KEMBAR78
Goldman Sachs Ingatkan Investor Soal Risiko Saham AI - Saham Liputan6.com
Sukses

Goldman Sachs Ingatkan Investor Soal Risiko Saham AI

Belanja modal untuk AI sudah mendekati puncaknya. Jika tidak ada lonjakan pendapatan di kuartal-kuartal mendatang, investor yang terlalu optimis bisa kecewa.

Diterbitkan 07 September 2025, 15:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Goldman Sachs memperingatkan bahwa euforia terhadap saham-saham berbasis kecerdasan buatan (AI) bisa menghadapi tantangan dalam jangka pendek.

Dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (7/9/2025), dalam catatan terbaru, Ryan Hammond, ahli strategi ekuitas Goldman Sachs AS, menilai minat investor terhadap perusahaan AI masih terbatas. Investor masih menimbang apakah AI akan menjadi peluang atau justru ancaman bagi bisnis.

“Meski pada akhirnya industri AI akan masuk ke fase pertumbuhan berikutnya, investor kemungkinan membutuhkan bukti nyata bahwa teknologi ini dapat segera meningkatkan pendapatan. Tidak seperti fase sebelumnya, pada fase ini akan ada perusahaan yang benar-benar menang dan ada yang kalah,” tulis Hammond.

Risiko Kekecewaan Investor

Hammond menilai belanja modal untuk AI sudah mendekati puncaknya. Jika tidak ada lonjakan pendapatan di kuartal-kuartal mendatang, investor yang terlalu optimis bisa kecewa. Ia juga menyoroti kekhawatiran bahwa valuasi saham saat ini mencerminkan ekspektasi yang berlebihan.

Kekhawatiran tersebut muncul di tengah tekanan baru terhadap saham AI. Saham Nvidia (NVDA), misalnya, turun sekitar 6% dalam lima hari terakhir setelah prospek keuangannya dievaluasi ulang oleh investor. Hal serupa dialami Salesforce (CRM) dan Figma (FIG) setelah laporan pendapatan mereka dianggap mengecewakan.

 

Promosi 1
2 dari 2 halaman

Valuasi Dinilai Terlalu Tinggi

Perlambatan ekonomi AS juga memunculkan keraguan atas seberapa cepat adopsi AI akan terjadi di kalangan perusahaan. Beberapa pelaku pasar bahkan menyebut valuasi sejumlah perusahaan sudah tidak masuk akal.

“Di pasar ini ada perusahaan bernilai setengah triliun dolar yang justru merugi miliaran setiap tahun. Banyak valuasi yang benar-benar gila,” kata Stephen Ehikian, pendiri sekaligus CEO C3.AI, dalam wawancara dengan Yahoo Finance.

Meski begitu, Hammond menekankan valuasi saham AI saat ini belum sampai pada level gelembung seperti era dot-com atau tahun 2021. Namun, ia tetap mengingatkan bahwa beberapa perusahaan AI populer seperti Tesla (TSLA) dan Palantir (PLTR) memiliki valuasi yang terlalu tinggi.

“Secara keseluruhan, valuasi saham teknologi besar memang sedikit di atas rata-rata sejarahnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan puncak gelembung teknologi,” jelas Hammond.

EnamPlus