Liputan6.com, Washington, D.C. - Sejak lama, ilmuwan bertanya-tanya apakah ada kehidupan purba di Mars. Kini, NASA mengumumkan bahwa sebuah sampel batuan yang dikumpulkan rover Perseverance NASA, kendaraan penjelajah mars, mungkin mengandung "biosignature" atau tanda potensial kehidupan.
Temuan yang dipublikasikan pada Rabu (20/8/2025) di jurnal Nature ini disebut membawa NASA selangkah lebih dekat menjawab salah satu pertanyaan terbesar umat manusia: apakah ada kehidupan lain di alam semesta.
Nicky Fox, associate administrator NASA untuk direktorat misi sains, menyebut temuan ini sangat penting dalam konferensi pers di markas NASA, Washington, dilansir dari NPR, Kamis (11/9).
Advertisement
"Temuan luar biasa dari rover Perseverance ini adalah yang paling dekat dengan penemuan kehidupan kuno di Mars. Dan jika belum jelas, kami sangat bersemangat tentang hal itu," ujarnya.
Sampel batuan yang menarik perhatian itu dinamai Sapphire Canyon. Rover Perseverance mengumpulkannya pada musim panas tahun lalu dari batuan kemerahan yang penuh retakan di tepi lembah sungai purba Neretva Vallis, yang lebarnya mencapai seperempat mil.
Katie Stack Morgan, ilmuwan proyek Perseverance di Jet Propulsion Laboratory NASA, California Selatan, menilai lokasi penelitian ini sangat tepat.
"Jezero dipilih karena lokasinya berada di antara wilayah paling kuno di Mars, memperlihatkan beberapa batuan tertua di tata surya," katanya.
Ia menambahkan, batuan tersebut memberikan wawasan berharga.
"Batuan purba ini memberi kita jendela menuju periode waktu yang tidak banyak terwakili di Bumi," tambahnya.
"Namun itu adalah masa ketika kehidupan mulai muncul di Bumi, dan mungkin juga di Mars.
Perseverance mendarat di kawah tersebut pada awal 2021 dengan misi mengumpulkan serta menganalisis sampel dari delta sungai kuno, yang diidentifikasi sebagai lokasi kaya potensi jejak kehidupan mikroba.
Â
Â
Temuan Rover
Pada Juli 2024, rover menemukan batuan yang membuat para ilmuwan penasaran. NASA menyebut batu itu memiliki ciri khas berupa bintik hitam kecil seperti "biji poppy" dan bintik besar seperti "macan tutul", pola yang sering dikaitkan dengan tanda-tanda kehidupan.
Fox menilai pola itu sangat menarik.
"Ini adalah jenis tanda yang biasanya kita lihat ketika sesuatu yang biologis terbentuk," ujarnya. "Dalam hal ini, bisa dibilang setara dengan melihat sisa fosil… sisa makanan, dan mungkin makanan itu dikeluarkan oleh mikroba. Itulah yang kita lihat dalam sampel ini."
Joel Hurowitz, ilmuwan Perseverance sekaligus penulis utama studi dari Stony Brook University, New York, menjelaskan bahwa analisis bintik-bintik batu tersebut menemukan mineral yang mengandung zat besi, fosfor, dan belerang.
"Yang menarik adalah kombinasi lumpur dan materi organik bereaksi hingga menghasilkan mineral dan tekstur ini," katanya. "Ketika kita melihat fitur seperti ini di sedimen di Bumi, mineral tersebut seringkali merupakan hasil metabolisme mikroba yang mengonsumsi materi organik dan membentuk mineral dari reaksi itu."
Namun, ia menekankan masih ada kemungkinan penyebab nonbiologis yang belum bisa sepenuhnya dikesampingkan dengan data saat ini, misalnya akibat paparan suhu ekstrem.
Â
Advertisement
Analisis Lebih Lanjut
Langkah besar selanjutnya, menurut Hurowitz, adalah menganalisis batuan ini lebih lanjut secara langsung di Bumi. Jika berhasil, itu akan menjadi pertama kalinya sampel asli dari planet lain dibawa pulang.
NASA menulis dalam makalah di Nature bahwa membawa pulang sampel inti ini akan memungkinkan analisis dengan instrumen khusus yang lebih sensitif untuk menentukan asal mineral, bahan organik, dan tekstur di dalamnya.
Hingga kini, Perseverance sudah mengumpulkan 30 sampel di Mars, dengan enam tabung kosong yang belum terisi. Namun, NASA masih mencari cara untuk membawa sampel-sampel tersebut ke Bumi.
Sebelumnya, NASA merencanakan pendaratan wahana berisi sampel Mars di pangkalan uji Angkatan Udara AS di Utah. Tetapi misi semacam itu diperkirakan memakan biaya miliaran dolar dan waktu bertahun-tahun.
Sean Duffy, Administrator NASA sementara, menilai ada jalan lain yang lebih efisien.
"Kami percaya ada cara yang lebih baik dan lebih cepat untuk membawa pulang sampel ini," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa NASA tetap berkomitmen pada misi berawak dalam eksplorasi ruang angkasa sebagai bagian dari tujuan ilmiah jangka panjang.
"Apa yang kami lakukan di Mars," katanya, "akan membantu apa yang akan kami lakukan di masa depan ketika kembali ke bulan dan akhirnya mencapai Mars."