Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa Hamas akan dipaksa melucuti senjatanya setelah muncul pertanyaan publik mengenai status kelompok tersebut dalam kesepakatan damai baru.
Berbicara kepada wartawan pada Selasa (14/10/2025) Trump mengatakan:“Jika mereka tidak melucuti senjata, maka kami yang akan melakukannya. Dan itu akan terjadi dengan cepat—mungkin dengan cara yang keras.”
Ia menambahkan bahwa pelucutan senjata itu harus berlangsung “dalam jangka waktu yang wajar”.
Advertisement
Gencatan senjata yang ditengahi langsung oleh Trump mulai berlaku di Gaza pekan ini. Namun, masih ada tanda tanya besar terkait bagaimana Gedung Putih akan memastikan Hamas benar-benar menyerahkan senjatanya dan mundur dari Gaza jika fase kedua dari rencana perdamaian 20 poin itu diterapkan.
Dalam pernyataan terbarunya, Trump mengisyaratkan bahwa Hamas masih akan memiliki “peran terbatas” di Gaza untuk menjaga ketertiban sementara waktu. Pernyataan ini muncul setelah laporan mengungkap adanya pertemuan langsung antara utusan Gedung Putih dan perwakilan Hamas — pertemuan tingkat tertinggi antara kedua pihak sejauh ini.
Awal pekan ini, Trump sempat mengatakan bahwa peran Hamas akan dibatasi pada pengawasan keamanan jangka pendek. Namun hal itu menimbulkan pertanyaan baru: bagaimana Gedung Putih bisa menegakkan perdamaian yang berkelanjutan jika kelompok yang pernah berperang dengan Israel tetap memegang sebagian kendali di lapangan?
Sementara itu, video yang dirilis Hamas pada Selasa menunjukkan eksekusi terhadap delapan pria yang dituduh sebagai “kolaborator dan penjahat”.
Menurut laporan Agence France-Presse (AFP), Hamas menargetkan geng kriminal Palestina di Gaza usai gencatan senjata mulai diberlakukan.
Dalam keterangannya di pesawat kepresidenan Air Force One, Trump menjelaskan bahwa Hamas akan tetap berperan sementara waktu untuk memastikan stabilitas sebelum fase kedua kesepakatan damai diberlakukan sepenuhnya. “Mereka tetap di tempat karena ingin menghentikan kekacauan. Kami memberikan izin itu untuk periode tertentu,” kata Trump.
Ia juga mengakui bahwa rekonstruksi Gaza akan menjadi pekerjaan sulit dan berisiko, sehingga Amerika Serikat perlu bekerja sama dengan pihak-pihak di lapangan untuk mewujudkannya.
Presiden Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh yang digelar di International Congress Centre, Sharm El-Sheikh, Republik Arab Mesir, pada Senin, 13 Oktober 2025. Di sana, Prabowo menerima pujian dari Pr...
Kesepakatan Israel dan Hamas
Saat berada di Mesir, Trump mengatakan bahwa fase kedua dari kesepakatan damai tersebut “secara teknis sudah dimulai”, meski beberapa elemen dari perjanjian masih akan diterapkan secara bertahap. “Semua fase itu saling tumpang tindih. Lihat saja Gaza — butuh waktu dan banyak pembersihan,” ujarnya.
Pernyataan ini muncul setelah pertemuan penting antara utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dan menantu Trump, Jared Kushner, dengan para pemimpin senior Hamas, termasuk Khalil al-Hayya — tokoh politik Hamas yang sebelumnya lolos dari upaya pembunuhan Israel di Doha. Pertemuan itu dikabarkan menjadi kunci tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
Dalam pertemuan 45 menit tersebut, Witkoff dilaporkan menyampaikan pesan langsung dari Trump kepada Hamas. “Presiden ingin Anda tahu bahwa Anda akan diperlakukan dengan adil. Beliau mendukung penuh 20 poin rencana perdamaian ini dan akan memastikan semuanya dijalankan,” kata Witkoff, dikutip dari laporan Axios.
Sumber diplomatik menyebut, kepala intelijen Mesir, Turki, dan Qatar juga berperan dalam negosiasi itu. Setelah berdiskusi secara tertutup dengan Hamas, mereka memberi tahu Witkoff dan Kushner bahwa kesepakatan telah tercapai.
Kini, sorotan tertuju pada tahap selanjutnya dari rencana damai Trump. Dunia menanti apakah gencatan senjata ini benar-benar menjadi awal dari perdamaian permanen — atau hanya jeda singkat di antara siklus panjang konflik Gaza yang belum berakhir.
Advertisement