Liputan6.com, Jakarta Harga emas mencapai USD 4.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah pada perdagangan hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena investor mencari tempat berlindung yang aman dari kurs dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah, volatilitas geopolitik, ketidakpastian ekonomi, dan inflasi yang membandel.
Harga emas dunia ditutup pada rekor USD 4.004,40 per ons, setelah mencapai titik tertinggi intraday sepanjang masa di USD 4.014,60. Harga emas telah naik sekitar 50% tahun ini karena kurs dolar AS telah turun 10% dan Presiden Donald Trump mengacaukan sistem perdagangan global dan mengancam independensi Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Bank sentral dan investor ritel membeli emas dengan cepat. Tiongkok dan negara-negara lain beralih dari obligasi pemerintah AS ke emas setelah Washington memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina pada tahun 2022, dan investor ritel mencari perlindungan terhadap inflasi.
Advertisement
Kenaikan harga logam mulia terjadi setelah The Fed memangkas suku bunga pada bulan September untuk pertama kalinya tahun ini, membuat instrumen utang jangka pendek seperti surat utang negara (Treasury bill) kurang menarik bagi investor.
Pasar memperkirakan The Fed akan kembali menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali lagi, di mana saat ini berada di kisaran 4,00% hingga 4,25%, sebelum akhir tahun. The Fed akan mengadakan pertemuan berikutnya dalam tiga minggu, pada 29 Oktober.
Investasi Emas
Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates, pada hari Selasa merekomendasikan agar investor menempatkan sekitar 15% portofolio dalam bentuk emas .
”Instrumen utang bukanlah cara yang efektif untuk menyimpan kekayaan,” kata Dalio di Forum Ekonomi Greenwich di Connecticut.
(Emas) satu aset yang berkinerja sangat baik ketika bagian-bagian umum portofolio Anda turun,” lanjut dia.
Bank of America pada hari Senin mendesak investor untuk berhati-hati dalam mendekati harga emas karena harga mendekati USD 4.000. BofA memperingatkan klien bahwa emas menghadapi kelelahan tren naik, yang dapat menyebabkan Konsolidasi atau koreksi pada kuartal keempat.
Advertisement
Harga Emas Dunia Sentuh USD 4.000, Ini Pendorongnya
Harga emas dunia sentuh USD 4.000 untuk pertama kali pada perdagangan Selasa, 7 Oktober 2025. Harga emas kembali capai rekor tertinggi seiring investor mencari tempat berlindung yang aman dari ketidakpastian geopolitik dan inflasi yang tinggi.
Mengutip CNBC, Selasa (7/10/2025), harga emas berjangka terakhir diperdagangkan di posisi USD 4.005,80 per ounce. Harga emas telah naik lebuh dari 50% pada 2025 seiring Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengubah sistem perdagangan global dan mengancam independensi the Federal Reserve atau bank sentral AS.
Bank sentral dan investor ritel membeli emas dalam jumlah besar. Pemerintah berusaha melindungi diri dari risiko sanksi AS dan konsumen mencari perlindungan terhadap inflasi.
Bank of America mengimbau investor untuk masuk ke emas dengan hati-hati seirIng harga sedang menuju USD 4.000. Bank of America (BofA) memperingatkan klien kalau emas menghadapi kelelahan tren naik yang dapat menyebabkan konsolidasi atau koreksi pada kuartal IV.
Harga Emas Naik 50% Sejak Awal Tahun, UBS Prediksi Bisa Tembus USD 4.200
Sebelumnya, harga emas dunia terus mencetak rekor baru setelah naik lebih dari 50% sejak awal 2025, menembus level USD 3.900 per ons untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Lonjakan harga emas dunia didorong oleh ekspektasi kuat bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik global.
Dikutip dari CNBC, Selasa (7/10/2025), pada penutupan perdagangan kemarin, harga emas spot menguat 1,8% ke USD 3.956,19 per ons, setelah sempat mencapai USD 3.969,91 di awal sesi. Sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 1,7% lebih tinggi di USD 3.976,3 per ons.
Advertisement