Iran Dikepung Panas Ekstrem, Krisis Air, dan Listrik

Liputan6.com, Teheran - Pihak berwenang di Iran memerintahkan penutupan kantor-kantor pemerintahan dan bank di sebagian besar wilayah negara itu pada Rabu (6/8/2025) karena suhu musim panas yang melonjak dan krisis air yang memburuk semakin membebani jaringan listrik.

Pengumuman ini disampaikan oleh televisi pemerintah pada Selasa (5/8) dan merupakan yang kedua kalinya musim panas ini. Iran berharap langkah tersebut dapat mengurangi permintaan listrik dan air.

Karena suhu di ibu kota, Teheran, telah melampaui 40 derajat Celsius, pihak berwenang mengimbau warga untuk menghindari aktivitas di luar ruangan selama jam-jam puncak panas dan menghemat penggunaan air serta energi.

Iran memproduksi sekitar 62.000 megawatt energi listrik per jam pada kapasitas maksimumnya, namun negara itu membutuhkan sekitar 80.000 megawatt untuk memenuhi kebutuhannya.

Teheran dan kota-kota lain sudah mengalami pemadaman listrik selama dua jam setiap dua hari sekali. Para ahli memperingatkan bahwa pemadaman ini bisa meningkat menjadi empat jam. Warga pun berunjuk rasa di depan kantor penyedia listrik nasional, Tavanir, menuntut pengelolaan jaringan yang lebih baik.

Selama bertahun-tahun, sanksi Amerika Serikat terhadap sektor minyak dan perbankan Iran, serta kesulitan dalam memperoleh suku cadang untuk mengoperasikan dan memperbaiki jaringan listrik, telah membuat negara itu tidak mampu merawat dan memperbarui infrastruktur energinya.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr, satu-satunya sumber tenaga nuklir di Iran, mulai beroperasi pada tahun 2011 dengan bantuan Rusia. Namun, fasilitas ini hanya menghasilkan 1.000 megawatt per jam dan harus berhenti beroperasi selama dua bulan setiap tahun untuk keperluan pemeliharaan.

Iran bagian selatan menjadi wilayah yang paling terdampak oleh gelombang panas. Abadan mencatat suhu yang melebihi 50 derajat Celsius pada Minggu (3/8), menjadikan kota tersebut sebagai salah satu tempat terpanas di dunia selama gelombang panas menerjang di musim panas tahun ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, Teheran terus menghadapi kondisi panas ekstrem yang berulang serta infrastruktur yang melemah. Penutupan kantor yang direncanakan pada Rabu ini menggemakan kebijakan serupa berupa hari libur umum satu hari pada Juli 2024 dan penutupan selama dua hari pada tahun 2023.