KEMBAR78
ini Alasan BP-Vivo Batal Beli BBM dari Pertamina - Bisnis Liputan6.com
Sukses

ini Alasan BP-Vivo Batal Beli BBM dari Pertamina

Perhatikan alasan utama mengapa SPBU Vivo dan BP membatalkan penyerapannya terhadap 100 ribu barel bahan bakar impor dari Pertamina, yaitu keberatan terhadap kadar etanol yang ditemukan, meskipun masih dalam batas aman Kementerian ESDM.

Diterbitkan 02 Oktober 2025, 17:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan yang tidak terduga muncul dari dua perusahaan operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, yaitu Vivo dan BP-AKR. Keduanya dilaporkan telah membatalkan rencana untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis base fuel yang diimpor oleh PT Pertamina Patra Niaga.

Pembelian ini sebenarnya merupakan bagian dari upaya kerjasama untuk mengatasi masalah kelangkaan BBM yang telah terjadi di beberapa SPBU swasta sejak bulan Agustus lalu. Namun, langkah tersebut kini tidak dapat dilanjutkan.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, Wakil Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengonfirmasi bahwa kesepakatan tersebut telah dibatalkan. Ia menyatakan bahwa sebelumnya PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) telah sepakat untuk menyerap 40 ribu barel dari total 100 ribu barel BBM yang diimpor oleh Pertamina.

Akan tetapi, kesepakatan itu tidak dapat dilanjutkan. "Vivo membatalkan untuk melanjutkan setelah setuju (membeli) 40 ribu barel (base fuel), akhirnya tidak disepakati lagi," ujar Achmad Muchtasyar dikutip dari Antara, Kamis (2/10/2025).

Menurut Achmad, keputusan mundurnya SPBU swasta ini disebabkan oleh temuan kandungan etanol yang mencapai sekitar 3,5 persen dalam hasil uji laboratorium terhadap base fuel impor tersebut. Hal ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak melanjutkan pembelian.

Promosi 1
2 dari 3 halaman

SPBU Swasta Tetap Keberatan

Penemuan adanya kandungan etanol sebesar 3,5 persen dalam bahan bakar impor Pertamina menjadi momen penting dalam proses negosiasi bisnis ke bisnis (B2B) ini.

Achmad Muchtasyar menyampaikan bahwa kandungan etanol tersebut menjadi alasan utama bagi SPBU swasta, termasuk Vivo dan BP-AKR, untuk membatalkan rencana pembelian mereka.

"Ini (kandungan etanol) yang membuat teman-teman SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian (base fuel), karena ada konten etanol tersebut," ungkapnya.

Menarik untuk dicatat, Achmad juga menyoroti bahwa dari perspektif regulasi, keberadaan kandungan etanol tersebut sebenarnya masih dibolehkan. Ia mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menetapkan batas maksimal kandungan etanol di bawah 20 persen.

Dengan kata lain, kadar 3,5 persen yang ada dalam bahan bakar tersebut masih jauh di bawah ambang batas yang diizinkan oleh pemerintah.

Akibat dari keputusan pembatalan oleh Vivo dan BP-AKR, negosiasi B2B harus dimulai dari awal lagi. Sebanyak 100 ribu barel bahan bakar yang sudah diimpor oleh Pertamina dipastikan belum dapat dijual kepada SPBU swasta.

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga pernah menyatakan bahwa Shell, Vivo, BP, dan Exxon Mobil telah memberikan persetujuan untuk skema impor tambahan BBM melalui Pertamina.

3 dari 3 halaman

Harapan Pertamina dan Ketentuan Skema BBM Murni

Keputusan kedua SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian base fuel impor dari Pertamina menandakan bahwa sampai saat ini, belum ada satu pun dari mereka yang berhasil memanfaatkan skema kolaborasi tersebut. Pembelian base fuel tersebut awalnya direncanakan sebagai solusi untuk mengatasi masalah kelangkaan BBM, dengan ketentuan bahwa BBM yang dibeli haruslah dalam bentuk murni.

Hal ini bertujuan agar proses pencampuran aditif atau bahan lainnya dapat dilakukan di tangki masing-masing SPBU.

Walaupun mengalami kendala, Achmad Muchtasyar tetap optimis bahwa SPBU swasta akan bersedia melakukan negosiasi untuk pengiriman kargo berikutnya yang dijadwalkan tiba pada minggu yang sama.

"Tetapi teman-teman SPBU swasta berkenan, jika nanti pada kargo selanjutnya, siap bernegosiasi. Ini bukan masalah di kualitas, masalah di konten," ungkap Achmad.

Dengan semangat tersebut, diharapkan akan ada perkembangan positif dalam kerjasama ini di masa mendatang.

EnamPlus