Liputan6.com, Kyiv - Warga Ukraina mengekspresikan kekecewaan mendalam setelah harapan mereka untuk mendapatkan rudal jarak jauh Tomahawk dari Amerika Serikat pupus. Presiden Volodymyr Zelenskyy kembali dari Washington dengan tangan kosong, meski sebelumnya sempat ada sinyal positif dari Presiden Donald Trump.
Kunjungan Zelenskyy ke Gedung Putih pada Jumat (waktu setempat) sebelumnya memunculkan optimisme bahwa Washington akan memberikan bantuan baru yang bisa menekan Rusia agar mau berunding. Namun, hasil pertemuan itu justru memperkuat rasa frustrasi di Kyiv.
“Ukraina tidak akan mendapatkan rudal itu. Semua ini hanya permainan politik,” kata Roman Vynnychenko, seorang prajurit Ukraina, kepada Associated Press. Ia menegaskan, negaranya tetap harus mencari cara untuk memperkuatu persenjataan — dengan atau tanpa bantuan AS — karena serangan drone dan rudal Rusia terus menghantam infrastruktur sipil.
Advertisement
“Setiap hari ada warga sipil dan tentara yang tewas, bangunan runtuh, dan kota kami hancur,” tambahnya, dikutip dari laman Japan Today, Minggu (19/10/2025).
Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump kerap mengubah sikap terhadap perang Ukraina. Ia pernah menunjukkan niat untuk mempercepat kemenangan Kyiv dengan menjual rudal Tomahawk, namun sikap itu berubah setelah percakapan telepon panjang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis lalu.
Trump bahkan berencana bertemu langsung dengan Putin di Budapest, Hongaria, dalam beberapa minggu ke depan. Langkah itu menimbulkan harapan baru akan adanya terobosan diplomatik — meski banyak warga Ukraina memilih tak berharap terlalu tinggi.
“Sekarang saya hanya membaca judul berita, karena kalau dibaca lebih dalam malah membuat sedih,” kata Victoria Khramtsova, seorang psikolog di Kyiv. “Kami sudah berperang lebih dari tiga tahun. Kami hanya ingin kedamaian.”
Militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris pada Kamis (11/1/2024) mengebom lebih dari selusin lokasi yang digunakan oleh kelompok Houthi di Yaman dengan menggunakan rudal Tomahawk dan jet tempur yang diluncurkan oleh kapal perang. Hal tersebut dikonfir...
Serangan Masih Berlanjut
Sementara itu, Rusia terus melancarkan serangan udara ke berbagai wilayah Ukraina. Angkatan Udara Ukraina melaporkan bahwa Rusia meluncurkan tiga rudal dan 164 drone dalam satu malam, dengan 136 di antaranya berhasil ditembak jatuh.
Di wilayah Sumy, dua perempuan terluka setelah drone Rusia menghantam sebuah pom bensin di distrik Zarichny, menurut Gubernur Oleh Hryhorov.
Di tengah kekacauan perang, muncul kabar positif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, fasilitas nuklir terbesar di Eropa. Pasokan listrik ke pembangkit itu akhirnya mulai diperbaiki setelah empat minggu mengalami pemadaman total.
Menurut Rafael Grossi, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pasukan Rusia dan Ukraina sepakat menetapkan zona gencatan senjata lokal agar perbaikan bisa dilakukan dengan aman.
Grossi menyebut pemulihan daya eksternal sebagai langkah penting untuk keselamatan nuklir. “Kedua pihak menunjukkan kerja sama konstruktif untuk memungkinkan perbaikan ini dilakukan,” ujarnya.
Perbaikan akan dilakukan dalam dua tahap — dimulai dari saluran listrik Ferosplavna-1 dan kemudian Dniprovska. Ini merupakan pemulihan ke-42 sejak invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022.
PLTN Zaporizhzhia berada di wilayah pendudukan Rusia dan tidak lagi beroperasi, namun tetap membutuhkan pasokan listrik stabil untuk mendinginkan enam reaktor dan bahan bakar bekas.
Grossi menekankan bahwa generator diesel darurat, yang kini menjadi andalan pembangkit, hanya dimaksudkan sebagai “garis pertahanan terakhir.” “Selama perang ini berlangsung, keselamatan nuklir tetap berada dalam ancaman serius,” ujarnya. “Hari ini kita punya kabar baik yang langka, tetapi kita masih jauh dari keluar dari bahaya.”
Advertisement