KEMBAR78
Isu Global hingga LGBTQ, Bagaimana Posisi Paus Leo XIV? - Global Liputan6.com
Sukses

Isu Global hingga LGBTQ, Bagaimana Posisi Paus Leo XIV?

Paus Leo XIV membawa gaya kepemimpinan yang tenang namun tegas dalam menghadapi isu-isu besar Gereja Katolik, dari persatuan umat Gereja Katolik hingga skandal pelecehan seksual.

Diterbitkan 12 Mei 2025, 21:30 WIB

Liputan6.com, Vatican City - Terpilih sebagai Paus ke-267, Paus Leo XIV langsung menjadi pusat perhatian dunia. Banyak yang menilai bahwa ia akan menjadi pemimpin transisi yang mampu menjembatani berbagai perbedaan dalam Gereja Katolik—melanjutkan semangat reformasi Paus Fransiskus, namun dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan inklusif.

Dikenal memiliki penilaian yang solid dan kemampuan mendengar yang kuat, Paus Leo XIV dipandang sebagai sosok moderat yang tidak perlu meninggikan suara untuk didengar.

Dalam kemunculan perdananya di balkon Basilika Santo Petrus, ia mengenakan busana kepausan tradisional, sebuah isyarat bahwa ia mungkin akan menerapkan gaya yang lebih formal dibandingkan pendahulunya yang mengenakan kasula putih sederhana.

Namun, di Amerika Serikat, sebagian kardinal dan uskup konservatif mungkin keberatan dengan rekam jejaknya yang pernah mengkritik Donald Trump serta pandangannya yang progresif dan inklusif. Steve Bannon, tokoh pendukung Trump, bahkan menyebutnya sebagai "Paus anti-Trump".

Lantas, bagaimana posisi beliau terhadap berbagai isu?

Komitmen pada Isu Sosial dan Perdamaian

Mengutip The Guardian, Senin (12/5/2025), Paus Leo XIV diperkirakan akan melanjutkan fokus Gereja Katolik pada isu keadilan sosial, perubahan iklim, dan perdamaian global. Ia dikenal menentang kebijakan imigrasi yang keras dan dalam pernyataan sebelumnya menegaskan pentingnya aksi nyata dalam menghadapi krisis iklim.

"Dominasi atas alam tidak boleh menjadi tirani, melainkan relasi timbal balik," katanya.

Ia juga menegaskan bahwa para uskup seharusnya "tidak menjadi pangeran kecil di kerajaannya, melainkan pelayan yang rendah hati, dekat dengan umat, dan berjalan serta menderita bersama mereka."

Di bidang diplomasi, ia diharapkan memainkan peran aktif dalam mendorong penyelesaian damai di wilayah-wilayah konflik seperti Ukraina, Gaza, dan Sudan Selatan. Seruan pertamanya sebagai paus adalah: "Damai untuk kalian semua"—menekankan visinya akan damai yang tanpa senjata dan saling melucuti kekerasan.

Promosi 1
2 dari 3 halaman

Isu Pelecehan Seksual

Namun, masa lalu Leo juga diwarnai kontroversi terkait penanganan kasus pelecehan seksual saat bertugas di Peru. Ia dituduh mengabaikan laporan terhadap dua imam dan merahasiakan informasi kepada publik.

Selama memimpin Dikasteri untuk Para Uskup, ia tidak mengungkap nama atau data uskup yang terlibat dalam penutupan kasus pelecehan.

Kelompok penyintas menuntut transparansi dan tindakan nyata, bukan hanya kebijakan administratif. Meski para pendukung Leo menegaskan bahwa ia mengikuti prosedur yang benar dan kasus tersebut telah dilaporkan secara tidak akurat, kepercayaan publik tetap menjadi tantangan besar yang harus dihadapi.

3 dari 3 halaman

Sikap terhadap Komunitas LGBTQ+ dan Peran Perempuan

Paus Leo XIV belum mengambil sikap eksplisit terhadap isu LGBTQ+. Dalam pernyataan tahun 2012, ia menyuarakan keprihatinan terhadap gaya hidup homoseksual dan struktur keluarga non-tradisional.

Namun, belakangan ia mengisyaratkan adanya perbedaan budaya di seluruh dunia dalam menanggapi isu ini dan tidak secara tegas menolak atau menerima pemberkatan pasangan sesama jenis.

Kelompok LGBT+ Katolik di Inggris menilai bahwa pandangan seseorang bisa berubah seiring waktu dan berharap pada keterbukaan Leo terhadap kelompok marjinal.

Sementara itu, mengenai peran perempuan dalam Gereja, Leo menolak gagasan penahbisan imam perempuan, namun mengakui kontribusi penting perempuan di berbagai lini kehidupan Gereja.

Pada 2022, ia bahkan menunjuk tiga perempuan untuk membantunya memilih para uskup—sebuah langkah simbolis yang menunjukkan keterbukaan terhadap inklusivitas.

EnamPlus