KEMBAR78
Apakah Hari Ini Masih WFH? Simak Kebijakan Terkininya - Bisnis Liputan6.com
Sukses

Apakah Hari Ini Masih WFH? Simak Kebijakan Terkininya

Apakah hari ini masih WFH? Intip Kebijakan situasional di Jakarta terkait aksi demo.

Diterbitkan 03 September 2025, 09:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pertanyaan apakah hari ini masih WFH? menjadi relevan di tengah dinamika kebijakan di Indonesia. Hingga September 2025, Work From Home (WFH) tetap menjadi bagian integral dari lanskap ketenagakerjaan, baik sebagai respons situasional maupun sebagai evolusi model kerja jangka panjang. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta baru-baru ini mengeluarkan imbauan WFH, mencerminkan adaptasi terhadap kondisi spesifik di ibu kota.

Imbauan WFH ini terutama ditujukan untuk mengantisipasi potensi gangguan aktivitas masyarakat akibat aksi demo di sejumlah titik. Kebijakan ini, menunjukkan bagaimana Work From Home dapat dimanfaatkan sebagai alat manajemen krisis. Tujuannya adalah untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan memastikan keselamatan serta kelancaran operasional di tengah situasi yang tidak menentu.

Sebelumnya, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Disnakertransgi) DKI Jakarta menerbitkan Surat Edaran Nomor e-0014/SE/2025 tentang himbauan bekerja dari rumah (work from home/WFH).

Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Publik, Cyril Raoul Hakim alias Chico Hakim saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu, mengatakan, imbauan work from home bagi perusahaan di Jakarta ini bersifat situasional.

“Perihal imbauan WFH untuk perusahaan-perusahaan di Jakarta, terutama yang lokasinya berdekatan dari dampak penyampaian aspirasi massa, itu bersifat situasional dan tidak wajib,” katanya dikutip dari Antara.

Chico mengatakan, penerapan kebijakan WFH menyesuaikan dari kebutuhan perusahaan masing-masing.

Selain itu, dalam surat edaran tersebut juga tertulis bagi perusahaan yang sifat dan jenis pekerjaannya dilakukan terus menerus (24 jam) atau memberikan pelayanan langsung terhadap masyarakat, dapat dikombinasikan antara WFH dan bekerja dari kantor.

 

 

Promosi 1
2 dari 4 halaman

Kebijakan WFH Situasional di Jakarta

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta secara resmi mengimbau pelaksanaan bekerja dari rumah (WFH). Imbauan ini tertuang dalam dua surat edaran (SE) yang diterbitkan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi (Disnaker) serta Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta. Kebijakan ini diambil sebagai langkah antisipasi terhadap dampak aksi unjuk rasa di sejumlah titik ibu kota yang berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat.

Imbauan ini bersifat situasional dan tidak wajib, melainkan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan, terutama bagi perusahaan yang lokasinya terdampak aksi unjuk rasa. Hal ini memberikan fleksibilitas bagi entitas bisnis untuk menentukan strategi terbaik dalam menjaga operasional sambil memprioritaskan keselamatan karyawan. Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi preseden positif dalam menghadapi situasi tak terduga di masa mendatang.

Kelanjutan kebijakan WFH ini akan sangat bergantung pada perkembangan situasi di lapangan. Jika kondisi kembali normal, imbauan WFH dapat dicabut. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan terus memantau efektivitas pelaksanaan WFH ini, termasuk melalui sistem presensi daring untuk mengawasi kinerja ASN selama bekerja dari rumah.

 

 

3 dari 4 halaman

Tren WFH dan Hybrid Work Jangka Panjang

Di sisi lain, WFH dan model kerja hybrid telah berkembang menjadi tren dominan yang diprediksi akan bertahan hingga tahun 2025 dan seterusnya. Fleksibilitas ini didorong oleh berbagai faktor, mulai dari keinginan karyawan akan keseimbangan hidup hingga efisiensi operasional bagi perusahaan. Perkembangan teknologi dan adaptasi generasi baru pekerja juga turut memperkuat posisi model kerja jarak jauh ini.

Secara umum, sistem kerja hybrid, yang mengombinasikan WFH dan Work From Office (WFO), diprediksi menjadi model kerja paling populer di tahun 2025 dan seterusnya. Keseimbangan kerja dan kehidupan serta fleksibilitas jam kerja tetap menjadi prioritas utama bagi karyawan di masa depan. Ini menandakan pergeseran paradigma kerja yang lebih adaptif dan berpusat pada kebutuhan individu.

Survei nasional pada Q1 2025 menunjukkan bahwa 60% perusahaan telah menerapkan sistem kerja hybrid. Selain itu, 25% perusahaan menyediakan opsi full remote untuk posisi tertentu, sementara hanya 15% yang masih 100% onsite, umumnya di sektor manufaktur dan layanan publik. Data ini mengindikasikan adopsi luas terhadap model kerja fleksibel di berbagai industri.

Beberapa faktor pendorong utama tren ini meliputi keinginan karyawan akan fleksibilitas waktu dan lokasi untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Studi juga menunjukkan bahwa WFH dapat meningkatkan produktivitas karyawan hingga 13% dan kepuasan kerja.

Bagi perusahaan, model ini membuka akses ke talenta yang lebih luas tanpa batasan geografis dan menawarkan efisiensi biaya operasional melalui pengurangan biaya kantor fisik.

Kemajuan teknologi, seperti penggunaan kecerdasan buatan dan alat kolaborasi, membuat kerja jarak jauh menjadi lebih efisien. Selain itu, kehadiran Generasi Z yang merupakan "digital native" mendorong perusahaan untuk lebih adaptif terhadap kebutuhan fleksibilitas. Mereka cenderung mencari lingkungan kerja yang mendukung mobilitas dan keseimbangan hidup.

4 dari 4 halaman

Manfaat dan Tantangan Penerapan WFH/WFA

Penerapan WFH atau WFA menawarkan berbagai manfaat signifikan bagi pekerja. Model kerja ini dapat menghemat biaya transportasi dan makan, serta mengurangi stres akibat perjalanan ke kantor dan kemacetan. Selain itu, WFH/WFA juga berpotensi meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance), memungkinkan individu untuk mengatur waktu pribadi dan profesional dengan lebih baik.

Meskipun demikian, WFH/WFA juga menghadirkan tantangan tersendiri. Beberapa masalah yang sering muncul meliputi kesulitan menjaga disiplin karena tidak adanya pengawasan langsung dan potensi distraksi dari lingkungan luar yang tidak kondusif. Risiko isolasi sosial akibat minimnya interaksi tatap muka dengan rekan kerja juga menjadi perhatian, yang dapat memengaruhi kesehatan mental.

Selain itu, terdapat potensi gangguan kesehatan fisik dan mental jika bekerja terlalu lama tanpa jeda. Tantangan lainnya adalah komunikasi yang terhambat dan koordinasi antartim yang terganggu, terutama karena perbedaan waktu kerja atau kurangnya interaksi spontan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengembangkan strategi komunikasi yang efektif untuk menjaga kolaborasi tim tetap optimal dalam lingkungan kerja yang fleksibel.

Produksi Liputan6.com