Liputan6.com, Bangkok - Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) melaporkan adanya operasi call center penipuan serta jaringan perusahaan mencurigakan yang terkait dengan zona perdagangan bebas baru di Timor Leste. Temuan ini diungkap dalam laporan yang dirilis Kamis (11/9/2025).
Laporan ini dirilis ketika pusat-pusat penipuan online bermunculan di seluruh Asia Tenggara dan menyebar ke berbagai belahan dunia, serta menyoroti kemampuan kelompok kriminal untuk berpindah lokasi seiring dengan dilakukannya penindakan oleh beberapa pemerintah di kawasan.
Pusat-pusat semacam ini, biasanya berupa kompleks berpagar di daerah terpencil, menjalankan penipuan berbasis komputer yang diperkirakan merugikan para korban hingga puluhan miliar dolar per tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, pusat-pusat tersebut berkembang pesat, khususnya di Asia Tenggara.
Advertisement
Pusat penipuan di Laos, Myanmar, dan Kamboja telah menarik perhatian dunia karena menjalankan modus penipuan percintaan, di mana seorang pekerja berpura-pura menjadi perempuan muda menarik untuk memikat korban agar melakukan investasi palsu. Pusat semacam ini juga ditemukan di Filipina. UNODC bahkan memperingatkan pada April lalu bahwa pusat-pusat penipuan mulai muncul di Amerika Latin dan Afrika.
Di Timor Leste, polisi pada akhir Agustus menggerebek sebuah pusat yang diduga sebagai markas penipuan di Wilayah Administratif Khusus Oecusse. Lebih dari 30 warga asing ditahan karena bekerja tanpa izin. Mereka yang ditahan berasal dari Indonesia, Malaysia, dan China, namun laporan UNODC menyebutkan belum jelas apakah mereka telah menjadi korban perdagangan manusia.
Oecusse adalah sebuah enklave milik Timor Leste yang terletak di bagian barat Pulau Timor, dan seluruh wilayahnya dikelilingi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pemerintah daerah tersebut membuka sebuah zona perdagangan bebas bernama Oecusse Digital Centre pada Desember 2024.
"Skala dan sifat aktivitas yang kini kita lihat – mirip dengan tahap awal industri penipuan di Asia Tenggara – menunjukkan seberapa jauh perkembangan yang terjadi," kata Benedikt Hofmann, wakil perwakilan regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik. "Hal ini mengkhawatirkan, terutama mengingat peningkatan konektivitas yang akan dialami Timor Leste sebagai bagian dari proses menjadi anggota penuh ASEAN."
Zona Perdagangan Bebas Jadi Sarang Kejahatan Siber
Timor Leste, yang juga dikenal dengan nama Timor Timur, merupakan salah satu negara termiskin di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 juta jiwa. Negara ini dijadwalkan resmi bergabung dengan ASEAN pada Oktober tahun ini.
UNODC dalam laporannya mengungkap pula keberadaan perusahaan-perusahaan lain yang memiliki keterkaitan dengan jaringan penipuan dan masih aktif beroperasi di kawasan tersebut. Salah satunya adalah sebuah perusahaan gim daring yang terhubung dengan jaringan kasino di Kamboja. Jaringan itu dimiliki oleh seorang pengusaha Kamboja yang mempunyai hubungan dengan Wan Kuok-koi, pemimpin kelompok kriminal Triad 14K yang telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat.
Di berbagai negara Asia Tenggara, zona perdagangan bebas atau kawasan ekonomi khusus kerap dimanfaatkan untuk memfasilitasi penipuan berbasis siber, pencucian uang, dan berbagai aktivitas kriminal lain.
Tahun lalu, pemerintah Filipina melancarkan operasi nasional yang berujung pada deportasi ribuan pekerja dari pusat-pusat penipuan. Pada Februari tahun ini, Thailand, Myanmar, dan China menggelar operasi bersama yang berhasil membebaskan ribuan pekerja. Namun, pusat-pusat penipuan itu sendiri hingga kini tetap beroperasi.
Advertisement