KEMBAR78
Mahasiswa Dorong Geotermal untuk Kedaulatan Energi - News Liputan6.com
Sukses

Mahasiswa Dorong Geotermal untuk Kedaulatan Energi

Energi bukan sekadar bisnis.

Diperbarui 16 Juni 2025, 12:07 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Gerakan Aliansi Mahasiswa NTT Yogya menggelar seminar bertajuk “Energi Panas Bumi untuk NTT: Peluang dan Kendala” di Gedung ILC Yogyakarta, (15/5). Menurut mereka, potensi energi terbarukan di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya panas bumi di Pulau Flores menjadi perbincangan nasional.

Ketua acara, Roni Dakuya menyampaikan Flores tidak hanya dikenal karena tanahnya yang “panas” secara geologis, tetapi juga menyimpan potensi besar untuk menjadi motor penggerak transisi energi nasional.

"Kita di Flores punya emas di perut bumi. Tapi jangan sampai ini hanya jadi rebutan korporasi. Harus dikelola dengan berpihak pada masyarakat adat dan keberlanjutan lingkungan,” ujar Roni.

Roni juga menyoroti, dominasi perusahaan besar dan negara asing dalam penguasaan sumber energi dunia. Menurut dia, energi bukan sekadar bisnis.

"Ini soal kedaulatan dan partisipasi. Jangan biarkan kita hanya jadi penonton di rumah sendiri,” wanti dia.

Dalam sesi diskusi, Guru Besar Geologi dari Universitas Gadjah Mada, Prof Agung Harijoko, memberi pandangan soal pentingnya melihat energi dalam konteks geopolitik dan diplomasi. Dia mengatakan, potensi panas bumi NTT disebut dapat menjadi contoh model kerja sama internasional berbasis kearifan lokal, bukan dominasi modal asing.

"Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, namun pemanfaatannya masih minim. Flores dan kawasan lain di NTT adalah bagian dari cincin api dunia, yang menyimpan cadangan panas bumi besar. Tapi kita masih terkendala kebijakan, investasi, dan SDM,” ungkap Prof Agung .

Prof Agung menekankan, pengembangan geotermal memerlukan pemahaman geologi mendalam serta dukungan kebijakan yang ramah investor dan berpihak pada masyarakat.

"Energi geotermal adalah energi bersih, dan bisa digunakan tak hanya untuk listrik, tapi juga pemanasan rumah kaca, spa, atau pengolahan hasil pertanian,” tambah Prof. Agung.

 

Promosi 1
2 dari 2 halaman

Kajian AMDAL

Sementara itu, Perwakilan Mediator PLN, Davianus Edy dalam sesi diskusi turut menyampaikan beberapa proyek panas bumi sedang berjalan di wilayah NTT. Ia menyebut energi tersebut lebih stabil dibanding diesel dan tidak tergantung cuaca.

"Kami sadar pentingnya lingkungan. Semua proyek sudah melewati kajian AMDAL dan melibatkan masyarakat sejak awal,” yakin Edy.

Edy memastikan, bahwa PLN berkomitmen menghindari praktik penggusuran dan perampasan ruang hidup.

"Energi ini untuk masyarakat, bukan sebaliknya,” janji dia.

Sebagai informasi, Gerakan Mahasiswa NTT Yogyakarta berharap diskusi menjadi ruang reflektif sekaligus seruan konkret bagi mahasiswa, pemuda, dan masyarakat sipil NTT untuk mulai membangun jalan menuju swasembada energi. Bukan hanya urusan teknis dan teknologi, tetapi juga menyangkut keadilan, hak masyarakat adat, dan arah kebijakan.

EnamPlus