, Berlin - Jerman yang baru adalah "aib dan sebuah tragedi,” kata Kurt Caz, travel blogger keturunan Afrika Selatan-Jerman.
Dalam sebuah video, dia memperlihatkan kawasan Bahnhofsviertel yang terkenal di Frankfurt, dekat stasiun utama kota. Dia menggambarkan Jerman seperti "benar-benar dikuasai oleh kejahatan, migran ilegal, dan narkoba.”
Tampak di video tersebut pecandu narkoba tergeletak di trotoar, seorang lelaki yang diduga pengedar mengancamnya, hingga seorang perempuan melempar botol. Video itu telah ditonton lebih dari 6 juta kali di YouTube, 10 juta kali di TikTok, dan dibanjiri komentar bernada xenofobia.
Advertisement
Banyak beredar video serupa tentang kejahatan di Jerman, seolah-olah menyentuh kegelisahan publik. Namun, apakah benar video-video tersebut mencerminkan kenyataan di lapangan?
Kota Besar Lebih Berisiko Dibanding Pedesaan
Kepada DW, kriminolog Susanne Karstedt mengatakan bahwa Bahnhofsviertel, Frankfurt, memang sudah sejak lama menjadi kawasan prostitusi, dikutip dari DW Indonesia, Rabu (17/8/2025).
"Tempat itu mengundang terjadinya kekerasan, juga mengundang kejahatan narkoba,” ujarnya.
Di sejumlah wilayah tertentu di Jerman, angka kriminalitas memang sangat tinggi. Seperti di banyak negara lain, kejahatan lebih sering terjadi di kota dibanding daerah pedesaan.
Tingkat kejahatan tinggi di kota-kota besar seperti Bremen, Berlin, dan Frankfurt, antara lain disebabkan karena kesenjangan sosial di sana juga lebih besar dibanding wilayah pedesaan.
Secara umum, Jerman bisa dianggap sebagai "negara yang sangat aman,” papar Karstedt, sambil menambahkan bahwa seperti di negara Barat lain, "kejahatan menurun sejak 1980-an dan 1990-an.”
Kemajuan teknologi turut mendorong tren penurunan ini. Contohnya, mobil modern jauh lebih sulit dibobol dibanding kendaraan lama.
Sebuah toko roti di Frankfrut Jerman menjual donat perdamaian sebagai bentuk dukungan pada Ukraina. Donat-donat tersebut dihias dengan topping warna bendera nasional Ukraina, yakni biru dan kuning.
Tingkat Kasus Pembunuhan di Jerman Secara Global
Cara terbaik untuk menilai posisi Jerman di tingkat internasional adalah dengan melihat angka pembunuhan, jelas Karstedt, yang berasal dari Hamburg dan kini mengajar serta meneliti di Griffith University, Australia.
"Sejumlah kolega saya menyebutnya (angka pembunuhan) sebagai standar emas perbandingan karena kita punya data paling panjang, misalnya dari PBB. Ini indikator yang tepat untuk menilai kekerasan serius,” ungkapnya.
Pada 2024, Jerman mencatat 0,91 kasus pembunuhan berencana per 100.000 penduduk dan berada di peringkat 147 dunia. Jumlah yang fantastis ada pada Afrika Selatan dan Ekuador, yang mencatatkan angka lebih dari 40 kasus pembunuhan berencana per 100.000 penduduk. Sementara, tingkat pembunuhan di AS adalah 5,76.
Dua puluh tahun lalu, angka pembunuhan di Jerman masih 2,5 kasus per 100.000 penduduk, jauh lebih tinggi daripada sekarang. Meski terjadi penurunan jangka panjang, Jerman akhir-akhir ini mengalami kenaikan pada beberapa jenis kejahatan, terutama tindak kekerasan.
Karstedt menekankan bahwa sebagian besar kekerasan dilakukan laki-laki muda. Menurutnya, dalam hal ini, faktor migrasi juga berperan.
"Banyak negara Eropa Barat kini dihuni semakin banyak laki-laki muda yang datang tanpa keluarga dan tanpa kontrol sosial. Banyak di antaranya menanggung trauma mendalam akibat perang, perang saudara, dan kejadian sejenis,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa tantangan ini harus diatasi. Kejahatan lebih banyak dipicu oleh faktor seperti pengangguran dan kurangnya prospek masa depan, bukan karena asal-usul negara. Oleh sebab itu, integrasi sosial yang berhasil dapat membantu menekan angka kriminalitas.
"Jelas ada masalah yang perlu ditangani. Namun, jika hubungan antara migrasi dan kriminalitas dilihat secara umum, hasilnya menunjukkan migran lebih jarang melakukan kejahatan dibanding penduduk lokal,” tegas Karstedt.
Banyak kejahatan tidak dilaporkanSebuah studi dari Ifo atau Institute for Economic Research di München menyimpulkan bahwa selain gender dan usia, lokasi tempat tinggal berperan penting dalam tingkat kriminalitas.
Gina Rosa Wollinger, seorang kriminolog dari University of Applied Sciences for Police and Public Administration di Köln, menjelaskan bahwa migran lebih sering tinggal di kota daripada di pedesaan.
"Wilayah perkotaan jauh lebih erat kaitannya dengan kejahatan. Jadi, kriminalitas tidak semata-mata disebabkan oleh faktor migrasi,” ujarnya.
Hal ini juga tercermin dalam studi yang berbasis survei, bukan data kepolisian.
"Kejahatan remaja sudah banyak diteliti dan hasilnya jelas: Penyebab tindak kekerasan yang dilakukan baik oleh remaja Jerman maupun non-Jerman sama, meski risikonya lebih tinggi pada remaja migran,” beber Wollinger.
Advertisement
Ada Sejumlah Faktor
Faktor-faktor yang dimaksud mencakup tingkat pendidikan, pengalaman kekerasan seperti kekerasan dalam keluarga, hingga pandangan yang menganggap wajar adanya kekerasan dalam norma maskulinitas.
Kantor Kriminal Federal Jerman, Bundeskriminalamt, menjadi sumber utama data kriminalitas di Jerman. Setiap tahun, lembaga ini merilis statistik, meski hanya terbatas pada kasus yang dilaporkan ke polisi.
Sulit memperkirakan seberapa besar jumlah kejahatan yang tidak dilaporkan. Hal ini bisa menjadi masalah jika ada jenis kejahatan tertentu yang jarang dilaporkan, atau ketika kelompok tertentu, misalnya minoritas rasial, lebih sering dilaporkan ke polisi dibanding kelompok lain. Akibatnya, gambaran kriminalitas dalam data resmi sering kali tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan.
Situasi ini bisa membuat beberapa kejahatan tampak sepele, misalnya kekerasan dalam rumah tangga di wilayah pedesaan.
Kekerasan Sering Dilakukan oleh Orang Terdekat
Hal ini juga berlaku untuk kasus kekerasan seksual. "Terkait kekerasan seksual, kasus dengan pelaku asing itu jarang terjadi,” kata Karstedt.
"Kejahatan semacam ini biasanya dilakukan orang yang dikenal korban. Misalnya paman, ayah tiri, guru, atau pelatih. Pernah ada kejadian seperti malam Tahun Baru 2015 di Köln, saat itu pelaku merupakan orang asing, tapi kejadian serupa sangat jarang.”
Karstedt meninggalkan Jerman 25 tahun lalu, awalnya pindah ke Inggris lalu ke Australia.
Bagaimana perasaannya saat kembali ke Hamburg?
Ia mengatakan kepada DW bahwa dirinya selalu merasa aman di Hamburg, bahkan saat menggunakan kereta bawah tanah. Secara keseluruhan, Jerman adalah negara yang aman dan ramah, meski menurutnya mungkin tidak sehangat Australia.
Advertisement