Liputan6.com, Jakarta PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatat pertumbuhan signifikan dalam portofolio proyek dan backlog perusahaan pada paruh pertama 2025. Hal ini disampaikan Direktur PT Petrosea Tbk, Iman Darus Hikhman, dalam paparannya terkait perkembangan pasca akuisisi dan diversifikasi lini bisnis.
Iman menjelaskan proyek-proyek Petrosea kini tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Papua Nugini sebagai hasil akuisisi HBS Group.
“Dalam slide ini terlihat letak geografis portofolio proyek-proyek Petrosea tersebar seluruh Nusantara ditambah dengan Papua New Guinea, pos akuisisi dari HBS Group,” ujarnya dalam Public Expose, dikutip Selasa (7/10/2025).
Advertisement
Ia menambahkan, diversifikasi proyek juga diperkuat dengan kerja sama bersama berbagai klien utama dari sektor mineral dan energi. Melalui HBS Group, perusahaan memiliki akses terhadap pemain kunci di sektor emas, sementara melalui Hafar, Petrosea menjalin hubungan dengan perusahaan minyak dan gas besar di Asia Tenggara.
Proyek Infrastruktur
Selain itu, Petrosea juga menangani proyek internal grup, termasuk tambang-tambang milik PGK Group di Kalimantan Tengah, serta proyek infrastruktur berupa pembangunan jalan angkut batubara sepanjang 170 km. Lebih lanjut, Iman menyoroti pertumbuhan backlog yang meningkat signifikan.
“Hal ini tercermin dalam backlog di first half 2025 tumbuh sebesar 60% year-on-year menjadi 4,3 miliar USD yang didapatkan baik dari pelanggan existing maupun pelanggan baru,” jelasnya.
Menurutnya, pencapaian tersebut menandai nilai backlog tertinggi sepanjang lebih dari lima dekade kiprah Petrosea di industri pertambangan. Diversifikasi backlog juga membuat kontribusi dari batubara thermal terhadap total backlog turun dari 74% pada semester I 2004 menjadi 49% pada semester I 2025, sejalan dengan peningkatan kontribusi dari mineral lain sebagai bagian strategi perusahaan.
Advertisement