KEMBAR78
Manifesto Internasional (Terbuka) Filsafat Intelijen - Opini Liputan6.com
Sukses

Manifesto Internasional (Terbuka) Filsafat Intelijen

Dunia sedang dilanda gelombang proxy war yang bersenjatakan hoaks, disinformasi, dan simulakra—rekayasa realitas yang mengaburkan kebenaran.

Diperbarui 21 Agustus 2025, 09:17 WIB
Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. A.M Hendropriyono, S.T., S.H., M.H

Pembukaan

Kami, para cendekiawan, praktisi, dan pemerhati intelijen dari seluruh penjuru dunia, menyadari bahwa perkembangan keadaan internasional dewasa ini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan. Dunia sedang dilanda gelombang proxy war yang bersenjatakan hoaks, disinformasi, dan simulakra—rekayasa realitas yang mengaburkan kebenaran. Fenomena ini bukan hanya memecah belah antarbangsa, tetapi juga mengikis kepercayaan publik terhadap institusi, hukum, dan kebenaran itu sendiri.

Sejalan dengan tanggung jawab moral kita sebagai bagian dari komunitas global, kami menyatakan Manifesto ini sebagai seruan etis untuk mengembalikan fungsi sejati intelijen bagi kemaslahatan umat manusia dan kelestarian lingkungannya.

1. Paradigma Intelijen untuk Kemaslahatan Manusia dan Lingkungan

Intelijen sejati tidak hanya berurusan dengan keamanan negara, tetapi juga dengan keamanan hidup umat manusia dan kelestarian lingkungan. Paradigma intelijen yang kami usung adalah paradigma yang humanis, etis, dan berorientasi pada masa depan, yang mengutamakan kehidupan damai dan keberlanjutan ekologis.

2. Etika Universal sebagai Landasan Intelijensia

Etika universal harus menjadi fondasi dari seluruh kegiatan intelijen. Intelijen pada hakikatnya adalah panca indera setiap bangsa yang berfungsi mengamati, menganalisis, dan memperingatkan. Tanpa etika, intelijen mudah tergelincir menjadi alat penindasan dan kebohongan. Dengan etika, intelijen menjadi pelindung kebenaran dan penegak keadilan.

3. Penolakan terhadap Praktik Intelijen yang Tidak Jujur

Kami menolak segala bentuk praktik intelijen yang tidak jujur—yakni yang cenderung tidak benar (inaccurate) dan tidak tepat (inappropriate)—yang mengakibatkan penderitaan berkepanjangan bagi umat manusia. Intelijen yang menyesatkan adalah pelanggaran moral terhadap tanggung jawab kemanusiaan.

4. Pemajuan Filsafat Intelijen sebagai Disiplin Ilmu

Kami menyerukan kepada seluruh perguruan tinggi di dunia untuk memberlakukan Filsafat Intelijen sebagai disiplin filsafat yang beroperasi dalam ranah intelijen. Disiplin ini akan menjadi pilar akademik yang mengajarkan moralitas, epistemologi, dan ontologi dalam praktik intelijen, sekaligus menjadi benteng terhadap penyalahgunaan kekuasaan.

5. Komitmen Kolektif

Manifesto ini adalah komitmen bersama untuk:

  • Menghentikan penggunaan intelijen sebagai alat proxy war berbasis hoaks dan simulakra.
  • Membangun tata kelola intelijen yang akuntabel, transparan, dan etis.
  • Mengembangkan riset intelijen yang berpihak pada kebenaran dan kesejahteraan global.
  • Menumbuhkan generasi intelijensia yang memiliki integritas, kecerdasan moral, dan kepekaan ekologis. 
Promosi 1
2 dari 2 halaman

Penutup

Dengan ini kami mendeklarasikan Manifesto Internasional Filsafat Intelijen sebagai panduan moral dan intelektual bagi semua bangsa. Kami percaya bahwa intelijen yang berlandaskan filsafat adalah kunci untuk mewujudkan dunia yang damai, adil, dan berkelanjutan.

Manifesto ini bersifat terbuka. Selain para penggagas awal, akademisi yang sejalan dengan prinsip-prinsipnya dapat menandatangani sebagai pendukung, sehingga daftar penandatangan dapat terus bertambah dari waktu ke waktu.

Ditetapkan di: Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta

Tanggal: 18 Agustus 2025

Ditandatangani oleh Para Penggagas:

  1. Prof. AM Hendropriyono – Sekolah Tinggi Intelijen Negara
  2. Dr. Saifur Rohman – Universitas Negeri Jakarta
  3. Prof. Mustari Mustafa – UIN Alauddin
  4. Prof. Dr. Lasiyo – Universitas Gadjah Mada
  5. Prof. Dr. Djoko Suryo – Universitas Gadjah Mada
  6. Prof. Dr. Soejadi – Universitas Gadjah Mada
  7. Prof. Dr. Mukhtasar Syamsuddin – Universitas Gadjah Mada
  8. Prof. Dr. Siti Murtiningsih – Universitas Gadjah Mada
  9. Prof. Dr. Ova Emilia – Universitas Gadjah Mada
  10. Prof. Dr. Kaelan MS – Al-Azhar University, Cairo, Egypt (Retroactive Posthumous, 1 Januari 2020)
  11. Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, Lc. - Al-Azhar University, Cairo, Egypt
  12. Prof. Dr. Amarulla Octavian – Universitas Pertahanan
  13. R. Deltanto, S.H., M.H. – Sekolah Tinggi Hukum Militer 
EnamPlus