Liputan6.com, Jakarta Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi, mencatat pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat tipis 5 point sebelumnya sempat menguat 55 point dilevel Rp 16.568 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.573.Â
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 16.560-16.600," kata Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (9/10/2025).
Adapun penguatan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Untuk faktor eksternal, yakni kekhawatira yang meningkat terhadap ekonomi AS dan stabilitas politik masih membebani pasar setelah senat pada hari Rabu kembali menolak proposal pendanaan dari Partai Republik dan Demokrat untuk mengakhiri penutupan pemerintah.Â
Advertisement
"Penutupan pemerintah telah memasuki hari kesembilan tanpa tanda-tanda kemajuan menuju resolusi. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa memperingatkan tentang tidak adanya jaminan pembayaran kembali bagi pegawai federal selama penutupan pemerintah," ujarnya.
Lebih lanjut, Pada risalah pertemuan FOMC bulan September yang dirilis tadi malam, Federal Reserve AS (Fed) hampir dengan suara bulat memutuskan menurunkan suku bunga acuannya, pertama kalinya sejak akhir 2024, dan mengisyaratkan bahwa kemungkinan akan ada dua penurunan suku bunga lagi sampai akhir tahun ini.
Pasar memperkirakan peluang hampir 100% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed pada bulan Oktober, menurut CME Fedwatch. Fokus hari Kamis tertuju pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang rencana bank sentral terkait suku bunga.
Geopolitik Israel dan Hamas
Selain itu faktor lainnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama rencana perdamaian Gaza yang dimediasinya, termasuk penghentian sementara pertempuran, pembebasan sandera, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap.Â
"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia akan mengadakan pertemuan dengan pemerintah pada hari Kamis untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata yang dimaksudkan untuk mengamankan pemulangan semua sandera," ujarnya.
Â
Â
Â
Â
       Â
Advertisement
Faktor Internal
Adapun untuk faktor internal yang mempengaruhi penguatam rupiah adalah nilai cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2025 tercatat sebesar USD 148,7 miliar, lebih rendah dari posisi pada akhir Agustus 2025 sebesar USD 150,7 miliar.Â
"Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta dipengaruhi kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi," ujarnya.
Posisi cadangan devisa akhir September 2025 tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor. Atau setara 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa ini tetap kuat mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. BI terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memerkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Ke depan, Bank Indonesia meyakini ketahanan sektor eksternal tetap kuat sejalan dengan prospek ekspor yang tetap terjaga serta neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus. Itu sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang tetap menarik," pungkasnya.
Â