Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin (BTC) telah naik sekitar 30% tahun ini, sedangkan harga emas melonjak hingga 50%. Situasi seperti ini jarang terjadi karena biasanya, kinerja Bitcoin jauh mengungguli kinerja emas.
Jadi, apa yang sebenarnya sedang terjadi di pasar?
Apakah sekarang saat yang tepat untuk menambah porsi Bitcoin, dengan harapan nilainya mampu menyaingi emas di penghujung tahun? Atau justru waktunya bermain aman dan mempercayakan investasi pada emas yang lebih stabil?
Advertisement
Dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (14/10/2025), jika melihat dari sudut pandang jangka panjang, pemenangnya cukup jelas. Berdasarkan data dari WisdomTree, Bitcoin telah menjadi aset dengan kinerja terbaik di dunia dalam 9 dari 12 tahun terakhir. Sering kali, selisih kenaikan nilai Bitcoin jauh lebih besar dibandingkan emas.
Pada tahun-tahun ketika nilai Bitcoin melonjak, emas hampir tidak tampak bersinar. Misalnya, pada tahun 2023, nilai Bitcoin naik sebesar 157%, sementara emas hanya naik 15%. Di tahun 2021, nilai Bitcoin meningkat 60%, sedangkan nilai emas justru turun 4%.
Namun, ada hal penting yang perlu dicatat. Pada tahun-tahun ketika Bitcoin anjlok, emas menjadi tempat berlindung yang paling aman. Emas berperan sebagai aset pelindung nilai terbaik di dunia. Contohnya, pada tahun 2022, nilai Bitcoin turun 65%, sementara emas masih mengalami kenaikan tipis sebesar 0,4%. Begitu pula pada tahun 2018, ketika Bitcoin kehilangan 73% nilainya, emas hanya kehilangan nilai sebesar 1%.
Sejak peluncuran ETF Bitcoin spot tahun lalu, kinerjanya pun jauh melampaui ETF emas. Sebagai contoh, iShares Bitcoin Trust telah naik 180% sejak diluncurkan pada Januari 2024. Dalam periode yang sama, iShares Gold Trust hanya naik 97%.
Jadi, jika menilai hanya berdasarkan kinerja masa lalu, Bitcoin jelas unggul dibandingkan emas. Hampir di setiap rentang waktu dalam satu dekade terakhir, Bitcoin berhasil mengalahkan emas.
Meski begitu, perlu diingat bahwa pergerakan nilai Bitcoin sangat tidak stabil dan sering berubah drastis dalam waktu singkat. Bahkan, nilai Bitcoin bisa jatuh lebih dari 50% dari posisi tertingginya dalam satu periode tertentu, dilansir dari Yahoo Finance.
Mana Yang Lebih Baik Sebagai Pelindung Nilai?
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah “emas digital” untuk menyebut Bitcoin semakin populer. Alasannya karena Bitcoin dianggap sebagai aset langka, sama seperti emas. Jumlah Bitcoin yang bisa ditambang dibatasi hanya 21 juta unit, dan hingga kini sudah beredar sekitar 19,9 juta unit.
Jika benar Bitcoin berfungsi sebagai “emas digital,” maka aset ini berpotensi menjadi pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik, sama seperti peran emas fisik selama ini. Hal itulah yang sedang terjadi saat ini.
Faktanya, para trader di Wall Street menyebut fenomena peralihan dari dolar AS ke Bitcoin dan emas ini sebagai “debasement trade”, sebuah strategi di mana investor bertaruh pada kemungkinan penurunan nilai dolar AS serta pelemahan mata uang fiat di seluruh dunia.
Dikutip dari Yahoo Finance, terdapat berbagai faktor penyebab terjadiny hal ini. Antara lain, defisit fiskal yang sangat besar, keraguan terhadap independensi Federal Reserve, hingga risiko inflasi tinggi akibat kebijakan tarif impor yang melonjak. Pada akhirnya, banyak analis menilai bahwa satu-satunya jalan keluar dari krisis utang saat ini adalah mencetak lebih banyak uang, dan langkah itu hanya akan semakin melemahkan nilai dolar.
Advertisement
Jika Emas Tembus USD 4.000, Apakah Bitcoin Bisa Tembus USD 165.000?
Menariknya, pergerakan harga Bitcoin tampak mengikuti pola emas, hanya saja dengan sedikit jeda waktu. Singkatnya, ketika harga emas melonjak, Bitcoin cenderung ikut naik, meski biasanya terjadi beberapa minggu kemudian. Karena itu, jika harga emas benar-benar menembus level USD 4.000 per ons dalam waktu dekat, ada kemungkinan besar Bitcoin juga akan mengalami lonjakan signifikan.
Lalu, seberapa tinggi potensinya? Menurut JPMorgan Chase, harga Bitcoin bisa mencapai USD 165.000 pada tahun 2025. Bank tersebut menilai bahwa saat ini Bitcoin masih tergolong undervalued jika dibandingkan dengan emas, sehingga kemungkinan besar akan berupaya menutup ketertinggalan sepanjang sisa tahun ini.
Setelah dilakukan perhitungan dan penyesuaian terhadap tingkat volatilitas, JPMorgan memperkirakan bahwa Bitcoin saat ini masih undervalued hingga 42% dibanding emas. Dengan kata lain, jika tren emas terus meningkat, Bitcoin bisa saja mengikuti dan bahkan mencatat kenaikan yang lebih besar.
Jadi, Siapa Pemenangnya?
Untuk saat ini, emas tampaknya menjadi pilihan investasi yang lebih baik dibandingkan Bitcoin, setidaknya selama tren “debasement trade” masih berlangsung. Saat ini, jelas terlihat bahwa Bitcoin tertinggal dari emas, dan sebagian besar pelaku pasar masih menganggap emas sebagai aset lindung nilai paling kuat terhadap ketidakpastian ekonomi global dan risiko geopolitik.
Namun dalam jangka panjang, Bitcoin berpotensi menjadi pilihan yang lebih unggul. Jika sejarah bisa dijadikan acuan, maka kemungkinan besar Bitcoin akan terus melampaui kinerja emas pada dekade mendatang, sebagaimana yang telah berulang kali terjadi selama sepuluh tahun terakhir.
Advertisement