KEMBAR78
Kapolri Dalami Penyebab Keracunan Massal Akibat MBG - News Liputan6.com
Sukses

Kapolri Dalami Penyebab Keracunan Massal Akibat MBG

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pihaknya kini tengah melakukan pendalaman. Tim di lapangan masih bekerja memeriksa satu per satu kejadian yang dilaporkan di berbagai daerah.

Diterbitkan 26 September 2025, 16:55 WIB
Jadi intinya...
  • Polri selidiki kasus keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG).
  • Lebih dari 5.000 siswa keracunan, mayoritas terjadi di Jawa Barat.
  • Penyebab utama keracunan adalah higienitas buruk dan pengolahan tidak standar.

Liputan6.com, Jakarta - Polri mulai menyoroti kasus keracunan massal usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pihaknya kini tengah melakukan pendalaman. Tim di lapangan masih bekerja memeriksa satu per satu kejadian yang dilaporkan di berbagai daerah.

"Ya, Polri saat ini sedang melakukan pendalaman, turun ke lapangan untuk melaksanakan pendalaman satu per-satu," ujar dia kepada wartawan di Mabes Polri, Jumat (26/9/2025).

Listyo belum bicara gamblang terkait proses pendalaman yang dimaksud. Namun, Dia memastikan temuannya akan disampaikan ke publik.

"Tentunya secara resmi nanti akan kita informasikan," ucap dia.

Sebelumnya, Kepala Staf Presiden (KSP) M. Qodari mengungkap fakta mengejutkan soal masifnya kasus keracunan program MBG di berbagai wilayah Indonesia.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), total korban keracunan mencapai lebih dari 5.000 siswa. Mayoritas kasus ditemukan di Provinsi Jawa Barat.

"BGN mencatat 46 kasus dengan 5.080 penderita per 17 September. Kemenkes mencatat 60 kasus dengan 5.207 korban per 16 September. BPOM mencatat 55 kasus dengan 5.320 korban per 10 September," kata Qodari saat konferensi pers di Istana Negara, Senin (22/9/2025).

 

Promosi 1
2 dari 2 halaman

Paling Banyak Jawa Barat

Meski terdapat perbedaan angka secara statistik, Qodari menyebut ketiga lembaga tersebut menunjukkan tren yang sama. Dia juga menyoroti data dari Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang mencatat lebih tinggi lagi, yaitu 5.360 siswa terdampak keracunan MBG.

"Puncak kasus terjadi pada Agustus 2025 dan paling banyak tersebar di Jawa Barat," jelasnya.

Penyebab utama keracunan, menurut asesmen BPOM, antara lain disebabkan oleh buruknya higienitas makanan, penyimpangan suhu makanan, pengolahan pangan yang tidak sesuai standar, serta kemungkinan kontaminasi silang dari petugas penyaji.

Selain itu, sejumlah kasus juga dipicu oleh alergi makanan pada anak-anak penerima manfaat. Qodari menegaskan bahwa pemerintah tidak menutup mata atas kejadian ini.

"Pemerintah tidak tone deaf. Pak Mensesneg juga sudah merespons, mengakui adanya kasus dan menyampaikan permintaan maaf serta komitmen untuk mengevaluasi program MBG secara menyeluruh," tegasnya.

Produksi Liputan6.com