Liputan6.com, Jakarta Produksi beras nasional diprediksi mengalami kenaikan pada tahun 2025 ini. Pemerintah pun membuka wacana untuk melakukan ekspor beras jika produksinya sudah mencukupi.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kelautan Pangan (KRKP) Said Abdullah meminta rencana ekspor itu perlu dikaji secara hati-hati. Terutama memastikan lebih dahulu kebutuhan di dalam negeri.
"Wacana ekspor saya pikir perlu mendapat perhatian yang serius dan penuh kehati-hatian. karena berbagai variable yang harus dihitung dan dampak yang akan muncul," kata Said saat dihubungi Liputan6.com, Senin (28/4/2025).
Advertisement
"Salah satunya apakah secara agregat tahun ini cukup aman, produksi di musim kedua aman dan meningkat. Selain itu apakah Bulog mampu mengamankan cadangan dan produksi beras dalam negeri dengan baik," sambungnya.
Butuh Kepastian
Dia mengamini kalau stok beras nasional di awal tahun 2025 ini cukup baik. Namun, hal itu masih perlu dipastikan pada musim panen kedua ataupun ketiga.
"Jadi soal ekspor menurut saya tidak perlu buru buru demi mengejar citra seolah sudah swasembada jika kemudian menyisakan persoalan yang berat dikemudian hari. Keputusan itu perlu dibuat dengan cermat danpenuh pertimbangan dan kehati-hatian," bebernya.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih juga menyoroti soal rencana ekspor tersebut. Dia ingin pemerintah memastikan produksi beras Indonesia konsisten lebih dahulu pada musim panen tahun ini.
"Saya enggak berani berspekulasi ya. Karena mengingat ini juga belum selesai musim panen pertama gitu. Kita belum tahu gitu dan kita lihat lah dulu juga ya apakah dari musim panen pertama ini akan ketahuan totalnya. Sebab gabah kita itu sangat banyak ditentukan di musim panen pertama," ucapnya kepada Liputan6.com.
"Karena di musim panen ketiga itu sudah kecil sekali produksinya. Dan juga di panen kedua jumlahnya juga tidak sebesar panen yang pertama ini. Jadi kalau sekitar bulan Juni nanti atau Juli kita sudah tahu," imbuh dia.
Â
Perkuat Produksi Lokal
Analis Kebijakan Pangan, Syaiful Bahari mengatakan wacana ekspor perlu diperhatikan secara serius. Dia sepakat dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang menyatakan Indonesia belum saatnya ekspor beras.
"Terkait ekspor beras, sikap dari Menteri Pertanian sudah benar, bahwa Indonesia belum saatnya sekarang ini untuk ekspor beras. Perkuat dulu produksi di dalam negeri dan cadangan beras nasional, setidaknya lima tahun berturut-turut, baru jika ada cadangan beras nasional yang besar, melebihi dari 20-25 persen dari total konsumsi, baru silahkan ekspor," terangnya, saat dihubungi Liputan6.com.
Â
Advertisement
Jaga Produksi Nasional
Dia mengatakan, poin utamanya adalah menjaga produksi beras nasional terlebih dahulu. Jika konsisten, maka hasil panen beras bisa dipastikan pulih dari produksi tahun-tahun sebelumnya.
"Semua itu tergantung dari konsistensi pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana produksi padi, termasuk pencegahan dini dari hama tikus dan penggerek batang," kata Syaiful.
Dia bilang, langkah jangka pendek yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjaga produksi gabah secara konsisten. Berikutnya baru menyasar pada kuantitas panen dari lahan produktif.
"Langkah jangka panjangnya adalah produktifitas hasil panen harus dipulihkan seperti semula di mana bisa 7 sampai 8 ton per hektar secara merata. Selain itu, juga yang harus ditingkatkan adalah rendemen konversi dari GKG ke beras agar tidak banyak kehilangan berasnya," terangnya.