Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada Rabu setelah pemerintah Amerika Serikat merilis data yang menunjukkan peningkatan tak terduga pada persediaan minyak mentah dan bahan bakar, menjelang musim liburan musim panas yang biasanya meningkatkan permintaan.
Harga sempat naik sekitar 1% sebelumnya setelah muncul laporan bahwa Israel kemungkinan sedang bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran, yang memicu kekhawatiran terganggunya pasokan minyak dari Timur Tengah.
Dikutip dari CNBC, kamis (22/5/2025), harga minyak Brent turun 47 sen, atau 0,72%, menjadi ditutup pada $64,91 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 46 sen, atau 0,74%, menjadi $61,57 per barel.
Advertisement
Berdasarkan data terbaru dari Badan Informasi Energi (EIA) AS, persediaan minyak mentah naik 1,3 juta barel, stok bensin bertambah sekitar 800.000 barel, dan distilat naik sekitar 600.000 barel dalam pekan yang berakhir pada 16 Mei.
Ketegangan Timur Tengah Picu Kekhawatiran Gangguan Pasokan
Laporan dari CNN pada Selasa menyebutkan bahwa intelijen AS menunjukkan Israel sedang bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran, mengutip sejumlah pejabat AS.
Walau belum jelas apakah pemimpin Israel sudah membuat keputusan akhir, potensi eskalasi konflik menimbulkan kekhawatiran pasar. Menurut analis komoditas ING, konflik semacam itu tidak hanya mengancam pasokan minyak dari Iran tetapi juga dari kawasan yang lebih luas.
Â
Iran dan Risiko Jalur Pengiriman Minyak
Iran saat ini mengekspor lebih dari 1,5 juta barel per hari, menjadikannya produsen terbesar ketiga di antara anggota OPEC. Serangan dari Israel dapat mengganggu arus pasokan tersebut.
Lebih jauh, terdapat kekhawatiran bahwa Iran bisa membalas dengan memblokir jalur pengiriman tanker minyak di Selat Hormuz — jalur penting yang dilalui ekspor minyak dari Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Uni Emirat Arab.
Â
Advertisement
Dinamika Global Tambah Tekanan Pasar
Analis dari Rystad Energy, Priya Walia, menyatakan bahwa jika ketegangan meningkat, gangguan pasokan sekitar 500.000 barel per hari bisa terjadi, meski hal itu masih bisa ditanggulangi oleh OPEC+.
Di sisi lain, negosiasi antara AS dan Iran terkait program nuklir terus berlangsung, namun komentar dari kedua belah pihak pada Selasa menunjukkan bahwa kesepakatan masih jauh dari tercapai.
Sementara itu, produksi minyak Kazakhstan meningkat 2% pada Mei, menurut sumber industri, bertolak belakang dengan tekanan OPEC+ untuk menurunkan produksi.