Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, emas perhiasan kembali menjadi penyumbang utama inflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sepanjang September 2025.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menjelaskan kenaikan harga komoditas ini tidak hanya memengaruhi pergerakan bulanan, tetapi juga mempertegas tren yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Habibullah, menegaskan bahwa inflasi emas perhiasan mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir. Kondisi ini menunjukkan daya tarik emas sebagai instrumen investasi sekaligus barang konsumsi masih kuat, meski di sisi lain menekan daya beli masyarakat.
Advertisement
“Inflasi emas perhiasan pada September 2025 merupakan inflasi tertinggi dalam lima bulan terakhir,” kata Habibullah dalam konferensi pers BPS, Rabu (1/10/2025).
Ia menambahkan, tren ini sudah berjalan konsisten sejak September 2023, dengan catatan inflasi yang tak pernah terputus selama 25 bulan berturut-turut.
Sebagai informasi, pada September 2024 inflasi emas tercatat 0,36%, sementara pada September 2023 sebesar 0,41%.
Di bulan September 2025, kontribusinya terhadap inflasi bulanan mencapai 0,08%. Bahkan, secara tahunan, emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yakni 0,53% dari total inflasi 0,62%.
Harga Emas Antam
Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terus menunjukkan tren kenaikan signifikan sepanjang 2025. Pergerakan harga yang awalnya berada di kisaran Rp 1.515.000 per gram pada awal Januari kini menembus Rp 2.237.000 per gram pada perdagangan Rabu (1/10/2025).
Artinya, dalam sembilan bulan pertama tahun ini harga emas Antam sudah melesat sekitar Rp 617.000 per gram, atau setara dengan kenaikan hampir 40%. Lonjakan ini menjadikan emas sebagai salah satu instrumen investasi dengan kinerja paling stabil di tengah ketidakpastian pasar global.
Pada Januari lalu, harga emas Antam masih bertahan di bawah Rp 1,6 juta per gram, bahkan baru menyentuh Rp 1,620,000 di akhir bulan. Namun, sejak memasuki paruh kedua tahun ini, laju kenaikan semakin agresif hingga mencetak rekor tertinggi pada Oktober ini.
Kenaikan harga emas tidak lepas dari tingginya permintaan global terhadap logam mulia sebagai aset lindung nilai (safe haven). Selain itu, faktor pelemahan mata uang serta ketidakpastian ekonomi dunia turut memperkuat posisi emas di pasar.
Advertisement
Inflasi September 2025
Adapun sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2025 terjadi inflasi sebesar 0,21 persen.
"Pada September 2025 terjadi inflasi sebesar 0,21 persen secara bulanan, atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen atau IHK dari 108,51 pada Agustus 2025 menjadi 108,74 pada September 2025,” ujarnya.
Secara tahunan atau year on year terjadi inflasi sebesar 2,65 persen. Kemudian secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,82 persen.