Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Bank Permata Josua Pardede, menilai pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,00 - 4,25 persen bukan sekadar langkah domestik Amerika Serikat.
Kebijakan ini memicu efek domino di pasar keuangan global, terutama pada imbal hasil obligasi dan nilai tukar dolar AS. Indeks dolar sempat melemah, membuka ruang likuiditas global lebih longgar.
"Dampak globalnya, pemangkasan The Fed menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan, pada fase awal, sempat melemahkan indeks dolar," kata Josua kepada Liputan6.com, Kamis (18/9/2025).
Advertisement
Bagi negara berkembang, langkah The Fed memberi peluang besar. Turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS membuat investor global melirik aset dengan imbal hasil lebih tinggi, termasuk di pasar emerging market seperti Indonesia. Hal ini dapat memperbaiki arus modal masuk sekaligus menurunkan biaya pendanaan.
"Ini biasanya melonggarkan kondisi keuangan dunia, menurunkan biaya pendanaan global, dan membuka peluang aliran modal kembali ke negara berkembang," ujarnya.
Di sisi lain, The Fed tetap menekankan kehati-hatian karena inflasi masih di atas sasaran. Namun tren yang ditunjukkan melalui proyeksi hingga 2027 menandakan arah suku bunga AS tetap turun, meski lambat.
"Namun, pasar juga membaca pesan kehati-hatian The Fed, sehingga penguatan aset berisiko bisa berlangsung naik-turun mengikuti rilis data tenaga kerja dan inflasi AS berikutnya," ujarnya.
Â
Ruang Lebih Longgar untuk BI
Lebih lanjut, kata Josua, Indonesia langsung merasakan imbas dari kebijakan The Fed. Pelonggaran The Fed mengurangi tekanan eksternal sehingga memberi ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga sambil menjaga rupiah.
"Di pasar keuangan domestik, pelonggaran BI sudah terlihat pada turunnya suku bunga pasar uang dan imbal hasil SBN," ujarnya.
BI mencatat suku bunga acuan pasar uang turun lebih dari satu poin pada tahun ini, imbal hasil SBN tenor 2 tahun turun hampir dua poin sejak awal tahun, dan rupiah relatif stabil didukung intervensi terukur serta kewajiban konversi devisa hasil ekspor.
"Arus masuk portofolio ke SBN juga kembali terlihat pada triwulan III, menandakan kepercayaan investor mulai membaik," ujar Josua.
Â
Advertisement
Manfaat dan Tantangan ke Depan
Dampak riil dari pelonggaran suku bunga mulai terasa di Indonesia. Suku bunga pasar uang menurun lebih dari satu poin, kredit perbankan berpotensi lebih murah, dan sektor sensitif bunga seperti perumahan, otomotif, serta manufaktur diperkirakan menjadi penerima manfaat awal.
"Di sektor riil, penurunan suku bunga akan menurunkan biaya cicilan kredit secara bertahap, dengan sektor yang sensitif terhadap bunga seperti perumahan, otomotif, perdagangan, dan manufaktur menjadi penerima manfaat awal," jelasnya.
Namun, tantangan terbesarnya adalah transmisi di perbankan yang masih lambat: suku bunga simpanan dan kredit baru turun tipis dibanding besarnya pemangkasan kebijakan.