KEMBAR78
Harga Saham TINS Memerah Usai BEI Buka Suspensi - Saham Liputan6.com
Sukses

Harga Saham TINS Memerah Usai BEI Buka Suspensi

Berikut pergerakan saham PT Timah Tbk (TINS) usai Bursa Efek Indonesia (BEI) cabut suspensi saham TINS pada Rabu, (22/10/2025).

Diterbitkan 22 Oktober 2025, 20:49 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka penghentikan sementara perdagangan (suspensi) saham PT Timah Tbk (TINS) pada Rabu, (22/10/2025). Bagaimana pergerakan saham TINS?

BEI membuka suspensi saham TINS di pasar regular dan pasar tunai pada sesi I 22 Oktober 2025. Suspensi saham TINS dibuka menunjuk pengumuman bursa a Peng-SPT-00317/BEI.WAS/10-2025 tanggal 9 Oktober 2025 perihal Penghentian Sementara Perdagangan (Suspensi) Saham PT Timah Tbk (TINS) dan berdasarkan penilaian Bursa.

Lalu bagaimana harga saham TINS usai suspensi dibuka pada Rabu, 22 Oktober 2025?

Mengutip data RTI, harga saham TINS anjlok 9,72% ke posisi Rp 2.600 per saham. Saham TINS dibuka turun 280 poin ke posisi Rp 2.600 per saham. Harga saham TINS berada di level tertinggi Rp 2.600 dan terendah Rp 2.600 per saham.Total frekuensi perdagangan 2.498 kali dengan volume perdagangan 368.652 saham. Nilai transaksi Rp 95,8 miliar.

Sebelumnya BEI suspensi saham TINS mulai 10 Oktober 2025 di pasar regular dan pasar tunai. Bursa pun mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan.

Suspensi dilakukan seiring kenaikan harga kumulatif yang signifikan pada saham TINS dan sebagai bentuk perlindungan bagi investor.

Promosi 1
2 dari 4 halaman

Penutupan IHSG pada 22 Oktober 2025

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan saham Rabu (22/10/2025). Koreksi IHSG terjadi usai Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 4,75%.

Mengutip data RTI, IHSG hari ini ditutup merosot 1,04% ke posisi 8.152,55. Indeks saham LQ4 terpangkas 1,66% ke posisi 806,29. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.

Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 8.261,84 dan level terendah 8.141,98. Sebanyak 349 saham melemah sehingga bebani IHSG. 321 saham menguat dan 139 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 2.442.028 kali dengan volume perdagangan 29,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 23,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.580.

 

3 dari 4 halaman

Sektor Saham

Dari 11 sektor saham, empat sektor saham menghijau. Sektor saham properti bertambah 3%. Disusul sektor saham industri menguat 1,76%, sektor saham consumer nonsiklikal naik 1,53% dan sektor saham consumer siklikal melesat 0,39%.

Sementara itu, sektor saham basic merosot 2,72%, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham teknologi terpangkas 2,66%. Sektor saham energi melemah 0,15%, sektor saham kesehatan melemah 1,56%, sektor saham keuangan tergelincir 0,92%. Kemudian sektor saham infrastruktur susut 0,88% dan sektor saham transportasi terpangkas 0,97%.

Dalam kajian tim riset Philip Sekuritas Indonesia menyebutkan, fokus investor akan tertuju pada rilis data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) pada Jumat, 24 Oktober 2025.

 

4 dari 4 halaman

Sentimen IHSG

Dari mancanegara, data CPI AS diperkirakan memperlihatkan inflasi utama di AS naik sebesar 0,4 persen month-to-month (mtm) atau 3,1 persen year-on-year (yoy) pada September 2025. Inflasi Inti AS diramalkan naik 0,3 persen (mtm) atau 3,1 persen (yoy).

Data CPI AS akan menjadi salah satu rujukan bagi bank sentral AS The Fed dalam memutuskan kebijakan terkait suku bunga acuannya.

“Dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Bulan Oktober 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) tetap berada di level 4,75 persen,” demikian seperti dikutip dari Antara.

Suku bunga deposit facility diputuskan tetap pada level 3,75 persen, begitu pula suku bunga lending facility diputuskan tetap di level 5,5 persen.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Produksi Liputan6.com