KEMBAR78
Masih Hujan di Bulan Mei 2025, Ini Penjelasan BMKG - News Liputan6.com
Sukses

Masih Hujan di Bulan Mei 2025, Ini Penjelasan BMKG

Musim kemarau 2025 sudah diprediksi dimulai April, namun hujan deras justru terjadi di bulan Mei. BMKG ungkap penyebab anomali cuaca ini!

Diterbitkan 14 Mei 2025, 08:05 WIB

Liputan6.com, Jakarta Di saat sebagian wilayah diprediksi mulai memasuki musim kemarau sejak April hingga Juni 2025, hujan deras justru mengguyur sejumlah daerah pada awal Mei.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun memberikan penjelasan terkait anomali tersebut.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramadhani, menjelaskan bahwa bulan Mei masih merupakan masa peralihan musim atau pancaroba.

"Bulan Mei ini secara umum masih berada dalam masa peralihan musim dari hujan ke kemarau. Ditandai dengan cuaca panas pada pagi dan siang hari serta potensi hujan di sore atau malam hari," jelas Andri dikutip, Rabu (14/5/2025).

BMKG mengungkap bahwa dinamika atmosfer yang kompleks menjadi salah satu pemicu hujan deras di periode ini. Salah satu faktor utama adalah munculnya bibit siklon tropis 92S.

Keberadaan bibit siklon ini, terutama di sekitar perairan Jawa Tengah yang mulai terpantau sejak 2 Mei 2025, memicu konvergensi atau pertemuan massa udara, yang pada gilirannya meningkatkan intensitas hujan di wilayah-wilayah seperti Jabodetabek.

Selain itu, faktor angin yang membawa massa udara lembap juga berkontribusi pada tingginya curah hujan. Bahkan, petir juga ikut berperan dalam meningkatkan intensitas hujan di sejumlah pulau di Jawa. Kondisi ini juga berdampak pada peningkatan kecepatan angin dan gelombang laut di Samudera Hindia Selatan Jawa hingga Bali.

 

Promosi 1
2 dari 3 halaman

Bibit Siklon Masih Terdektesi

Meskipun bibit siklon 92S tidak lagi terpantau aktif sejak 4 Mei 2025 pukul 07.00 WIB, BMKG mencatat bahwa pola tekanan rendah yang sebelumnya berkaitan dengan sistem itu masih terdeteksi.

BMKG memastikan akan terus memantau perkembangan cuaca dan menganalisis potensi dampaknya dalam beberapa hari mendatang.

 

Meskipun bibit siklon 92S sudah tidak aktif, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Bencana ini dapat terjadi akibat peningkatan intensitas hujan di musim kemarau, seperti banjir, angin puting beliung, angin kencang disertai petir, dan tanah longsor.

 

3 dari 3 halaman

Terus Waspada

Sebagai contoh, hujan lebat di beberapa wilayah DKI Jakarta pada periode tersebut menyebabkan banjir di 6 RT di Jakarta Selatan. Hal ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.

BMKG menekankan pentingnya untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dari sumber terpercaya, seperti BMKG, untuk mengantisipasi dampak dari anomali cuaca ini. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi.

"BMKG terus memantau perkembangan sistem ini dan menganalisis potensi dampaknya terhadap pola cuaca dalam beberapa hari kedepannya," pungkas Andri.

Produksi Liputan6.com