KEMBAR78
Intip Rapor Keuangan Emiten Properti hingga Juni 2025 - Saham Liputan6.com
Sukses

Intip Rapor Keuangan Emiten Properti hingga Juni 2025

Sektor properti dinilai masih memiliki prospek cerah tahun ini, terutama berkat dukungan pelonggaran suku bunga dan insentif pemerintah.

Diterbitkan 28 Agustus 2025, 06:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa emiten properti di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyampaikan laporan kinerja keuangan Perseroan untuk periode yang berakhir pada Juni 2025. Kinerja saham emiten properti beragam pada semester I 2025.

Berikut beberapa kinerja emiten properti sepanjang Semester I 2025:

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

Berdasarkan laporan keuangan Perseroan, pendapatan usaha BSDE mencapai Rp 6,39 triliun pada semester I 2025. Angka ini terkoreksi 13,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,34 triliun.

Jika dirinci, kontribusi terbesar berasal dari segmen penjualan senilai Rp 5,54 triliun. Sementara itu, segmen sewa menyumbang Rp 498,82 miliar dan segmen pengelolaan gedung mencatat Rp 189,38 miliar.

Sejalan dengan penurunan tersebut, laba kotor BSDE juga melemah 16,54% year on year (yoy) menjadi Rp 4,05 triliun. Pada semester I 2024, laba kotor tercatat Rp 4,85 triliun.

Adapun laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun signifikan 44,79% yoy, dari Rp 2,33 triliun menjadi Rp 1,28 triliun pada periode Januari–Juni 2025.

 

Promosi 1
2 dari 8 halaman

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

LPKR hingga 30 Juni 2025 membukukan laba bersih sebesar Rp 137,9 miliar. Capaian ini terjun 99,34% dibandingkan semester I 2024 yang mencapai Rp 19,88 triliun. Imbasnya, laba per saham terkoreksi menjadi Rp 1,95, jauh dari sebelumnya Rp 280,61.

Pendapatan usaha tercatat Rp 4,11 triliun, turun 48,62% dari Rp 8 triliun pada periode sama tahun lalu. Sementara itu, beban pajak final meningkat menjadi Rp 86,35 miliar dari Rp 58,67 miliar.

Setelah dikurangi beban tersebut, pendapatan bersih yang dikantongi LPKR sebesar Rp 4,03 triliun, turun dari Rp 7,94 triliun. Adapun beban pokok pendapatan ikut menyusut dari Rp 4,53 triliun menjadi Rp 2,62 triliun.

Laba kotor perusahaan tercatat Rp 1,4 triliun, melemah dari Rp 3,4 triliun. Beban usaha juga menurun menjadi Rp 1,08 triliun dibanding Rp 2,09 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

Adapun segmen real estate development menyumbang Rp 3,45 triliun dan segmen lifestyle berkontribusi Rp 659,21 miliar ke pendapatan semester I 2025.

Meskipun begitu, segmen healthcare sudah tak berkontribusi lagi ke pendapatan LPKR, padahal pada semester I 2024, segmen healthcare berkontribusi 50% dari pendapatan pada periode tersebut.

 

3 dari 8 halaman

PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham pengendali senilai Rp 1,23 triliun pada semester I 2025. Jumlah tersebut meningkat 20,01% secara tahunan (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,02 triliun.

Seiring dengan kenaikan laba, pendapatan usaha CTRA juga tumbuh 16,76% yoy menjadi Rp 5,88 triliun di enam bulan pertama 2025, lebih tinggi dibandingkan Rp 5,03 triliun pada paruh pertama 2024. Porsi terbesar kontribusi masih datang dari lini bisnis real estat dengan nilai Rp 4,74 triliun.

Selain itu, pendapatan dari segmen penyewaan mencapai Rp 705,46 miliar, sementara segmen lainnya menyumbang Rp 432,03 miliar. Dari sisi beban, CTRA mencatatkan beban pokok penjualan dan beban langsung sebesar Rp 3,08 triliun, meningkat dari Rp 2,58 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

 

4 dari 8 halaman

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 71,7 miliar pada semester I 2025.

Berdasarkan laporan keuangan interim, perseroan membukukan penjualan dan pendapatan usaha Rp 1,68 triliun hingga Juni 2025, turun dibandingkan Rp 1,88 triliun pada semester I 2024. Laba kotor juga tergerus menjadi Rp 652,06 miliar dari sebelumnya Rp 729,80 miliar.

Meskipun begitu, APLN berhasil mencatatkan marketing sales sebesar Rp 881,5 miliar pada semester I 2025. Pencapaian tersebut mengalami pertumbuhan sekitar 10,5% dibandingkan periode sama tahun 2024 sebesar Rp 796,3 miliar.

 

5 dari 8 halaman

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

PWON mencatat laba bersih senilai Rp 1,13 triliun pada semester I 2025, naik 34,26% dibanding periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2025, peningkatan laba tersebut sejalan dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 3,45% secara tahunan menjadi Rp 3,37 triliun.

Kontributor utama pendapatan berasal dari segmen pengelolaan pusat perbelanjaan, perkantoran, dan apartemen sewa yang mencapai Rp 2,13 triliun. Sementara itu, bisnis real estat menyumbang Rp 679,12 miliar dan segmen perhotelan Rp 581,50 miliar.

Jika dirinci lebih lanjut, pendapatan dari pusat perbelanjaan mencapai Rp 1,93 triliun, penyewaan perkantoran Rp 147 miliar, serta unit hospitality sebesar Rp 618 miliar.

Di sisi lain, beban pokok PWON naik 5,73% YoY menjadi Rp 1,50 triliun. Dengan demikian, laba kotor perseroan masih berhasil tumbuh 1,70% YoY menjadi Rp 1,88 triliun.

 

6 dari 8 halaman

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

ASRI membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 43,86 miliar pada semester I 2025. Angka ini melonjak dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 23,67 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian yang dipublikasikan, pendapatan usaha ASRI tercatat Rp 1,11 triliun sepanjang Januari–Juni 2025. Capaian ini merosot dari Rp 1,88 triliun pada semester I 2024. Penurunan tersebut diikuti oleh beban pokok penjualan yang juga menyusut dari Rp 907,53 miliar menjadi Rp 504,49 miliar.

 

7 dari 8 halaman

PT Intiland Development Tbk (DILD)

DILD mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 12,56 miliar pada semester I 2025. Capaian tersebut merosot 96,57% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 366,85 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, perseroan membukukan pendapatan usaha senilai Rp 1,21 triliun, terkoreksi 10,80% year on year (yoy) dari Rp 1,36 triliun pada semester I 2024.

Dari jumlah tersebut, segmen pengembangan kawasan industri mencatat kontribusi Rp 394 miliar atau sekitar 51% dari total pendapatan pengembangan. Secara keseluruhan, pendapatan pengembangan mencapai Rp 772 miliar dan menyumbang 63% dari total pendapatan.

Sementara itu, recurring income yang diperoleh DILD naik 7% yoy menjadi Rp 444 miliar, dengan kontribusi 37% terhadap total pendapatan.

Di sisi lain, beban pokok penjualan dan beban langsung berhasil ditekan 16,79% menjadi Rp 791,34 miliar dari Rp 951,12 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Dengan efisiensi tersebut, laba kotor perseroan naik tipis 3,03% yoy menjadi Rp 424,64 miliar.

 

8 dari 8 halaman

Peluang Emiten Properti pada Semester II 2025

Sektor properti dinilai masih memiliki prospek cerah tahun ini, terutama berkat dukungan pelonggaran suku bunga dan insentif pemerintah.

VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi menjelaskan, pelonggaran kebijakan suku bunga Bank Indonesia dapat menekan biaya dana sekaligus mendorong permintaan kredit properti.

Selain itu, insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDTP) yang masih berlaku hingga akhir 2025 juga memberikan dorongan tambahan bagi penjualan emiten properti.

“Hal ini berdampak positif pada marketing sales paruh pertama 2025, khususnya di segmen menengah hingga atas,” ujar Audi. Ia mencontohkan capaian sejumlah emiten, seperti BSDE Rp 5,08 triliun (50% dari target), CTRA Rp 4,2 triliun (38% dari target), SMRA Rp 2,2 triliun (44% dari target), dan LPKR Rp 2,47 triliun (40% dari target),” kata Oktavianus kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (28/8/2025).

Lebih lanjut, Audi menekankan jika dilihat berdasarkan segmen residensial, BSDE menjadi pemain utama dengan kontribusi lebih dari 65% marketing sales. Sementara itu, Ciputra Development (CTRA) akan diuntungkan dari dominasi produk dengan kisaran harga Rp 1–3 miliar, dan Summarecon Agung (SMRA) juga memiliki porsi lebih dari 70% dari segmen residensial.

“Dengan karakteristik tersebut, ketiga emiten ini berpotensi tetap mendapat dukungan permintaan yang solid,” ujarnya.

Atas dasar itu, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham properti unggulan dengan rekomendasi beli, yaitu BSDE dengan target harga Rp 1.220, CTRA Rp 1.240, dan SMRA Rp 580.

EnamPlus