief Operating Officer Affirm Michael Linford dikutip dari CNBC, Senin (15/9/2025).

“Yang kita lihat saat ini adalah adopsi besar-besaran terhadap alternatif kartu kredit,” Tambahnya.

Data eMarketer mencatat, sekitar 86,5 juta orang Amerika Serikat (AS) menggunakan layanan paylater pada 2024, dan jumlah tersebut diprediksi naik menjadi 91,5 juta orang pada 2025.

Sementara survei LendingTree mengungkap, hampir separuh masyarakat AS sudah pernah menggunakan layanan paylater seperti Affirm atau Klarna setidaknya sekali. Bahkan, 11 persen di antaranya mengaku sudah menggunakan layanan ini lebih dari enam kali.

Promosi 1
2 dari 3 halaman

Maraknya Penggunaan Paylater

Fenomena ini juga dinilai menggeser posisi kartu kredit dalam perilaku konsumen.

“Saya pikir layanan ini mendorong sebagian konsumen keluar dari industri kartu kredit,” jelas Senior Analyst di TD Cowen, Moshe Orenbuch.

“BNPL memang tercipta untuk orang-orang yang tidak ingin menggunakan kartu kredit atau mereka yang tidak memiliki cukup limit untuk bertransaksi dengan kartu kreditnya,”

Pandangan serupa juga diungkapkan Vice President Credit Risk dan Marketing Strategy di LexisNexis Risk Solutions, Kevin King. Menurutnya, setiap transaksi yang dibiayai lewat BNPL pada dasarnya adalah transaksi yang berpotensi dilakukan dengan kartu kredit atau rekening bank.

“Itu berarti mengurangi aktivitas transaksi kartu, menekan tingkat pemakaian, padahal kedua hal tersebut adalah sumber pendapatan utama,” ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Lubang Hitam Besar

Bagi bank besar dan lembaga keuangan, ancaman BNPL bukan hanya pada sisi persaingan langsung dengan kartu kredit. Ada risiko lain yang perlu diwaspadai, terutama seiring meningkatnya jumlah pengguna.

“Sejauh ini, buy now pay later merupakan sebuah lubang hitam besar dalam profil kredit dan pemahaman mereka terhadap kualitas kredit konsumen,” tegas King.

Produksi Liputan6.com