Liputan6.com, Jakarta Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan bahwa harga emas dunia akan menembus level USD3.600 per troy ounce pada akhir tahun 2025.
“Saya masih tetap bahwa harga emas dunia itu sampai akhir tahun (bisa) di level USD3.600,” kata Ibrahim dikutip dari keterangannya, Selasa (15/7/2025).
Kenaikan ini disebut sebagai dampak dari meningkatnya ketidakpastian global, baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi. Menurutnya, emas masih akan menjadi instrumen pelindung nilai (safe haven) utama bagi investor dan bank sentral dunia.
Advertisement
Ibrahim menilai, perang antara Rusia dan Ukraina berpotensi berlanjut hingga tahun 2026 bahkan 2027. Dukungan militer dari NATO dan Amerika Serikat kepada Ukraina diyakini memperpanjang eskalasi konflik, tanpa ada kepastian kapan perdamaian akan tercapai.
Ia bahkan menyebut, kemungkinan gencatan senjata hanya akan terjadi apabila salah satu pemimpin negara terlibat terbunuh dalam konflik.
“Ada kemungkinan besar perang Rusia-Ukraine itu akan lebih panjang lagi. Bisa saja sampai tahun 2026 atau 2027. Sampai ada pemimpin, salah satu pemimpin yang terbunuh. Ini baru nanti akan terjadi gencatan senjata,” ujarnya.
Perang Dagang Diproyeksikan Terus Berlanjut
Sementara itu, perang dagang global juga dinilai belum akan mereda dalam waktu dekat. Ketegangan perdagangan antara negara-negara besar berdampak luas ke seluruh dunia, menambah tekanan pada perekonomian global.
Negara-negara berkembang pun turut terdampak akibat efek berantai dari kebijakan proteksionis dan kenaikan bea masuk antarnegara.
“Di sisi lain pun juga kita melihat bahwa perang dagang, ini pun juga kemungkinan besar masih akan terus berjalan. Kita tahu hampir semua negara terkena timbal balik,” ujarnya.
Advertisement
Perlambatan ekonomi
Akibat dari dua faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan akan terjadi perlambatan ekonomi global yang signifikan.
Banyak negara akan mengalami kontraksi, khususnya pada sektor barang domestik (domestic good stock) di kuartal ketiga dan keempat tahun 2025. Hal inilah yang mendorong pergeseran aset ke emas sebagai instrumen lindung nilai paling aman.
“Biaya timbal balik yang cukup besar dan ini yang kemungkinan besar akan membuat goncangan ekonomi global ini akan mengalami perlambatan dan ini yang akan membuat banyak negara-negara yang terjadi kontraksi ekonominya,” pungkasnya.