Liputan6.com, Jakarta Sepuluh tahun lalu, Liverpool membuat keputusan besar dengan menunjuk Jurgen Klopp sebagai manajer baru. Langkah itu menjadi awal dari perubahan besar di Anfield.
Klopp datang setelah sukses bersama Borussia Dortmund, membawa filosofi sepak bola berenergi tinggi. Ia dikenal sebagai sosok yang karismatik, jujur, dan mampu membangun hubungan erat dengan para pemain.
Saat tiba pada Oktober 2015, Klopp memperkenalkan diri sebagai “The Normal One”. Namun, kiprahnya di Liverpool justru luar biasa dan mengubah sejarah klub selamanya.
Advertisement
Di bawah asuhannya, Liverpool meraih Premier League pada 2020, menjuarai Liga Champions, serta tampil konsisten di level tertinggi Eropa. Era Klopp menjadi tonggak baru bagi kebangkitan The Reds.
Pertandingan Ikonik yang Mendifinisikan Klopp
Banyak pertandingan penting yang menandai era keemasan Klopp. Salah satunya adalah kemenangan 4-1 atas Manchester City pada November 2015, yang menjadi titik awal kebangkitan Liverpool.
Kemenangan 3-0 atas City di Liga Champions tahun 2018 juga menjadi momen bersejarah. Klopp membuktikan bahwa gaya bermainnya bisa menaklukkan tim terbaik Eropa.
Namun laga paling ikonik datang pada Mei 2019 saat Liverpool menang 4-0 atas Barcelona di Anfield. Comeback luar biasa itu akan selalu dikenang sebagai salah satu malam terbaik dalam sejarah sepak bola.
Puncaknya tiba ketika Liverpool menaklukkan Tottenham 2-0 di final Liga Champions 2019. Momen itu menegaskan bahwa Klopp telah membawa The Reds kembali ke puncak kejayaan.
Advertisement
Transfer Cerdas dan Filosofi Tim
Kesuksesan Klopp juga tidak lepas dari kebijakan transfer yang cermat. Ia mendatangkan Sadio Mane dari Southampton dengan harga 34 juta pounds, yang menjadi simbol energi dan agresivitas timnya.
Kemudian hadir Virgil van Dijk dengan rekor 75 juta pounds, transfer yang mengubah wajah pertahanan Liverpool. Van Dijk segera menjadi bek terbaik dunia dan pemimpin sejati di lapangan.
Andy Robertson pun jadi contoh keberhasilan lain. Didatangkan hanya dengan 8 juta pounds, ia menjelma menjadi bek kiri terbaik di Premier League.
Ketiganya merepresentasikan filosofi Klopp: menemukan potensi besar dalam pemain yang diremehkan dan menjadikannya bintang global.
Warisan dan Kepergian yang Elegan
Meski tak selalu mulus, Klopp meninggalkan warisan yang kuat. Kekalahan di final Liga Champions 2018 dan krisis cedera musim 2020/2021 menjadi ujian berat yang membentuk karakter tim.
Namun ia selalu mampu mengubah kekecewaan menjadi motivasi. Julukan “mentality monsters” menjadi identitas Liverpool di bawah asuhannya.
Klopp akhirnya mundur pada 2024, mengaku kehabisan energi setelah sembilan tahun intens di Anfield. Keputusannya diambil dengan elegan dan penuh penghormatan.
Kini, Liverpool melanjutkan kejayaannya di bawah Arne Slot, menggunakan pondasi yang telah dibangun Klopp. Warisannya tetap hidup, tidak hanya dalam trofi, tapi juga dalam semangat tim.
Sumber: Mirror
Advertisement