Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada Jumat, 18 Juli 2025, telah menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Pelaksanaan RUPSLB telah memenuhi seluruh ketentuan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk mekanisme pengambilan keputusan dan tata cara penggunaan hak-hak pemegang saham sesuai dengan Tata Tertib Rapat.
Namun demikian, agenda yang direncanakan dalam RUPSLB tersebut tidak dapat ditetapkan karena tidak terpenuhinya kuorum kehadiran sebagaimana disyaratkan dalam Anggaran Dasar Perseroan dan ketentuan di bidang pasar modal.
Advertisement
Head of Corporate Communications Vale Indonesia, Vanda Kusumaningrum mengatakan Perseroan akan menjadwalkan ulang RUPSLB pada waktu yang akan diinformasikan kemudian, dengan tetap mengacu pada ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
"Perseroan memastikan bahwa seluruh fungsi organisasi dan arah strategis perusahaan tetap berjalan secara efektif di bawah kepemimpinan Direksi dan Dewan Komisaris yang saat ini menjabat,” ujar Vanda dalam keterangan resmi, Sabtu (19/7/2025)
Informasi lebih lanjut mengenai jadwal RUPSLB yang baru akan disampaikan kepada para pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam agenda RUPSLB yang diumumkan Perseroan sebelumnya, membahas dua agenda yaitu, pergantian komposisi pengurus Perseroan dan Penetapan kebijakan strategis lainnya sesuai kebutuhan korporasi.
Soal Rencana Pendanaan USD 1,2 Miliar, Ini Penjelasan Vale Indonesia
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) beri penjelasan soal rencana pendanaan sebesar USD 1 miliar hingga USD 1,2 miliar untuk mendukung pembangunan proyek-proyek tambang dan smelter. Pendanaan akan dilakukan secara bertahap dan dibagi dalam beberapa fase, dengan opsi pendanaan melalui pinjaman bank dan obligasi (bond).
“Betul bahwa kami membutuhkan dana kurang lebih 1 sampai 1,2 miliar dolar dan itu akan terbagi menjadi beberapa fase,” kata Head of Corporate Finance and Investor Relation Vale Indonesia, Andaru Brahmono Adi dalam keterangan kepada media, Jumat (18/7/2025).
Andaru menjelaskan, hingga saat ini perseroan masih melakukan analisa internal untuk menentukan struktur pendanaan terbaik. Ia juga meluruskan informasi yang sempat beredar mengenai rencana penerbitan obligasi pada 2026.
Dia menuturkan, dana sekitar USD 500 juta kemungkinan besar akan diperoleh dari pinjaman bank pada awal 2026, sementara penerbitan obligasi kemungkinan baru dilakukan pada 2027 dengan nilai antara USD 500 juta hingga USD 700 juta.
“Kami masih pertimbangkan untuk strukturnya. Tapi kemungkinan angka 500 juta dolar itu untuk tahun depan benar, tapi strukturnya mungkin lebih ke arah untuk pinjaman bank, bukan bond. Bond nanti mungkin di tahun selanjutnya, 2027,” ujar Andaru.
Advertisement
Untuk Biayai Pembangunan Tambang
Pendanaan tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek. Andaru mengungkapkan saat ini Perseroan masih dalam proses pembangunan tiga tambang milik Vale secara penuh, yaitu Bahodopi, Pomalaa, dan Sorowako, serta untuk mendukung pengembangan fasilitas smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) melalui kerja sama dengan mitra strategis.
“Fundingnya untuk membiayai proyek-proyek tambang kita. Selain itu kita juga buat partnership dengan beberapa partner kita untuk membangun smelter HPAL,” ucap Andaru.
Ia menyebut proyek Pomalaa akan menjadi yang paling siap dengan tambang yang ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal II 2026 dan smelter HPAL yang ditargetkan rampung pada kuartal IV tahun yang sama. Untuk proyek ini, Vale telah bermitra dengan Huayou dan Ford.
“Untuk Pomala, kita sudah berpartner dengan Huayou dan Ford. Smelternya juga, betul kita berpartner itu untuk smelter,” ujarnya.
Selain itu, proyek Bahodopi telah menggandeng GEM sebagai mitra, sementara untuk proyek di Sorowako, Vale juga telah menjalin kerja sama dengan Huayou. Meski begitu, Andaru mengungkapkan Vale masih membuka peluang kerja sama tambahan dengan mitra strategis lainnya untuk proyek HPAL yang belum memiliki partner.
“Sejauh ini memang kita sudah ada penjajakan, sudah berbicara dengan beberapa potensial, tapi kita belum sampai ke level untuk penandatanganan agreement,” ucapnya.
Pendanaan Tidak Melalui Shareholder Loan
Andaru menyebut pendanaan tidak akan berasal dari pemegang saham ataupun Danantara.
“Shareholder kelihatannya saat ini kita belum melihat ke arah sana karena kita masih zero debt. Jadi kita lebih akan optimalkan untuk debt funding,” kata dia.
Perseroan juga mengandalkan tambahan arus kas internal, seiring dengan mulai diperolehnya pendapatan baru dari penjualan nikel ore jenis saprolite yang akan dimulai tahun ini.
Advertisement